Rusia pada Rabu (9/3/2022) menuduh Amerika Serikat menyatakan perang ekonomi terhadap negaranya, dengan membuat kekacauan melalui pasar energi.
Pemerintah Rusia memperingatkan AS bahwa Rusia sedang memikirkan dengan hati-hati bagaimana menanggapi larangan terhadap minyak dan energi Rusia.
Krisis parah: Diberitakan Reuters, ekonomi Rusia menghadapi krisis paling parah sejak kejatuhan Uni Soviet tahun 1991. Hal ini tidak terlepas dari sanksi berat dari negara-negara Barat terhadap sistem keuangan dan perusahaan Rusia menyusul invasi Moskow ke Ukraina.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menyebut sanksi Barat itu sebagai “bacchanalia yang bermusuhan”. Bacchanalia sendiri merupakan pesta pora zaman Romawi. Peskov mengatakan Dampaknya mengguncang pasar global.
“Anda lihat bacchanalia, bacchanalia yang bermusuhan, yang telah ditaburkan oleh Barat. Itu tentu saja membuat situasi menjadi sangat sulit dan memaksa kami untuk berpikir serius,” ucap Peskov.
Bakal ditanggapi: Peskov mengklaim Rusia telah, sedang dan akan menjadi pemasok energi yang dapat diandalkan.
Namun, Moskow sekarang akan berpikir sangat serius untuk menanggapi balasan atas larangan impor minyak dan energi Rusia yang diumumkan oleh Presiden AS Joe Biden.
“Situasinya menuntut analisis yang agak mendalam – keputusan-keputusan yang diumumkan oleh Presiden Biden itu,” kata Peskov. “Jika Anda bertanya kepada saya apa yang akan dilakukan Rusia – Rusia akan melakukan apa yang diperlukan untuk mempertahankan kepentingannya.”
“AS secara jelas menyatakan perang ekonomi melawan Rusia dan mengobarkan perang ini,” tambahnya.
Baca Juga:
Rusia Umumkan Gencatan Senjata Sementara