Ketika hendak mengambil sebuah reksadana, kita akan diberikan prospektus reksadana perusahaan yang diinginkan. Untuk diketahui, prospektus adalah gabungan antara profil perusahaan dan laporan tahunan yang menjadikannya dokumen resmi untuk memberi gambaran mengenai reksadana, saham atau investasi lainnya yang ditawarkan ke publik.
Bisa dibilang, prospektus adalah gambaran mengenai perusahaan tersebut. Dengan melihat prospektus, maka kita bisa mengambil keputusan reksadana mana saja yang akan diambil. Jadi, keputusan diambil bukan berdasarkan ikut-ikutan teman, atau euforia bahwa suatu reksadana sedang naik daun.
Untuk itu, Asumsi.co memberikan acuan untuk membaca prospektus reksadana. Apa saja sih yang harus diketahui dan dibaca?
Baca juga: Belasan BUMN Akan IPO, Pengamat Ungkap Peluangnya | Asumsi
1. Status OJK (Otoritas Jasa Keuangan)
Perencana Keuangan, Ahmad Ghozali, menyatakan bahwa mengetahui status Otoritas Jasa Keuangan tentang perusahaan manajer investasi (MI) yang menjual produk reksadana perlu dilakukan saat mempertimbangkan suatu reksadana. Manajer investasi harus sudah mempunyai izin dan terdaftar di OJK.
“Saat pertama beli investasi, tentu dicek dulu apakah ini investasi yang resmi atau abal-abal? Resmi dalam arti terdaftar dan diawasi OJK,” katanya saat dihubungi oleh Asumsi.co, Senin (7/6/2021).
Menurutnya, hal ini diperlukan agar terhindar dari penipuan saat berinvestasi di reksadana. Ia menambahkan, bila manajer investasi menawarkan sebuah produk reksadana, tapi tidak terdaftar di OJK, maka perlu diwaspadai.
“Bisa jadi itu penipuan. Kalau penipuan sih, hindari jauh-jauh. Sudah jelas tujuannya menipu. Kalau ada investasi lain, tidak terdaftar OJK, tapi transaksi bisnis biasa, silakan saja. Yang penting, paham dengan risikonya,” ujar perencana keuangan dari Zelts Consulting ini.
2. Rekam Jejak Manajer Investasi
Saat membaca prospektus reksadana, menurut Ahmad, perlu juga diperhatikan rekam jejak manajer investasi. Kita bisa melihat sejarah singkat perusahaan, mulai dari tanggal berdiri, hingga tergabung dengan grup perusahaan apa. Tak terkecuali perihal reputasi manajer investasi dan juga kinerjanya selama mengelola produk reksadana.
“Termasuk sepak terjang manajer investasi tersebut,” tambahnya.
3. Bank Kustodian
Bank kustodian, yang bekerja sama dengan manajer investasi untuk menyimpan modal reksadana para investor, juga tak kalah penting. Kustodian bertanggung jawab untuk mengurus segala proses investasi investor, mulai dari administrasi, mengawasi prosesnya, dan menjaga aset reksadana yang dimiliki.
Baca juga: Lima Perusahaan Unicorn Indonesia Akan IPO di Wall Street, Seperti Apa Prospeknya? | Asumsi
Seluruh dana investor yang disetorkan untuk reksadana akan ditransfer dan ditempatkan di bank kustodian. Tak hanya itu saja, kustodian juga harus mengantongi izin dari Bank Indonesia sebagai bank yang bertanggung jawab untuk menyimpan aset investasi reksadana para investor.
4. Seberapa Besar Asset Under Management (AUM)
Asset under management (AUM) adalah total nilai pasar dari investasi yang dikelola seseorang atau entitas atas nama klien. Menurutnya, semakin besar AUM artinya semakin banyak orang percaya terhadap manajer investasi tersebut.
5. Jenis dan Kebijakan Investasinya
Ada beberapa jenis reksadana, di antaranya yaitu reksadana saham, pendapatan tetap, dan campuran. Tiap reksadana kebijakan investasinya berbeda-beda. Untuk itu, perlu diketahui karakternya masing-masing.
Penulis buku ‘Habiskan Saja Gajimu’ ini menyarankan perlunya memahami setiap karakter reksadana sehingga seseorang bisa memilih sesuai dengan kebutuhannya.
“Pada prinsipnya, investasi bisa dilakukan setiap saat, termasuk di reksadana. Tinggal disesuaikan saja dengan kebutuhan masing-masing investor. Yang perlu dipahami adalah portofolio dari reksadana tersebut. Jika reksadana saham, berarti sebagian besar dalam bentuk saham, maka karakternya juga seperti saham, naik turun dengan volatilitas tinggi,” katanya.
Selanjutnya, reksadana pendapatan tetap. Artinya, portofolio utamanya dalam bentuk obligasi. Dengan demikian, karakternya juga seperti obligasi.
Baca juga: Indonesia Sumbang 1% Transaksi Bitcoin Dunia, Mulai Diminati? | Asumsi
“Hasilnya cenderung naik stabil, namun berpotensi turun jika terjadi kenaikan suku bunga pasar,” katanya.
Lalu jenis selanjutnya adalah reksadana campuran. Reksadana jenis ini adalah gabungan antara saham dan obligasi. Jadi, karakternya bisa lebih dekat ke saham atau obligasi, tergantung isi portofolionya.
6. Laporan Keuangan Reksadana
Yang terakhir adalah laporan keuangan reksadana. Mulai dari posisi keuangan, arus kas, laba dan juga perubahan aset.
“Laporan ini bisa dijadikan acuan untuk menilai apakah reksadana tersebut mencatat kinerja positif sepanjang tahun atau justru negatif?” tambahnya.
Kapan Investasi Reksadana?
Menurut Ahmad, saat terbaik berinvestasi adalah sepuluh tahun lalu, karena sekarang sudah bisa panen. Kalau belum, ya berarti sekarang adalah saat yang baik untuk investasi.
“Pada prinsipnya, investasi bisa dilakukan setiap saat, termasuk di reksadana. Tinggal disesuaikan saja dengan kebutuhan masing-masing investor,” katanya.
Ia juga menambahkan bahwa untuk investasi reksadana hendaknya dimulai sejak punya penghasilan sendiri. Kalau ditanya berapa persen dari gaji untuk reksadana, menurutnya itu hanya strategi.
“Tiap investor tentu akan berbeda. Yang jelas, jangan semua dana disimpan di satu tempat. Dan, tetap harus punya dana yang likuid di tabungan untuk cadangan. Kalau bisa sejak kuliah, lebih bagus. Uang saku orang tua kalau bisa dihemat dan diinvestasikan. Ini akan menumbuhkan kebiasaan yang baik. Tidak akan kesulitan berinvestasi setelah punya pekerjaan,” katanya.