Sains

Pandemi Covid-19 Bikin Orang Mimpi Buruk tentang Bertahan Hidup

Manda Firmansyah — Asumsi.co

featured image
Ilustrasi Antara

Berdasarkan studi ‘Journal of Sleep Research’ dari Monash’s Turner Institute for Brain and Mental Health, pandemi mengubah pengalaman bermimpi 45% orang dalam survei tersebut.

“Banyak yang melaporkan mengalami lebih banyak mimpi dan mimpi buruk daripada biasanya pada tahap awal pandemi Covid-19. Mimpi-mimpi ini dijelaskan dalam definisi tinggi – lebih hidup dan berwarna dari biasanya, dengan peningkatan kejernihan visual – tetapi sering kali memiliki perubahan yang aneh,” ujar peneliti utama, dosen dan psikolog di Monash’s Turner Institute Melinda Jackson, dalam keterangan pers, Jumat (29/7/2022), dilansir dari Antara.

Mimpi buruk: Jackson mengatakan, ‘mimpi pandemi’ ini memiliki valensi (nada yang lebih negatif) dengan peserta melaporkan lebih banyak mimpi buruk, memimpikan skenario menakutkan, atau mengancam seperti perang dan bencana.

“Ada ‘tema bertahan hidup’ yang nyata untuk mimpi pandemi,” tutur Hailey Meaklim, psikolog dan kandidat PhD yang memimpin studi dengan Dr. Jackson. 

Insomnia: Tidak semua orang yang disurvei mengalami tingkat perubahan mimpi yang sama. Para peneliti menemukan orang yang mengalami kesulitan tidur (insomnia) lebih mungkin melaporkan perubahan mimpi daripada individu yang terus tidur nyenyak selama pandemi.

Secara khusus, orang yang mengalami insomnia selama pandemi memiliki proporsi perubahan mimpi tertinggi (55%). Sedangkan orang yang memiliki insomnia sebelumnya pandemi (45%), atau mereka yang tidur dengan baik (36%). 

Metode analisi: Para peneliti menggunakan analisis Linguistic Inquiry Word Count untuk membandingkan bahasa yang digunakan partisipan untuk menggambarkan mimpi mereka. Peserta dengan insomnia menggunakan kata-kata negatif lebih secara signifikan untuk menggambarkan perubahan mimpi mereka daripada orang-orang yang tidur nyenyak. 

“Secara keseluruhan, penderita insomnia, ketika akhirnya tertidur, memiliki mimpi yang lebih negatif dan menakutkan daripada orang yang tidur nyenyak,” tutur Meaklim. 

Stres: Aktivitas mimpi meningkat ketika stres. Misalnya, peningkatan dalam mimpi yang jelas dan mimpi buruk telah diamati setelah perang, bencana alam, dan serangan teroris seperti 9/11. 

Menurut teori mimpi simulasi ancaman, selama peristiwa yang membuat stres, mimpi kita mengandung konten dan citra yang mengancam. Ini untuk mempersiapkan kita menghadapi situasi yang mengancam kehidupan nyata. 

Peningkatan hormon stres di otak mungkin memainkan peran kunci dalam perubahan aktivitas mimpi ini.

“Otak kita sebenarnya sangat aktif selama tidur gerakan mata cepat, tahap tidur di mana kita mengalami mimpi yang lebih aneh dan jelas. Daerah visuospasial otak kita menjadi super aktif, bersama dengan pusat emosi dan memori kita. Ini semua dapat meningkat pada saat stres, dan kita mendapatkan mimpi dan mimpi buruk yang meningkat,” ujar Meaklim.

Baca Juga:

Kasus Kematian Infeksi Covid-19 di Indonesia Naik 

Booster Kedua Vaksin Covid-19 Dimulai Pekan Ini 

Booster Kedua Vaksin Covid-19 Dimulai dari Nakes

Share: Pandemi Covid-19 Bikin Orang Mimpi Buruk tentang Bertahan Hidup