Olahraga

Liga Super Eropa Banjir Kritik, Ini Lengkapnya!

Irfan — Asumsi.co

featured image
Unsplash/Emilio Garcia

Jagat sepak bola Eropa kisruh setelah 12 tim top benua biru mengumumkan perhelatan liga baru bertitel European Super League atau Liga Super Eropa. Klaim dari gagasan liga ini adalah untuk meningkatkan kualitas dan intensitas kompetisi Eropa yang ada sepanjang musim. Selain itu, menciptakan format untuk klub dan pemain top guna bersaing secara teratur.

Namun gagasan ini juga dianggap hanya ide elite yang bertujuan untuk kepentingan tertentu. Bahkan, lebih parah lagi, ide untuk mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya dari sepak bola. Uniknya, penolakan keras soal liga ini justru datang dari federasi sepak bola Eropa sendiri, UEFA.

UEFA bahkan mengancam akan menghukum pihak-pihak yang ikut ambil bagian dalam Liga Super Eropa. Tidak hanya sanksi terhadap klub, tapi juga sampai ke pemain yang ikut serta dalam kompetisi tersebut.

Awal Mula Gagasan Liga Super Eropa

Gagasan soal liga ini sejatinya bukan hal baru di kancah sepak bola Eropa. Adalah Florentino Perez, Presiden Real Madrid, yang memperkenalkan ide ini. Dalam pernyataannya di football-espana.net pada Desember 2020, Perez menyebut Liga Super Eropa digagas untuk mengembangkan liga yang mirip dengan model yang terlihat di Amerika Serikat dengan NBA. Ia percaya model ini akan meningkatkan pendapatan elit dan meringankan beban para pemain.

Perez menyebut pandemi Covid-19 dan dampak besar yang ditimbulkannya pada lansekap sepak bola Eropa mendorong dia untuk melakukan perubahan ini. Gagasan Perez disambut oleh 11 klub lain yang ikut menandatangani proposal. Klub yang kemudian disebut sebagai klub pendiri ini adalah Manchester United, Arsenal, Chelsea, Liverpool, Tottenham Hotspur, dan Manchester City dari Liga Inggris. Kemudian Inter Milan, AC Milan, dan Juventus yang mewakili Liga Italia. Lalu Barcelona serta Atletico Madrid yang mewakili Liga Spanyol, bersama tim Perez sendiri, Real Madrid.

Hingga saat ini, format Liga Super Eropa sebenarnya masih simpang siur. Namun, dikutip dari situs Marca yang dilansir oleh kompas.com, liga ini rencananya akan diikuti oleh 20 tim peserta dengan rincian, 15 tim pendiri dan lima tim lainnya. Uniknya, 15 tim pendiri itu dipastikan terbebas dari degradasi.

Terkini, Perez yang menjabat sebagai Presiden Liga, menyebut kalau pihaknya tak akan mundur meski ramai kontroversi hingga ancaman dari UEFA. “Kami akan membantu sepak bola di setiap level dan membawanya ke tempat yang selayaknya di dunia. Sepak bola adalah satu-satunya olahraga global di dunia dengan lebih dari empat miliar penggemar dan tanggung jawab kami sebagai klub besar adalah menanggapi keinginan mereka,” ucap Perez sebagaimana dikutip dari Football Espana.

Lantas Di Mana Salahnya?

Dalam opininya, Koresponden Olahraga Sky Sport, Martha Kelner menilai, meski punya klaim untuk menolong sepakbola, liga ini adalah tentang memberikan lebih banyak kekuatan dan uang ke tangan para elite. Keukeuh-nya para pemilik tim besar ini juga merupakan deklarasi perang terhadap pialang kekuatan tradisional sepak bola, terutama UEFA dan Liga Premier. 

Jurnalis olahraga yang menyabet British Press Awards pada 2018 ini menyebut Liga Super Eropa akan menjadikan sepak bola klub Eropa sebagai toko tertutup, dengan hanya lima tim setiap tahun yang dapat lolos berdasarkan prestasi olahraga. Gagasan liga ini bukanlah untuk kepentingan para penggemar, yang sebagian besar percaya bahwa Liga Champions sangat memadai dan menikmati kualifikasi yang tidak dapat diprediksi.

“Sebaliknya, itu adalah sesuatu yang sudah lama diidamkan Florentino Perez untuk memberikan lebih banyak kekuasaan dan uang ke tangan para elite Eropa. Yang terpenting, Perez telah mendapatkan dukungan dari beberapa miliarder pemilik klub sepak bola Inggris, terutama trio Amerika John W Henry dari Liverpool, Joel Glazer dari Manchester United, dan Stan Kroenke dari Arsenal,” tulis Kelner.

Penggemar dari semua klub percaya keinginan mereka dan kekayaan sejarah permainan sedang diinjak-injak oleh obsesi segelintir elite sepakbola terhadap uang dan kekuasaan, dengan mengorbankan persaingan yang sehat.

Perubahan Magnet Kompetisi

Pengamat sepak bola yang juga pengampu program sepak bola Dobrak Pagar, Randy Aprialdi S mengatakan, poin krusialnya adalah akan ada perubahan magnet kompetisi di Eropa, dari Champions League kepada European Super League. Ini menjadi kontroversi karena diperkirakan lingkup kompetisi sepak bola di European Super League semakin terbatas.

“Namun ini baru perkiraan karena regulasi European Super League masih belum jelas. Makanya, saya masih santai-santai saja menanggapi terbentuknya European Super League karena belum ada regulasi jelas yang dibentuk,” kata Randy kepada Asumsi.co.

Kendati demikian, jika liga ini dilaksanakan, maka rasa deg-degan jelang pertandingan yang selama ini jadi keasyikan fans akan berkurang karena peserta Liga Super Eropa sudah ditentukan, meski regulasinya belum jelas. Diperkirakan juga akan ada kebosanan, jika peserta Liga Super Eropa akan terus sama dalam beberapa waktu ke depan.

Sementara pengaruhnya kepada sepak bola Eropa tentu saja akan terjadi perpindahan magnet kompetisi yang akan memengaruhi setiap kompetisi domestiknya. Akan terjadi perubahan visi dan misi setiap klub dalam daya saing di setiap kompetisinya.

“Intinya masih sekadar ancaman buat UCL dan Persaingan Kompetisi Domestik bakalan enggak terlalu menarik karena arahnya enggak tahu mau ke UCL atau ke European Super League. Selama belum ada regulasi peserta yang jelas, masih sekadar jadi ancaman biasa. Sejauh ini mah jadi ancaman besar bagi UEFA, tapi masih biasa aja di kalangan fans mah,” ucap dia.

Banjir Kritik

Mengutip Sky Sport, mantan pemain Manchester United, Gary Neville, bahkan menyarankan agar enam tim Inggris yang ikut dalam ajang tersebut untuk dikurangi poinnya sebanyak enam poin pada keikustertaan mereka di Liga Inggris. Gagasan ini disetujui Micah Richards, mantan bek Manchester City.

“Apa yang terjadi pada fans? Mereka hanya dilupakan demi uang. Itu memalukan,” kata Richards.

Fans tentu lebih pedas. Dikutip dari Euronews, fans Chelsea misalnya, menyebut kalau gagasan ini adalah pengkhianatan. “Ini adalah keputusan keserakahan untuk memenuhi kantong orang-orang di atas dan itu dibuat tanpa mempertimbangkan pendukung setia, sejarah kami, masa depan kami atau masa depan sepak bola di negara ini”.

Begitu pula dengan fans Tottenham Hotspur yang menuntut Dewan Klub untuk segera memisahkan diri dari liga ekslusif ini. “Jika Dewan tidak melakukan ini, kami tidak akan punya pilihan selain memanggil pemilik baru yang bersiap untuk melindungi masa lalu, saat ini, dan masa depan Klub hebat kami, untuk melangkah maju dan bekerja bersama kami,”

Tak berhenti di situ, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson juga ikut berkomentar. Menurutnya, European Super League sangat merusak sepak bola. “Klub-klub yang terlibat harus memberikan jawaban kepada para penggemar mereka dan komunitas sepak bola yang lebih luas sebelum mengambil langkah lebih jauh,” ujar dia menyarankan.

Kantor Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan dalam sebuah pernyataan kepada Reuters bahwa dia menyambut baik posisi klub-klub Prancis yang menolak berpartisipasi dalam proyek European Super League. Pasalnya, liga ini mengancam prinsip solidaritas dan prestasi olahraga.

Share: Liga Super Eropa Banjir Kritik, Ini Lengkapnya!