Format baru Liga Champions dikeluarkan oleh The Union of European Football Associations (UEFA). Format yang akan akan diberlakukan pada musim 2024-2025 ini mengalami perubahan yang cukup drastis dibandingkan format sebelumnya. Namun, yang unik dari pengumuman format baru ini, selain perubahannya yang signifikan, adalah deklarasinya yang digelar di tengah-tengah gonjang ganjing sepak bola Eropa akibat kehadiran European Super League atau Liga Super Eropa.
Seperti diketahui, 12 tim besar dari Liga Inggris, Italia, dan Spanyol mengukuhkan satu perhelatan sepak bola baru tersebut. Namun, gagasan ini segera menjadi polemik. Fans, bahkan politisi, ramai-ramai mengkritik. Begitu juga UEFA, sebagai asosiasi sepak bola Eropa, punya respon negatif yang sama. Bahkan UEFA siap memberi ganjaran sanksi bagi tim yang bergabung ke Liga Super Eropa.
Apakah langkah format baru Liga Champions ini senjata UEFA menghalau ulah bala pasukan Liga Super Eropa?
Mengutip Independent, Presiden UEFA Aleksander Ceferin menyebut format baru ini mempertahankan prinsip bahwa kinerja domestik harus menjadi kunci kualifikasi dan menegaskan kembali prinsip-prinsip solidaritas melalui permainan dan persaingan terbuka. Aleksander sebelumnya sempat mengancam akan melarang klub dan pemain mana pun yang ambil bagian di Liga Super Eropa dari kompetisi UEFA dan FIFA.
“Format yang berkembang ini akan tetap menghidupkan impian tim mana pun di Eropa untuk berpartisipasi di Liga Champions UEFA berkat hasil yang diperoleh di lapangan dan itu akan memungkinkan kelangsungan hidup jangka panjang, kemakmuran, dan pertumbuhan bagi semua orang di sepak bola Eropa, tidak hanya kartel kecil yang dipilih sendiri,” kata Ceferin.
Baca juga: Liga Super Eropa Banjir Kritik, Ini Lengkapnya!
Menurut Ceferin, sepak bola bukan sekadar bisnis. Dia adalah legasi sosial dan budaya yang kaya dengan nilai-nilai tradisi hingga emosi yang dibagikan ke seluruh dunia. UEFA, kata Ceferin, sebagai penanggung jawab sepak bola di Eropa, merasa memiliki peran untuk menjaga warisan ini sambil memimpin perkembangan positif sepak bola di masa depan di Eropa untuk asosiasi nasional, liga, klub, pemain, dan penggemar di setiap level.
“Keputusan lebih lanjut mengenai hal-hal seperti penyeimbangan kembali daftar akses, tanggal pertandingan, sistem pembenihan, format final, koefisien dan distribusi keuangan akan dilakukan pada akhir tahun dan kemungkinan penyesuaian ke format yang disetujui saat ini masih dapat dilakukan. jika diperlukan,” kata Ceferin.
Ini Format Baru Liga Champions
Dilansir dari laman Bola, format baru Liga Champions akan melibatkan 36 tim dari yang sebelumnya 32 tim. Format ini bakal diterapkan sebagai pengganti babak penyisihan grup. Semua jadwal akan ditentukan oleh koefisien klub di UEFA.Dengan begitu, tak akan ada lagi sistem 8 grup berisi 4 tim yang akan memainkan 6 laga kandang dan tandang.
Gantinya, mengutip detiksport, hanya akan ada satu liga yang diisi seluruh tim peserta. Masing-masing tim setidaknya akan memainkan 10 laga melawan 10 tim berbeda. Setelah itu, delapan tim di peringkat teratas langsung lolos ke 16 besar. Sementara tim di peringkat 9-24 akan memainkan playoff dua leg untuk mengisi delapan slot sisanya. Semua laga akan tetap dimainkan tengah pekan untuk memberi slot akhir pekan kepada liga masing-masing.
Mengenai sistem pengundian, tanggal pertandingan, pembagian uang hadiah, dan lain-lain akan dibicarakan lebih lanjut pada akhir tahun ini. Jumlah itu akan dibagi menjadi dua grup besar berisi 10 klub, di mana peringkat tiga besar masing-masing grup akan lolos langsung ke perempat final. Dua slot tersisa di delapan besar akan diperebutkan tim peringkat 4-5 masing-masing grup.
Tidak Lepas Dari Kontroversi
Meski format baru ini digagas untuk membuat sepak bola Eropa tetap adil, format ini tak begitu saja lepas dari pro-kontra. Mengutip Bavarian Football Works, Jake Fenner, direktur Podcast dan Editor dari media fans sepak bola Jerman, Bayern Munich ini, menilai, format baru tersebut serupa versi lain dari gagasan Liga Super Eropa.
Baca juga: Fenomena Orang Kaya Beli Klub Bola: Raffi Ahmad, Kaesang, Hingga Erick Thohir
Format ini akan memberikan insentif bagi tim-tim besar Eropa untuk tetap bertahan di liga nasional masing-masing yang membuatnya sekilas mirip dengan apa yang diusulkan di Liga Super Eropa. Di sisi lain, tim lebih kecil yang memenuhi syarat akan dapat memainkan lebih banyak permainan yang meningkatkan potensi penghasilan mereka.
Namun, ini juga berpotensi meningkatkan jumlah pertandingan di masa mendatang. Padahal, sepak bola Eropa memiliki salah satu musim istirahat terpendek dalam olahraga dunia. Dan peningkatan jumlah permainan dapat menyebabkan lebih banyak cedera dan musim yang lebih lama, serta menambah kalender sepak bola Eropa yang sudah padat.
Poin terakhir itulah yang diprotes oleh para penggemar. Dengan meningkatkan jumlah pertandingan dan secara tidak proporsional mendukung liga dan klub yang lebih besar, para penggemar berpendapat bahwa mereka hanya akan meningkatkan ketidaksetaraan kekayaan antara tim kaya dan miskin.
“Anda hanya akan membuat jarak antara yang kaya dan yang lain menjadi lebih besar, merusak kalender domestik, dan mengharapkan penggemar untuk mengorbankan lebih banyak waktu dan uang,” tulis Fenner.
Senada, analisis detiksport juga menyatakan bahwa format baru Liga Champions yang disodorkan UEFA sebetulnya punya kesamaan tujuan dengan Liga Super Eropa, yakni merupakan upaya untuk menyenangkan klub-klub besar.
Hal itu bisa dilihat dari penambahan jumlah pertandingan yang akan memperbesar pundi-pundi klub yang bertanding. Namun hal itu masih jauh dari harapan klub-klub besar macam Juventus atau Manchester United, di mana mereka masih ada kemungkinan tersingkir lebih awal oleh tim underdog, bahkan tak lolos Liga Champions bila performa di kancah domestik tak stabil.
Apa yang ditawarkan Liga Super Eropa lebih memuaskan, di mana selain uang yang diperoleh lebih banyak, mereka dipastikan akan terus mendapatkannya setiap musim, terkhusus tim-tim yang berstatus sebagai klub pendiri.
Format yang tak jauh berbeda ini pula yang diperkirakan menjadi salah satu alasan diumumkannya Liga Super Eropa lebih cepat, selain agar gaungnya lebih besar dari format baru Liga Champions yang dibuat UEFA.