Isu Terkini

Mustafa Kemal Ataturk, Bapak Bangsa Turki yang Juga Harus Dihormati Warga RI

Irfan — Asumsi.co

featured image
Unsplash

Nama
Mustafa Kemal Ataturk kini sedang hangat diperbincangkan. Bapak nasionalisme
Turki itu kabarnya akan dijadikan salah satu nama jalan di DKI Jakarta. Namun,
rencana ini mengundang polemik. Sejumlah kelompok agama mengaku keberatan.
Bahkan ada yang menyebut kalau pendiri Republik Turki itu sesat.

Bagian
dari kerja sama

Pemprov
DKI menyebut pemberian nama jalan Mustafa Kemal Ataturk ini rencananya
disematkan untuk ruas jalan di depan Kedutaan Besar Turki di Jakarta. Ini
merupakan bagian kerja sama antara pemerintah Indonesia dan Turki.

“Sebelumnya
Pemerintah Turki telah memenuhi permintaan Indonesia untuk menemakan jalan di
depan KBRI Ankara dengan nama Ahmet Soekarno. Sekarang giliran kita yang
memberikan kesempatan nama tokoh daripada pemerintah atau negara Turki di
Indonesia di Jakarta. Kebetulan nama yang diusulkan dari mereka ya (Mustafa
Kemal) Ataturk,” kata Riza. 

Terkait
penolakan dari sebagian pihak, Riza pun menyebut menghormati pandangan itu dan akan
mencari solusi.

Siapa
Mustafa Kemal Ataturk?

Mustafa
Kemal Ataturk adalah seorang politikus Turki yang menghembuskan ideologi
nasionalisme dan sekularisme di Turki. Ia bahkan menjadi pendiri dari Republik
Turki yang dipimpin Recep Tayip Erdogan saat ini.

Kemal
lahir di Salonika, Yunani pada 1881 dengan nama Ali Rıza oğlu Mustafa. Saat
itu, daerah tersebut masih ada di bawah kekuasaan Kekhalifahan Turki Utsmani.

Nama
Kemal, yang berarti sempurna, yang kemudian menjadi nama tengahnya adalah
pemberian guru matematikanya saat masih duduk di bangku sekolah. Pendapat lain
menyebut nama Kemal ia ambil sendiri, terinspirasi dari sastrawan nasional
Turki di masa Utsmani, Namik Kemal.

Sementara
nama Ataturk mencirikan dirinya sebagai seorang Turki. Belakangan ia lebih
dikenal sebagai Mustafa Kemal Pasha.

Kemal
muda sudah aktif di dunia kemiliteran. Kendati demikian, di sisi lain ia juga
mulai aktif di gerakan-gerakan anti-monarki. Ia bahkan pernah bergabung dengan
kelompok reformis kecil-rahasia pimpinan Mustava Elvan, Vatan ve Hurriyet yang
menjadi oposan pada pemerintahan Utsmani saat itu.

Tetapi
sebagai anggota militer, kiprahnya pada Utsmani tetap ia laksanakan. Kemal
misalnya terlibat di sejumlah perang seperti Perang Italo-Turki (1911-1912),
Perang Balkan (1912-1913), dan Perang Dunia I (1914-1918). Di perang terakhir
inilah perannya sebagai seorang nasionalis Turki muncul.

Saat
itu, tiga kota besar di Kekhalifahan Turki Utsmani yakni Anatolia,
Konstatinopel, dan Izmir diduduki oleh sekutu (pasukan Inggris, Italia,
Prancis, dan Yunani). Kemal yang merasa tanah airnya terancam lantas bergerak
cepat dengan mendirikan Gerakan Nasional Turki. Ia yang saat itu bekerja di markas
besar Kementerian Perang mengkonsolidasikan pasukan dan membentuk gerakan
nasional yang terorganisir.

Namun
inisiatifnya dianggap ancaman oleh Kekhalifahan Turki Utsmani. Apalagi disusul
dengan pengunduran diri Kemal dari kesatuannya pada 8 Juli 1919. Kekhalifahan
Turki lantas memerintahkan penangkapan atas Kemal. Namun, beberapa komandan
militer lain, terutama yang aktif di Anatolia justru lebih suka ikut komando
Kemal. 

Dari
sini, Perang Kemerdekaan Turki pun dimulai. Pada 29 Oktober 1923, Republik
Turki resmi berdiri. Menjadi polemik, karena kemunculan republik ini
meruntuhkan Kekhalifahan Utsmani yang merupakan Kekhalifahan terakhir. 

Sebagai
presiden

Tak
lama setelah menjabat sebagai Presiden, Kemal memberlakukan sejumlah aturan
baru yang mengubah wajah Turki di masa Kekhalifahan Utsmani. Salah satu yang
mencolok adalah memisahkan kekuasaan negara dengan agama. Menurut dia, kuasa
agama dan negara di Turki masa lalu tak boleh terjadi di Turki modern.
Gagasannya ini ia sampaikan di Majelis pada 1 Maret 1924.

“Agama
Islam akan terangkat jika tidak lagi menjadi instrumen politik, seperti yang
terjadi di masa lalu,” kata Kemal.

Pidatonya
di majelis kemudian dilanjutkan dengan penghapusan Khilafah pada 3 Maret 1924.
Langkah ini yang kemudian membuat Kemal dikenal sebagai pembawa sekularisme ke
dunia Islam.

Langkah
Kemal dijalankan bukan tanpa perlawanan. Setelah Turki berpindah tangan dari
Kekhalifahan ke tangan nasionalis, Kemal menghadapi perlawanan dari sejumlah
pihak yang masih menginginkan Khilafah berdiri. Mereka menggelar konferensi
setidaknya tiga kali di Kairo (1926), Mekkah (1926), dan Yerusalem (1931).
Namun, konferensi-konferensi ini gagal mencapai konsensus.

Hal
lain, Kemal mulai menggalakkan Bahasa Turki untuk semua orang Turki. Ia
memperkenalkan abjad baru. Ia juga mengambil jalan progresif dengan membolehkan
perempuan menjadi anggota parlemen. Pada 1935, ada 18 perempuan Turki yang
masuk parlemen dari total 395 anggota.

Salah
satu kontroversi yang terkenal dari masa kepemimpinan Kemal adalah pengubahan
Hagia Sophia menjadi sebuah museum. Mulanya, setelah Konstantinopel jatuh,
Hagia Sophia difungsikan sebagai masjid oleh Kekhalifahan Utsmani. Kini, di
masa kepemimpinan Erdogan, Hagia Sophia kembali difungsikan sebagai masjid.

Dihormati

Dalam
politik, tak mungkin seorang politikus aman dari lawan. Selalu saja ada
pertentangan ideologis yang terjadi antara politikus yang satu dengan yang
lain. Hal ini terjadi pula pada diri seorang Mustafa Kemal Ataturk.

Kendati
demikian, Kemal tetap dikenal sebagai Bapak Republik Turki. Hal itu pula yang
disampaikan oleh Presiden Turki, Erdogan saat menghadiri peringatan 82 tahun
kematian Kemal di tahun 2020 lalu.

Dalam
pidatonya, dikutip dari Anadolu, Erdogan menyebut Kemal sebagai pemimpin perang
kemerdekaan, pendiri republik yang berkontribusi pada kemerdekaan dan
kemakmuran Turki. 

Dia
mencatat bahwa dengan berdirinya republik dan meskipun ada ancaman dan tekanan
dari negara-negara Barat, Mustafa Kemal Ataturk mampu menghapus hak istimewa ekonomi
yang diberikan oleh Utsmani kepada pedagang asing, yang dikenal sebagai
kapitulasi. Menurutnya hak istimewa ini yang telah memainkan peran penting
dalam keruntuhan Kekhalifahan.

Harus
didukung

Pengamat
Timur Tengah dari Universitas Indonesia (UI) Yon Machmudi menilai hendaknya
masyarakat Indonesia bijak memandang sosok Mustafa Kemal Ataturk. Menurut dia,
sebagai bangsa yang menghormati hubungan baik dengan negara lain, selayaknya
Indonesia memandang seorang tokoh berdasarkan perspektif tokoh tersebut dipandang
oleh masyarakat di negaranya.

“Kita
tentu tidak dapat memaksakan pandangan subjektif kita sebagai orang luar
terhadap tokoh bangsa dari negara lain. Kemal Ataturk adalah pendiri Turki
modern yang dihormati oleh rakyat Turki,” kata Yon kepada Asumsi.

Menurut
Yon, Kemal adalah sosok yang mampu menyelamatkan Turki dari kehancuran invasi
sekutu pada Perang Dunia I. Namanya disandingkan dengan julukan Gazi yang
artinya pahlawan besar. Bahkan media-media Islam di Indonesia ikut memberikan
pujian pada Kemal saat ia mampu menyelamatkan negaranya.

“Ia
dinilai sosok yang membebaskan Turki dari cengkeraman Barat pada 1920-an.
Bahkan sampai ada laporan khususnya,” ucap dia.

Yon
tak memungkiri saat memimpin, memang ada kebijakan sekuler Kemal yang agresif
dan menimbulkan selisih paham dengan kaum agama. Ia pun memandang hal itu
sebagai dinamika politik di masa pembentukan negara bangsa.

“Sama
seperti Indonesia, toh tetap para pendiri bangsa dengan berbagai
orientasi ideologinya tetap kita hormati sebagai pahlawan,” ujar Yon.

Ia
menambahkan Mustafa Kemal sendiri secara tidak resmi telah menjadi simbol
Turki. Penolakan berlebihan malah akan menimbulkan kerenggangan hubungan antara
Indonesia dan Turki.

“Jadi
tidak ada alasan untuk menolaknya. Malah bisa seperti itu (renggang) karena
dianggap kita tidak menghormati rakyat Turki,” ucap Yon.

Share: Mustafa Kemal Ataturk, Bapak Bangsa Turki yang Juga Harus Dihormati Warga RI