Korea Selatan melaporkan kasus kematian pertama pasien infeksi Naegleria fowleri atau biasa disebut sebagai amuba pemakan otak.
Kasus kematian pertama: Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea atau The Korea Disease Control and Prevention Agency (KDCA) mengkonfirmasi bahwa seorang warga negara Korea berusia 50-an telah meninggal setelah kembali dari Thailand.
Amuba pemakan otak: Melansir dari The Straits Times, Selasa (27/12/2022), pasien merupakan seorang pria. Dia kembali ke Korea Selatan pada 10 Desember setelah empat bulan bertugas di Thailand. Dia dirawat di rumah sakit keesokan harinya dan meninggal Rabu pekan lalu.
KDCA mengatakan telah melakukan tes genetik pada tiga jenis patogen penyebab Naegleria fowleri untuk memastikan penyebab kematiannya. Pengujian menegaskan gen dalam tubuh pria itu 99,6 persen mirip dengan yang ditemukan pada pasien meningitis yang dilaporkan di luar negeri.
Ini adalah infeksi pertama yang diketahui dari penyakit tersebut di Korea Selatan. Kasus pertama dilaporkan di Virginia pada tahun 1937.
Tentang amuba: Naegleria fowleri adalah amuba, atau organisme hidup bersel tunggal, yang hidup di tanah dan air tawar yang hangat. Habitatnya seperti mata air panas, danau, dan sungai, di seluruh dunia. Amuba memasuki tubuh dengan terhirup melalui hidung dan berjalan ke otak.
“Gejala awal mungkin termasuk sakit kepala, demam, mual atau muntah, dan gejala selanjutnya dapat menyebabkan sakit kepala parah, demam, muntah, dan leher kaku,” kata KDCA.
Masa inkubasi Naegleria fowleri biasanya dari dua hingga tiga hari dan paling banyak hingga 15 hari.
Meskipun penularan Naegleria fowleri dari manusia ke manusia tidak mungkin terjadi, KDCA meminta warga untuk tidak berenang di daerah dan lingkungan tempat penyakit itu merebak. Ditambahkan bahwa risiko infeksi tidak tinggi, tetapi sebagian besar kasus dimulai dengan berenang.
“Untuk mencegah infeksi Naegleria fowleri, kami merekomendasikan untuk menghindari aktivitas berenang dan rekreasi dan menggunakan air bersih saat bepergian ke daerah di mana kasus telah dilaporkan,” kata Kepala KDCA, Dr Jee Young-mee.
Sebanyak 381 kasus Naegleria fowleri telah dilaporkan di seluruh dunia pada tahun 2018, termasuk di India, Thailand, Amerika Serikat, China, dan Jepang.
AS sendiri melaporkan 154 infeksi dari tahun 1962 hingga 2021. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, hanya empat orang yang selamat, dengan tingkat kematian lebih dari 97 persen.
Baca Juga:Baca Juga:
Studi Ungkap Infeksi Covid-19 Picu Penuaan Otak
Ribuan Anak Indonesia Terinfeksi HIV
Ribuan Orang di India Terinfeksi Bakteri Kebal Antibiotik jadi Ancaman Pandemi Baru