Mata uang Lira dilaporkan semakin menurun sejak Kamis (21/10/2021). Koreksi ini terus berlanjut setelah Presiden Turki Tayyip Erdogan memerintahkan pengusiran terhadap duta besar Amerika Serikat (AS) dan sembilan negara Barat lainnya.
Dikutip dari Antara, Mata uang Lira telah mencapai rekor terendah pekan lalu setelah bank sentral Turki (CBRT) memangkas kebijakan suku bunganya sebesar 200 basis poin, meskipun inflasi meningkat.
Penurunan: Sepanjang tahun ini, Lira sudah ambrol nyaris 29 persen. Kondisi itu dimulai dari dipecatnya Gubernur Bank Sentral Turki (TCMB) Naci Agbal oleh Erdogan tanpa alasan pada Maret lalu.
Asumsi.co sempat memantau tren Februari, Lira sempat menyentuh Rp2.019, kemudian terus menurun hingga menjadi Rp1.488 pada Senin (25/10/2021). Salah satu banker Turki, Tim Ash mengatakan pelemahan Lira di minggu ini dikarenakan komentar Presiden Erdogan.
“Saya khawatir pasar keuangan Turki pada Senin. Lira pasti akan mengalami tekanan jual yang ekstrem,” katanya.
Pengusiran: Erdogan mengatakan telah memerintahkan kepada kementerian luar negerinya untuk mengusir sejumlah duta besar karena menuntut pembebasan pengusaha Osman Kavala yang ditahan di penjara selama empat tahun tanpa dinyatakan bersalah. Kavala didakwa mendanai serangkaian protes di seluruh negeri Turki pada 2013, juga dianggap terlibat dalam percobaan kudeta pada 2016
Pengusiran itu dinilai menjadi keretakan diplomatik paling parah dengan pihak Barat selama 19 tahun Erdogan berkuasa.
Pengusiran di negara lain: Selain Turki, sejumlah negara juga pernah melakukan pengusiran duta besar. Seperti saat Malaysia mengusir Duta Besar Korea Utara pada tahun 2017.Pengusiran itu dilakukan setelah Korut tidak mempercayai cara Malaysia dalam menangani penyelidikan pembunuhan Kim Jong-nam.
Dubes Korea Utara juga menuduh jika Malaysia bersekongkol dengan pihak lain, seperti Korea Selatan. Namun tuduhan Korea Utara ditanggapi Malaysia sebagai sebuah penghinaan. Buntutnya, Malaysia meminta Dubes Korea Utara untuk meminta maaf, tapi diindahkan.
Selanjutnya Amerika Serikat saat pemerintahan Barrack Obama mengusir puluhan diplomat Rusia dari AS. Tindakan pengusiran itu terkait dengan serangan siber terhadap Komite Nasional Demokrat yang digunakan untuk kepentingan kampanye presiden Donald Trump serta respons terhadap tekanan yang diberikan Rusia terhadap diplomat AS di Rusia.
Inggris juga pernah mengusir duta besar Myanmar sebagai bentuk kecaman atas tindakan junta militer Myanmar. Ratusan orang di Myanmar tewas sejak militer negara itu mengambil alih kekuasaan pada 1 Februari 2021.
Baca Juga: