Hari ini, tepat pada 2 Mei 2021, Indonesia memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Di tengah pandemi Covid-19 yang masih menghadang, sektor pendidikan jadi salah satu yang terdampak. Slogan merdeka belajar milik Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim menjadi penuh tantangan.
Tahun ini, Menteri Nadiem menyebut momentum Hardiknas jadi ajang untuk kembali menghidupkan pemikiran Ki Hajar Dewantara. Mengutip Antara (2/5/21), Nadiem masih berupaya untuk terus mewujudkan kemerdekaan belajar yang didukung dari pemikiran Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara.
“Esensi mendasar pendidikan haruslah memerdekakan kehidupan manusia,” ujar Nadiem dalam pidatonya di upacara Peringatan Hardiknas 2021.
Nadiem menyebut terobosan merdeka belajar masih akan jadi salah satu pekerjaan rumah yang harus terus diselesaikan. Adapun, empat upaya agar dapat memerdekakan belajar antara lain perbaikan pada sektor infrastruktur teknologi, perbaikan kebijakan, pendanaan dan otonomi bagi satuan pendidikan.
Merdeka Belajar Terhalang Pandemi
Kendati di tahun pandemi, Nadiem juga optimis bahwa krisis yang sedang dialami hampir semua negara ini adalah sebuah kesempatan untuk menuai kemajuan. Sudah setahun lebih sejak pertama kali diterapkan, mayoritas siswa dan siswi di Indonesia harus melakukan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Tentu dilakukan untuk menekan risiko penularan Covid-19 di lingkungan pendidikan.
Namun, dengan mengusung merdeka belajar pemerintah melalui Kemendikbudristek akhirnya memberikan opsi untuk mencoba sekolah tatap muka pada Juli mendatang. Mengutip CNN Indonesia(28/4/21) meskipun menuai kritikan, sejumlah aturan telah disiapkan seperti jumlah siswa di kelas yang hanya 50%, durasi belajar yang diperpendek hanya 3-4 jam per hari hingga memberikan orang tua hak penuh untuk menentukan anaknya ikut atau tidak sekolah tatap muka.
Nadiem juga berharap, para guru dapat lebih kreatif untuk mencari inovasi baru dalam proses belajar mengajar yang tidak terpaku dengan ruangan tertutup. Diharapkan dengan adanya ini, risiko penularan Covid-19 dapat terelakkan.
Belajar Tatap Muka Tuai Kritikan
Di sisi lain, beberapa pihak menilai belajar tatap muka masih berisiko di kondisi saat ini. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pun belum memberikan rekomendasi terkait pembelajaran tatap muka. Tentu dasar utamanya ada pada kasus Covid-19 yang masih cukup tinggi di Indonesia.
Dalam keterangan resminya pada Rabu (28/4) Ketua Umum IDAI Aman Pulungan menyebut pihaknya sudah melakukan kajian terkait rencana pembelajaran tatap muka pada Juli 2021. Aman juga mengatakan salah satu syarat dibukanya kembali sekolah adalah positivity rate harus kurang lebih 5%.
Sementara pemerintah 25 April lalu, dari spesimen yang diperiksa, tingkat positivity rate harian di Indonesia masih dikisaran angka 13%. Lebih lanjut, tingkat positivity orang yang menggunakan tes PCR mencapai 21%.