Afghanistan yang dilanda perang, yang berada di bawah
 pemerintahan Taliban, pada Minggu (1/5/2022) merayakan Idul Fitri, yang
 menandai berakhirnya bulan suci Ramadhan.
“Kami telah menunaikan shalat Idul Fitri dalam suasana
 damai hari ini,” kata Fakhrudin, seorang warga Kabul berusia 35 tahun, seperti dilansir Antara.
Meskipun sejauh ini tidak ada insiden keamanan yang
 dilaporkan di seluruh negeri yang dilanda perang tersebut, warga Afghanistan
 yang lelah dengan perang merayakan Idul Fitri di tengah harapan dan rasa
 frustrasi selagi langkah-langkah keamanan yang sangat ketat diterapkan oleh
 personel keamanan di sekitar masjid-masjid di Kabul dan sejumlah kota lainnya.
Juru bicara kepolisian Kabul, Khalid Zadran, memastikan
 kepada masyarakat bahwa sejumlah langkah keamanan yang ketat telah diterapkan
 dan salat Idul Fitri telah ditunaikan dalam suasana damai.
“Kami telah diselimuti perang dan kesengsaraan selama
 40 tahun terakhir. Kami membutuhkan kedamaian, kebahagiaan, dan kesejahteraan
 untuk melupakan kesedihan masa lalu,” kata Fakhrudin kepada Xinhua di luar
 sebuah masjid tempat dia menunaikan shalat.
Beberapa kota di Afghanistan, termasuk ibu kota Kabul,
 baru-baru ini mengalami serangan teroris mematikan, bahkan di dalam masjid,
 dalam bentuk ledakan bom yang merenggut banyak nyawa.
Pada Jumat (29/4/2022), sebuah ledakan menghancurkan sebuah
 masjid di Kabul, menewaskan sedikitnya 10 orang dan melukai puluhan orang
 lainnya.
Setelah penarikan pasukan pimpinan Amerika Serikat dan
 pengambilalihan kekuasaan Afghanistan oleh Taliban, perang secara praktis
 berakhir di negara itu, yang disambut secara luas oleh warga Afghanistan.
“Hari ini adalah hari yang penuh kebahagiaan bagi semua
 umat Muslim,” kata Nawedullah Afzali kepada Xinhua, berharap atas
 “Eid Mubarak” (perayaan yang diberkahi) bagi umat Muslim di seluruh
 dunia dan berdoa untuk kembalinya perdamaian dan keamanan abadi di Afghanistan.
Afzali (40) yang datang dari Provinsi Badakhshan,
 Afghanistan utara, untuk menunaikan salat Idul Fitri di masjid bersejarah
 Shah-e-Doshamshira di Kabul, mengungkapkan kebenciannya terhadap perang.
“Ini adalah harapan saya untuk melihat kami, warga
 Afghanistan, bersatu dan berhenti menumpahkan darah kami,” tutur Afzali.
Sejumlah pemuka agama, dalam khotbah mereka, juga mendoakan
 kembalinya perdamaian yang layak di negara mereka, selain menyerukan kepada
 warga Afghanistan dari seluruh lapisan masyarakat untuk bersatu dan membantu
 membangun kembali Afghanistan yang dilanda perang.
Baca Juga