Bisnis

Penyebab Naik Turun Harga Saham Perusahaan

Joko Panji Sasongko — Asumsi.co

featured image
ANTARA/REUTERS/Regis Duvignau/Foto Dokumen

Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal
seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan
terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim
atas pendapatan perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan berhak hadir dalam
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

Saham bersifat fluktuatif, bisa naik bisa turun sama halnya
dengan harga barang atau komoditi di pasar. Bagi beberapa orang disanalah
seninya, bila pasar statis tidak akan menarik minat investor. Buat Sobat yang
sudah punya saham di beberapa perusahaan pasti senang banget kalau lihat
sahamnya “hijau royo royo” dan mendadak cemas kalau sahamnya jadi “merah merah”
tapi ingat jangan panik ya.

Seperti dilansir OJK, dalam teori ekonomi, naik turunnya
harga saham merupakan sesuatu yang lumrah karena hal itu digerakkan oleh
kekuatan penawaran dan permintaan. Jika permintaan tinggi maka harga akan naik,
sebaliknya jika penawaran tinggi harga akan turun. Secara umum ada beberapa
faktor yang memengaruhi naik turun harga saham suatu perusahaan. Faktor-faktor
tersebut diklasifikasikan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal adalah faktor yang timbul dari dalam perusahaan. Sementara faktor
eksternal adalah faktor yang bersumber dari luar perusahaan.

Faktor Eksternal

1. Kondisi Fundamental Ekonomi Makro

Faktor ini memiliki dampak langsung terhadap naik dan
turunnya harga saham, misalnya:

– Naik atau turunnya suku bunga yang diakibatkan kebijakan
Bank Sentral Amerika (Federal Reserve).

– Naik atau turunnya suku bunga acuan Bank Indonesia (BI)
dan nilai ekspor impor yang berakibat langsung pada nilai tukar rupiah terhadap
dolar AS.

– Tingkat inflasi juga termasuk dalam salah satu faktor
kondisi ekonomi makro.

– Pengangguran yang tinggi yang diakibatkan faktor keamanan
dan goncangan politik juga berpengaruh secara langsung terhadap naik atau
turunnya harga saham.

Selain faktor itu, hubungan antara tingkat suku bunga
perbankan dan pergerakan harga saham juga sangat jelas. Ketika suku bunga
perbankan melejit, harga saham yang diperdagangkan di bursa akan cenderung
turun tajam. Hal ini dapat terjadi karena beberapa kemungkinan.: Pertama,
ketika suku bunga perbankan naik, banyak investor yang mengalihkan investasinya
ke instrumen perbankan semisal deposito. Dengan naiknya suku bunga tersebut,
investor dapat meraup keuntungan yang lebih banyak. Kedua, bagi perusahaan,
ketika suku bunga perbankan naik, mereka akan cenderung untuk meminimalkan
kerugian akibat dari meningkatnya beban biaya. Hal ini terjadi karena sebagian
besar perusahaan memiliki utang kepada perbankan.

2. Fluktuasi Kurs Rupiah Terhadap Mata Uang Asing

Kuat lemahnya kurs rupiah terhadap mata uang asing sering
kali menjadi penyebab naik turunnya harga saham di bursa. Secara logika, ini
sangat masuk akal. Konsekuensi dari fluktuasi kurs tersebut bisa berdampak
positif ataupun negatif bagi perusahaan-perusahaan tertentu, khususnya yang
memiliki beban utang mata uang asing.

Perusahaan importir atau perusahaan yang memiliki beban
utang mata uang asing akan dirugikan akibat melemahnya kurs. Sebab hal ini akan
berakibat pada meningkatnya biaya operasional dan secara otomatis juga
mengakibatkan turunnya harga saham yang ditawarkan. Sebagai contoh kasus adalah
melemahnya kurs rupiah terhadap dolar AS sering kali melemahkan harga-harga
saham di Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

3. Kebijakan Pemerintah

Kebijakan Pemerintah dapat memengaruhi harga saham meskipun
kebijakan itu masih dalam tahap wacana dan belum terealisasi. Banyak contoh
dari kebijakan Pemerintah yang menimbulkan volatilitas harga saham, seperti
kebijakan ekspor impor, kebijakan perseroan, kebijakan utang, kebijakan
Penanaman Modal Asing (PMA), dan lain sebagainya.

4. Faktor Panik

Berita-berita tertentu dapat memicu kepanikan di salah satu
bursa atau saham. Kepanikan ini akan menuntut investor untuk melepas (menjual)
sahamnya. Kembali pada hukum permintaan dan penawaran. Kondisi ini akan
menyebabkan tekanan jual, sehingga harga saham akan turun. Dalam fenomena panic
selling, para investor ingin segera melepas sahamnya tanpa peduli harganya,
karena takut harganya akan semakin jatuh. Tindakan ini lebih dipicu oleh emosi
dan ketakutan bukan berdasar analisis yang rasional. Hindari menjual saham
karena terbawa kepanikan. Analisis lebih dulu saham yang ingin dijual, apakah
secara fundamental saham tersebut masih layak dipegang. Memiliki saham yang
bagus sama saja seperti memiliki sebagian kecil dari perusahaan yang bagus dan
bonafit.

5. Faktor Manipulasi Pasar

Penyebab naik turun harga saham juga bisa disebabkan karena
manipulasi pasar. Manipulasi pasar biasanya dilakukan investor-investor berpengalaman
dan bermodal besar dengan memanfaatkan media massa untuk memanipulasi kondisi
tertentu demi tujuan mereka, baik menurunkan maupun meningkatkan harga saham.
Hal ini sering disebut dengan istilah rumor. Namun penyebab oleh faktor ini
biasanya tidak akan bertahan lama. Fundamental perusahaan yang tercermin di
laporan keuangan yang akan mengambil kendali terhadap tren harga sahamnya.

Faktor Internal

1. Faktor Fundamental Perusahaan

Faktor fundamental perusahaan adalah faktor utama penyebab
harga saham naik atau turun yang harus selalu dicermati dalam berinvestasi
saham. Saham dari perusahaan yang memiliki fundamental baik akan menyebabkan
tren harga sahamnya naik. Sedangkan saham dari perusahaan yang memiliki
fundamental buruk akan menyebabkan tren harga sahamnya turun.

2. Aksi Korporasi Perusahaan

Aksi korporasi yang dimaksud di sini berupa kebijakan yang
diambil jajaran manajemen perusahaan. Dampaknya dapat mengubah hal-hal yang
sifatnya fundamental dalam perusahaan. Contoh dari aksi korporasi adalah
terjadinya akuisisi, merger, right issue, atau divestasi.

3. Proyeksi Kinerja Perusahaan Pada Masa Mendatang

Performa atau kinerja perusahaan dijadikan acuan bagi para
investor maupun analis fundamental dalam melakukan pengkajian terhadap saham
perusahaan. Di antara beberapa faktor, yang paling menjadi sorotan adalah
tingkat dividen tunai, tingkat rasio utang, rasio nilai buku/Price to Book
Value (PBV), earnings per share (EPS), dan tingkat laba suatu perusahaan.

Perusahaan yang menawarkan dividend payout ratio (DPR) yang
lebih besar cenderung disukai investor karena bisa memberikan imbal balik yang
bagus. Dalam praktiknya, DPR berdampak pada harga saham. Selain itu, EPS juga
turut andil terhadap perubahan harga saham. EPS yang tinggi mendorong para investor
untuk membeli saham tersebut yang menyebabkan harga saham makin tinggi.

Tingkat rasio utang dan PBV juga memberikan efek signifikan
terhadap harga saham. Perusahaan yang memiliki tingkat rasio utang yang tinggi
biasanya adalah perusahaan yang sedang bertumbuh. Perusahaan tersebut biasanya
akan gencar dalam mencari pendanaan dari para investor. Meskipun demikian,
perusahaan seperti ini biasanya juga diminati banyak investor. Sebab jika hasil
analisisnya bagus, saham tersebut akan memberikan imbal tinggi (high return)
karena ke depannya kapitalisasi pasarnya bisa meningkat.

Banyak jenis investasi yang dapat Sobat manfaatkan, namun
ingat tetap berhati-hati pilihlah investasi yang legal dan pastinya berada
dibawah pengawasan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Lakukan analisis yang
mendalam, jangan mengambil keputusan karena terbawa emosi dan terpengaruh opini
orang lain. Seperti kata Peter Lynch, seorang nvestor saham terkenal asal
Amerika Serikat, “Know what you own, and know why you own it”.

Baca Juga

Share: Penyebab Naik Turun Harga Saham Perusahaan