Teknologi

Mengenal Virus Joker, Bisa Merampok Pengguna Ponsel Lewat Aplikasi

Ray Muhammad — Asumsi.co

featured image
Ilustrasi. Foto: Unsplash

Bukan cuma dikenal sebagai sosok penjahat kejam di film Batman, sosok Joker di kehidupan nyata juga hadir sebagai virus digital berbahaya, yang mengancam pengguna ponsel Android.

Virus Joker bahkan bisa melakukan aksi kriminal dengan merampok pengguna ponsel Android, dan mengunduh sejumlah aplikasi yang disusupi program jahat ini.

Menyusup di Delapan Aplikasi

Melansir The Times of India, kemunculan virus ini pertama kali terdeteksi pada tahun 2017. Kala itu, ribuan aplikasi di Play Store disusupi virus ini. Sempat lama menghilang dari ancaman digital, kini virus itu balik lagi dan berpotensi jadi ancaman global.

Pihak kepolisian Belgia memperingatkan bahaya virus Joker ini, menyusul banyaknya laporan para pengguna ponsel Android yang menjadi korban.

Baca Juga: OnlyFans Batal Larang Konten Pornografi | Asumsi

Para korban dirampok lewat tagihan rekening bank, melalui layanan berbayar aplikasi tanpa persetujuan penggunanya. Ada delapan aplikasi yang terdeteksi di dalamnya, disusupi virus ini.

“Virus Joker telah terdeteksi di 8 aplikasi di Play Store yang telah ditindak lanjuti oleh Google dengan menghapusnya,” demikian disampaikan kepolisian setempat.

Ke delapan aplikasi yang diinformasikan Kepolisian Belgia terdapat virus Joker di dalamnya antara lain:

1. Auxiliary Message

2. Element Scanner

3. Fast Magic SMS

4. Free CamScanner

5. Go Messages

6. Super Message

7. Super SMS

8. Travel Wallpapers

“Maka anda harus menghentikan pemasangannya atau akan terkejut melihat tagihan di rekening bank atau kartu kredit pada akhir bulan,” lanjut peringatan pihak Kepolisian Belgia.

Terdeteksi Sejak Juni

Setelah ditelusuri lebih lanjut oleh polisi, diketahui kalau kedelapan aplikasi ini memang mengandung malware alias perangkat lunak yang sengaja dirancang untuk menyebabkan kerusakan pada sistem komputer.

Saat ini, seluruh aplikasi yang di dalamnya tersembunyi virus Joker, telah dihapus Google. Namun, potensi pengguna ponsel Android menjadi sasaran virus itu, tetap ada apbila aplikasinya masih terpasang di gawai pengguna.

Baca Juga: Tesla Bakal Bikin Robot Humanoid Buat Gantikan Tenaga Kerja Manusia | Asumsi

Lembaga riset keamanan IT Quick Heal Security Lab, rupanya sudah tahu lebih awal soal kemunculan kembali virus Joker ini. Para peneliti lembaga tersebut mengungkapkan, virus ini sudah terlacak keberadaannya, menyusup ke dalam sejumlah aplikasi pada Juni lalu.

Virus Joker menurut mereka, beraksi dengan mencuri data pengguna mulai SMS, daftar kontak, informasi perangkat, hingga meretas one time password (OTP).

Sekretaris Indonesia Cyber Security Forum (ICSF), Satriyo Wibowo, mengatakan, virus Joker memang salah satu program jahat yang secara umum sulit diketahui keberadaaanya di dalam suatu aplikasi. Virus ini hanya bisa menempel pada gawai dengan sistem operasi Android.

“Dia secara umum memang agak sulit diketahuinya, diam-diam dia memang langsung membobol tagihan kita karena meretasnya itu melalui akun Google Pay kita biasanya. Jadi, Google Pay biasanya terkoneksi dengan kartu kredit atau data kartu SIM seluler kita. Sampai tiba-tiba dia memasukkan tagihan tiba-tiba yang enggak pernah kita subscribe sebelumnya,” jelas Satriyo kepada Asumsi.co melalui sambungan telepon, kamis (26/8/21).

Bagaimana Menghindarinya?

Satriyo menyebutkan, saat ini masih cukup sulit bagi orang awam bisa mengetahui aplikasi yang dipasang di gawainya mengandung virus Joker atau tidak. Hal yang bisa dilakukan kata dia, apabila kita terlanjur tidak tahu aplikasi yang dipasang mengandung virus Joker di dalamnya adalah, sering mengecek akun dan subsciption aplikasi yang kita setel berlangganan di ponsel.

“Nah, dari sering mengecek subscription ini kan, biasanya kita jadi tahu mana yang tiba-tiba muncul tagihan enggak dikenal. Ketika itu muncul, maka bisa langsung dihentikan pemasangannya,” katanya.

Baca Juga: Lindungi Anak dari Paparan Asusila, Apple Bakal Rilis Pemindai Keamanan Konten | Asumsi

Ia menyarankan, sebaiknya pengguna ponsel Android tak langsung mengkoneksikan akun layanan pembayaran aplikasi digital, dengan akun kartu kredit atau rekening bank yang bisa secara otomatis, menarik biaya atau mengurangi saldo.

Meski juga tidak bisa menjamin kemanannya, sebaiknya menggunakan akun uang digital yang saldonya kita batasi. Sehingga, saat ada tagihan besar atas aplikasi yang menarik biaya berlangganan yang disebabkan oleh virus, maka tidak akan terjadi transaksi saat kita kekurangan dana.

“Tapi tentu harus tetap hati-hati, dengan data kita yang ada di uang digital ini, meski risiko ‘perampokan’ bisa diminimalisir. Kalau akun pembayaran yang kita koneksikan dengan layanan pembayarannya itu uang digital kayak OVO, Gopay, atau semacamnya, tapi setiap bulan kita batasi isi saldonya, ada limit untuk bayar aplikasi tertentu, yang memang kita tahu itu terpercaya dan biasa berlangganan. Saat tiba-tiba ada tagihan Rp10 juta buat langganan aplikasi misalnya, itu enggak akan ketarik uangnya soalnya di saldo kita cuma tinggal Rp50 ribu,” pungkasnya.

Share: Mengenal Virus Joker, Bisa Merampok Pengguna Ponsel Lewat Aplikasi