Menteri
Agama Yaqut Cholil Qoumas menyampaikan klarifikasi soal pernyataannya yang
menyebutkan Kementerian Agama merupakan hadiah negara untuk Nahdlatul Ulama
(NU).
Bersifat
internal: Yaqut menyatakan pernyataan tersebut bersifat
internal. Dia berkata ucapan tersebut dilontarkannya untuk memantik semangat
para santri dan pondok pesantren.
“Pertama,
saya sampaikan di forum internal, intinya adalah memberi semangat kepada para
santri dan pondok pesantren,” ujar Yaqut seperti dikutip Antara.
Picu
polemik: Yaqut memahami pernyataan tersebut memicu polemik
di ruang publik. Dia bahkan menyamakan kalau pernyataan yang bertujuan untuk
memicu semangat para santri itu seperti ucapan romantis sepasang suami-istri
yang merasa dunia hanya milik berdua.
“Itu
sama, kira-kira ketika kalian semua ini dengan pasangannya masing-masing
melihat rembulan di malam hari, (mengatakan) dunia ini milik kita berdua, yang
lain cuma ‘ngekos‘, salah enggak itu? Saya tanya salah enggak itu? Itu karena
internal,” terangnya.
Semua
agama: Menag memastikan Kemenag tidak hanya untuk NU karena
memberikan afirmasi kepada semua agama. Semua agama yang diakui di Indonesia,
kata dia mendapatkan perhatian yang proporsional dari kementeriannya.
“Semuanya
diberikan hak secara proporsional. Ormas juga tidak hanya NU saja. Bahkan, di
Kemenag ada Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah, itu kader Muhammadiyah. Ada
juga Irjen Kemenag yang bukan dari NU,” terangnya.
Inklusif:
Yaqut menambahkan karakter dasar dan jati diri NU adalah terbuka dan inklusif.
Maka ia menyampaikan kehadiran NU juga untuk kepentingan dan maslahat yang
lebih besar bagi semua orang.
“Keterbukaan
dan mengedepankan kemaslahatan itu sifat dasar NU,” pungkas Menag.
Kontroversi: Yaqut menyatakan Kemenag adalah hadiah untuk
Nahdlatul Ulama, bukan umat Islam secara umum di Indonesia. Pernyataan itu pun
mendapat kritik dari Muhammadiyah dan Pengurus Besar NU (PBNU).
Baca Juga: