Eksklusif

Was-was Efektivitas ASN Kerja dari Mana Saja

Yopi Makdori — Asumsi.co

featured image
ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/foc.

Pemerintah tengah menyiapkan aturan untuk mengizinkan Aparatur Sipil Negara (ASN) untuk bisa bekerja dari mana saja. Sejumlah pengamat memiliki pandangan terkait hal tersebut.

Para ASN bakal bisa bekerja secara lebih leluasa lewat Work From Anywhere (WFA). Konsepnya mirip dengan Work From Home (WFH), namun disebut bakal lebih fleksibel dengan tujuan akhir efektivitas dan efisiensi kerja. 

Pengamat Kebijakan Publik Agus Pambagio mengatakan efektivitas skema WFA bagi abdi negara bergantung pada pimpinan dari tiap lembaga atau badan. Jika pimpinan bisa memberikan semangat dan pengawasan yang baik, konsep ini juga bakal bisa berjalan baik. 

“Efektif atau tidak efektif itu bergantung bosnya, dan tergantung dia punya passion gak dalam bekerja, mengerjakan pekerjaan yang ditugaskan pada dia,” ucap Agus ketika dihubungi Asumsi.co, Rabu petang (11/5/2022). 

Efektivitas WFA bagi para ASN juga dipandang Agus akan bergantung pada setiap individu. Di mana, apakah mereka memiliki minat dan semangat untuk menggarap seabrek pekerjaan yang ditanggung jawabkan kepadanya. 

“WFA sama WFH apa bedanya? Saya kadang kerja dari mobil, kerja dari bandara, dari stasiun everywhere. Sama saja cuman nama diganti-ganti bikin orang bingung,” ucapnya. 

Diterapkan di kota: Sementara itu Pakar Kebijakan Publik Universitas Indonesia (UI), Lisman Manurung menilai bahwa skema WFA bakal bisa berjalan jika diterapkan pada daerah yang sudah cukup mapan dalam kapasitas sumber daya manusia dan infrastruktur teknologi informasi dan telekomunikasi. 

Hal itu bukan tanpa sebab, pasalnya konsep kerja dengan sistem WFA ini mengandalkan teknologi dalam pelaksanaannya. Ibarat jantung, tanpa infrastruktur dan fasilitas teknologi informasi dan komunikasi yang memadai akan mustahil skema kerja itu berjalan lancar. 

Hambatan jaringan: Sepanjang pengalamannya yang pernah menyambangi sejumlah pelosok Indonesia, Lisman menilai jaringan internet masih menjadi kendala bagi sejumlah daerah di Indonesia.

“Jadi jangan lupa, kadang-kadang pejabat ini hanya menjangkau kan pikirannya dengan apa yang tiap hari dia lihat. Saya sudah ke Papua, ke Timor, Kalimantan ke mana-mana, jaringan internet menjadi persoalan. Kalau dalam ukuran Jakarta, kita juga ke Bandung ada juga titik-titik blank spot apalagi ke Bima sana,” kata Lisman kepada Asumsi.co, Rabu petang (11/5/2022).

Peralatan kerja: Bukan hanya sebatas jaringan internet, kapasitas perangkat kerja termasuk laptop dan perlengkapannya juga harus bisa memadai demi menunjang pekerjaan mereka. 

Lisman memandang, skema kerja WFA jika dijalankan di daerah akan amat berat. Pasalnya para ASN bukan hanya dituntut untuk memiliki jaringan internet yang andal, tapi juga harus memiliki segala perlengkapan kerja. 

Berbeda dengan di kantor, mereka bisa memanfaatkan fasilitas yang telah disediakan yang dapat dimanfaatkan secara berbarengan. Hal itu jelas akan jauh lebih efisien.

“Di kantorkan [fasilitasnya] menunjang, di rumah ya harus dibuat, harus dibiayai. Itu berapa juta jaringan kerja yang harus di-setting. Kalau di perkotaan gak ada masalah,” ujarnya. 

Seabrek tantangan: Sementara itu Agus Pambagio menilai konsep kerja di mana saja bagi ASN menghadapi berbagai tantangan, apalagi Indonesia sendiri menjadi negara dengan bandwidth atau lebar pita yang paling buruk di dunia. Masalah ini harus lebih dahulu diurai sebelum wacana tersebut diaplikasikan ke seluruh Tanah Air. 

“Ya harus dibenerin, yang Palapa Ring itu apa kabarnya sampai di mana, satelit kita bagaimana. Kan kita paling buruk di Asia. Ya kalau itu gak bagus ya susahkan,” tekan Agus.

Tantangan lain juga diutarakan Lisman, budaya kerja yang berbeda antara sektor swasta dan pemerintahan akan menjadi hambatan sendiri bagi ASN untuk menjalankan WFA. Konsep WFA bisa dijalankan lebih efektif oleh karyawan swasta lantaran mereka berfokus pada target yang telah ditentukan.

Sementara ASN, Lisman melihat lingkungan pemerintahan cenderung tidak mengerjakan target-terget secara optimal. Pasalnya imbalan yang didapat pihak swasta lebih besar ketimbang para ASN. Jadinya Lisma menerka bahwa para ASN akan lebih bekerja ala kadarnya jika mereka dibebaskan untuk WFA. 

“Jadi di swasta itukan kontraknya jelas, jadi kerja di rumah selesainya sekian, begini, begitu kalau gak beres langsung diganti kan? Perusahaan juga gak mau dong, lu mau kerjain apa? Bisa dicek langsung,” katanya.

Masalah kontrol: Kontrol juga menjadi hambatan bagi ASN untuk bisa menjalankan WFA secara efektif dan efisien sebagaimana niat awal konsep ini dicanangkan. 

“Seberapa besar kinerja itu bisa dipelihara dengan keadaan self-control. Seorang yang bekerja di rumah kan self-control-kan? Kita kerja di kantor bukan self-control, jelas itu ada bos lewat diam ajakan? Di rumah siapa yang ngontrol?” katanya. 

Untuk itu, Lisman mengingatkan bahwa sebelum skema kerja ini diterapkan pemerintah harus lebih dahulu menyiapkannya secara matang. 

“Kalaupun diterapkan jangan tidak ada persiapan secara terkoordinasi dengan pegawai negeri ya,” pungkasnya.

Baca Juga:

ASN Bakal Bisa Kerja dari Mana Saja 

Alasan Pemerintah Bikin ASN Bisa Kerja dari Mana Saja 

Halal Bihalal Kemendagri di Metaverse Mirip Bocah Main Minecraft

Share: Was-was Efektivitas ASN Kerja dari Mana Saja