Harga minyak mentah dunia turun tajam pada perdagangan Senin (1/8/2022). Penurunan ini dipicu oleh data manufaktur yang lemah dari China dan Eropa yang dikhawatirkan akan menekan permintaan terhadap emas hitam ini.
Melansir CNBC Internasional, harga minyak berjangka Brent turun 3,7 persen menjadi 100,03 dolar AS per barel. Sementara itu harga minyak West Texas Immediately (WTI) terjun 4,8 persen pada harga 93,89 dolar AS per barel.
“Penurunan harga Brent di bawah level support 102,68 dollar AS per barrel dapat memicu penurunan ke kisaran 99,52 dollar AS per barrel hingga 101,26 dollar AS per barrel,” kata Wang Tao, seorang analis teknis Reuters, Selasa (2/8/2022).
Pemicu: Pabrik-pabrik di seluruh Asia dan Eropa berjuang keras di bulan Juli lalu, karena turunnya permintaan global. Pembatasan ketat akibat Covid-19 China juga memperlambat produksi minyak dunia. Kondisi ini diperparah dengan kekhawatiran akan resesi global yang terjadi.
Indeks Manajer Pembelian (PMI) manufaktur akhir S&P Global untuk zona euro turun menjadi 49,8 pada Juli dari 52,1 Juni, jatuh di bawah angka 50 yang memisahkan pertumbuhan dari kontraksi untuk pertama kalinya sejak Juni 2020.
IMP Caixin/Markit juga turut turun ke 50,4 pada Juli dari 51,7 pada bulan sebelumnya, jauh di bawah harapan analis.
“Menghadapi tantangan sehubungan dengan target pertumbuhannya tahun ini dan fakta bahwa aktivitas manufaktur melambat lagi bukanlah pertanda baik,” kata analis Oanda, Craig Erlam.
Analis dalam jajak pendapat Reuters untuk pertama kalinya sejak April mengurangi perkiraan mereka untuk harga rata-rata Brent 2022 menjadi 105,75 dolar AS per barel. Perkiraan mereka untuk WTI turun menjadi $101,28.
OPEC akan bertemu: Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia, bersama-sama dikenal sebagai OPEC+, akan bertemu pada hari Rabu (3/8/2022) untuk memutuskan produksi September.
Dua dari delapan sumber OPEC+ dalam survei Reuters mengatakan bahwa kenaikan moderat untuk September akan dibahas pada pertemuan 3 Agustus. Sisanya mengatakan output kemungkinan akan tetap stabil.
Baca Juga:
Tokoh Agama Minta Dunia Tak Danai Aktivitas Pemicu Pemanasan Global