Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyerukan untuk memerangi serangan siber. Ia mengajak 30 negara untuk bersatu melawan virus ransomware yang saat ini menjadi ancaman global, melalui pertemuan khusus yang berlangsung pada pekan ini.
Latarbelakang: Melansir AFP, ancaman siber akibat virus ransomware dilaporkan terus meningkat di Jerman, Uni Emirat Arab, hingga Israel. Kekhawatiran inilah yang membuat AS berinisiatif menggelar pertemuan Washington Anti Ransomware Summit pada Rabu (13/10/2021) dan Kamis (14/10/2021) ini.
Direktur Nasional Siber Israel, Yigal Unna melalui laporannya mengatakan, serangan siber bahkan mulai menyerang sistem keamanan digital vital di sana, seperti rumah sakit.
Begitu pula Jerman, yang menyebut serangan virus ransomware di sana semakin mengkhawatirkan karena mulai menyerang sistem pemerintahan lokal.
Merampas Data: Deputi Kemanan Siber Nasional AS, Anne Neuberger, pun angkat bicara soal ancaman siber di berbagai negara ini. Ia mengungkapkan, ancaman virus ransomware saat ini meningkat jumlahnya di berbagai negara. Seperti di Korea Selatan meningkat 70 persen, dan 200 persen di Uni Emirat Arab.
Sementara di AS, kata dia di awal tahun 2021 serangan ransomware juga terus terjadi. Seringkali pelaku penyerangan siber ini merampas data dan melakukan pemerasan dengan mata uang kripto.
Rusia Tak Diajak: Anne Neuberger mengatakan negara-negara yang diundang dan dilibatkan di dalam pertemuan ini antara lain Inggris, Australia, India, Jepang, Perancis, Jerman, Korea Selatan, Uni Eropa, Israel, Kenya dan Mexico.
Alasan: Sumber yang sama menyebut, alasan tak dilibatkannya negara beruang merah itu karena diduga selama ini, merupakan pihak yang paling bertanggung jawab dari banyaknya serangan siber dan peretasan yang terjadi di berbagai negara.
Namun, pihak Gedung Putih tak menjelaskan lebih lanjut alasan mengapa Rusia tidak terlibat di dalam pertemuan tersebut.
Agenda: Gedung Putih mengungkapkan, agenda yang bakal dibahas di dalam pertemuan ini, antara lain memperkuat pertahanan sistem data terhadap upaya pemerasan, masalah mata uang kripto sebagai uang tebusan peretasan, penegakan hukum, dan diplomasi.
Harapan: Melalui pertemuan yang berlangsung secara virtual ini, AS mengharapkan negara-negara yang terlibat bisa saling berbagi masalah keamanan siber yang dihadapi, belajar dari pengalaman yang terjadi, hingga membangun kekuatan besar untuk memeranginya.
Baca Juga:
Mengenal Virus Joker, Bisa Merampok Pengguna Ponsel Lewat Aplikasi
Peneliti Temukan Malware Baru Buatan Israel, Bisa Tembus Semua Model iPhone
Mengenal Mustang Panda, Hacker Cina yang Diduga Retas Kementerian RI