Berhenti menggunakan sosial media dapat mengurangi kecemasan dan depresi. Sebuah studi yang diterbitkan Cyberpsychology, Behavior, and Social Networking menunjukkan, mereka yang memutus penggunaan media sosial dalam kesehariannya memiliki tingkat kecemasan dan depresi yang lebih rendah.
Metode riset: Profesor Psikologi Kesehatan dan Olahraga di University of Bath, Inggris, Jeffrey Lambert, Ph.D. mengatakan, semula timnya menganalisis penggunaan media sosial dari 154 orang dewasa.
Pada awal, setiap peserta diminta untuk mengisi kuesioner untuk menilai kesehatan mental dan penggunaan media sosial mereka. Mereka menemukan, rata-rata, peserta menghabiskan sekitar delapan jam seminggu di media sosial.
Berkelompok: Usai mengisi survei permulaan, peserta dibagi menjadi dua kelompok, yakni kelompok intervensi dan terkontrol. Kelompok intervensi diminta untuk berhenti menggunakan media sosial selama satu minggu, meskipun mereka tidak diawasi selama waktu tersebut. Sebagai gantinya, mereka diberi tahu tentang cara menghindari media sosial.
Sedangkan kelompok terkontrol hanya diminta untuk tetap menggunakan media sosial seperti biasa.
Hasil riset: Dikutip dari Bicycling, Selasa (24/5/2022), setelah seminggu semua orang menyelesaikan survei lanjutan untuk menilai kesehatan mental mereka dan menganalisis lama mereka menghabiskan waktu di depan layar gawai.
“Pada akhirnya, para peneliti menemukan tidak hanya orang-orang dalam kelompok intervensi yang secara drastis mengurangi penggunaan media sosial mereka, menjadi hanya 28 menit per minggu, dibandingkan dengan rata-rata delapan jam itu, tetapi mereka juga mengalami peningkatan kebugaran dan melaporkan tingkat depresi dan kecemasan yang lebih rendah,” tulis mereka.
Lambert bilang, beristirahat dari hiruk pikuk media sosial seperti TikTok, Facebook, bahkan Strava, dapat menjadi cara yang relatif mudah untuk membantu mengelola kesehatan mental.
Dikuatkan: Psikolog Olahraga Jarrod Spencer, Psy.D., menguatkan temuan ini. Menurut dia media sosial didesain layaknya dopamin.
“Sifat media sosial adalah bahwa ia dirancang untuk memberi Anda dopamin [zat kimia yang berperan dalam bagaimana kita merasakan kesenangan] dan masalahnya adalah kita dimaksudkan untuk mendapatkan dopamin dari melakukan sesuatu yang sulit,” katanya.
Spencer mengatakan istirahat dari media sosial akan memungkinkan seseorang berhenti berpikir berlebihan dan mendapatkan dopamin dari aktivitas lain, termasuk olahraga. Itu berarti waktu yang dihabiskan untuk bersepeda dapat meningkatkan suasana hati dan kesehatan mental lebih dari yang sudah-sudah.
“Dan tanpa menghabiskan semua waktu itu di sosial, Anda memiliki lebih banyak waktu luang untuk bersepeda,” ujar penulis Mind of the Athlete: Clearer Mind, Better Performance itu.
Baca Juga:
Universitas di AS Bikin Kelas TikTok