Harga saham PT Bukalapak Tbk (BUKA) menyentuh level auto rejection bawah (ARB). Sejumlah investor pun meluapkan kekecewaannya dengan cara-cara tidak biasa. Ada yang protes ke aplikasi hingga melelang saham yang telah dibelinya dengan harga per sahamnya Rp1.000.
Saham Bukalapak sebenarnya sempat dibuka naik 4,5 persen menjadi Rp 1.160, dari hari sebelumnya. Namun kenaikan tidak bertahan lama karena beberapa jam kemudian turun menyentuh level auto rejection bawah.
Padahal, saham Bukalapak sempat mengalami momentum auto rejection atas (ARA) pada dua hari pertama sahamnya diperdagangkan di bursa, tepatnya hingga sesi I kemarin. Dari pembukaan Rp850 melejit ke Rp1325 hanya selang 2 jam. Dengan nilai transaksi mencapai Rp 199,17 miliar, menjadi yang terbanyak di bursa. Adapun volume perdagangan tercatat sebesar 150,41 juta saham saat pembukaan.
Salah satu investor di akun Twitternya @micelarwatr sempat mempertanyakan terkait saham Bukalapak yang mengalami ARA dua kali berturut-turut.
“Ada apa ini bukalapak. dua hari ARA,1 hari ARB,” tulisnya.
Ada apa ini bukalapak. 2hari ARA,1 hari ARB. pic.twitter.com/vd3OljkKpI
— Nik (@micelarwatr) August 10, 2021
Protes melalui Play Store dan Twitter
Mengutip dari kolom penilaian Play Store pada Selasa (10/8/2021), terdapat sejumlah penilaian berisi keluhan saham Bukalapak yang anjlok.
“Payah neh masa hari ke-3 ARB…tega bener nyari duit dr rakyat indo buat investor asingnya..ga malu apa pasang bendera indo di deskripsi..,” ungkap Haryadi Yusuf dalam penilaian aplikasi Bukalapak di playstore.
Selain itu, ada pula akun lain yang mengeluhkan ARB emiten teknologi tersebut. “Urusin tuh saham lu anjlok,” ungkap Kelvin kamdani dalam review. Di sisi lain, pihak aplikasi Bukalapak menjawab setiap komentar dan penilaian tersebut dengan format yang hampir sama mengungkapkan permohonan maaf dan permohonan mengisi formulir online.
Tidak hanya Kelvin dan Haryadi, Eldwin juga memberikan rating bintang 1 ke aplikasi Bukalapak. “Bangke, gua hajar kanan di ARA kemaren malah diguyur ARB… Mana amunisi 80% porto lagi…. Gua kasih bintang 1 karena harganya gak di maintenance,” tulis Eldwin.
Admin Bukalapak menjawab keluhan tersebut dengan mengatakan ketika sudah masuk bursa harga saham mengikuti mekanisme pasar.
“Hai Kak Eldwin, Sorry ya bikin kamu jadi kurang nyaman, perihal hal tersebut, Bella bantu infoin ya kalau transaksi saham Bukalapak di bursa saham setelah listing murni merupakan mekanisme pasar ya kak,” jawab Admin Bukalapak tersebut.
Namun, saat Asumsi.co membuka lagi aplikasi Bukalapak, protes dan bintang 1 dari sejumlah investor tersebut sudah hilang.
Berbeda dengan Ahmad Shibgotullah, ia protes melalui akun Twitternya bahwa bohong kalau IPO Bukalapak mau dukung warga lokal. Dia menilai Bukalapan hanya memanfaatkan investor lokal untuk kepentingan pribadi.
“Yang jadi kaya siapa, yang kena dampak distorsi pasar siapa. Kalau jualan yang jujur, pake harga wajar yang sesuai sama kinerja perusahaan,” tulisnya
BOHONG kalo IPO @Bukalapak mau dukung warga lokal ?
CUMAN memanfaatkan investor lokal untuk kepentingan pribadi,
Yang jadi kaya siapa, yang kena dampak distorsi pasar siapa..
Kalo jualan yg jujur,
Pake harga wajar yang sesuai sama kinerja perusahaannya..— Ahmad Shibgotullah (@shibgotullah) August 10, 2021
Lelang saham
Salah seorang investor ritel menjual sahamnya di situs bukalapak. Pelapak dengan identitas Putri Rahmawati asal Bekasi, Jawa Barat, tersebut menjual harga sahamnya di bawah harga saham, yakni Rp1.000 per saham.
“Gapapa, cutloss yang penting bisa kejual, ada 7 juta lot coba, sedih,” tuturnya di deskripsi penjualan di laman Bukalapak.com.
Mengetahui adanya saham dijual di situs tersebut, admin Bukalapak langsung menyatakan lapak putri telah melakukan pelanggaran sehingga tidak bisa diakses kembali.
FOMO investor Bukalapak
Fenomena investor yang mengalami ketakutan dan kekecewaan disebut fear of missing out (FoMO). CEO Finansialku, Melvin Mumpuni sempat berkomentar terkait hal ini. Menurutnya seharusnya investor melihat kinerja perusahaan terlebih dahulu dan tidak ikut-ikutan.
“Jika mau beli saham, kalau nggak yakin perusahaannya jangan membeli, karena ikut-ikutan saja,” Katanya saat dihubungi Asumsi.co, Rabu (11/8./2021).
Senada dengan Melvin, founder Ternak Uang Timothy Ronald juga sudah melakukan proyeksi bahwa saham Bukalapak akan mengalami kenaikan beberapa hari lalu turun. Ini dikarenakan animo awal pasar tinggi.
“Dan pastinya akan mengalami ARB, karena tidak mungkin naik terus,” katanya saat dihubungi Asumsi.co, Rabu (11/8./2021).
Dihubungi terpisah, Direktur CELIOS (Center of Economic and Law Studies), Bhima Yudhistira menurutnya fenomena ini juga disebut miopic view, karena hanya ingin mendapatkan cuan saja, tanpa melihat ke depan.
“Jadi banyak yang ikut-ikutan, karena ramai di media. Ini yang disebut miopic view atau rabun jauh. Jadi yang diceritakan milenial sukses yang mendapatkan cuan atau keuntungan jangka pendek,” katanya.
Menurutnya, jika tidak ingin rugi investasi saham, Ia menyarankan investor memilih yang lebih aman seperti Surat Utang Negara yang diterbitkan pemerintah juga bisa menjadi instrumen yang aman untuk jangka panjang bagi pemula.
“Selanjutnya ada pilihan-pilihan investasi seperti reksa dana, emas, hingga properti yang bisa dijadikan instrumen investasi yang jelas dan aman untuk jangka panjang. Kalau untuk properti kenaikan properti bisa 20 persen sampai 30 persen setahun. Meski, properti bukan aset yang liquid,” kata Bhima.
Kebijkan Auto Reject Asimetris
Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan Bursa Efek Indonesia (BEI) Kristian Sihar Manullang buka suara terkait ARA saham Bukalapak tersebut.
“Bursa tidak melakukan suspensi atas saham BUKA, melainkan melakukan auto reject terhadap pesanan investor yang kalau match akan berpotensi melampaui batasan ARA,” ujarnya kepada wartawan melalui keterangan tertulis yang diterima Asumsi.co, Rabu (11/8/2021)
Kebijakan tersebut, kata dia sudah ditetapkan13 Maret 2020. Kebijakan tersebut termaktub dalam Peraturan No. II-A Tentang Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas dengan SK Direksi No: KEP-00025/BEI/03-2020. Sesuai peraturan baru tersebut rentang harga saham Rp50-Rp200 akan dikenakan auto reject apabila terjadi kenaikan sebesar 35 persen atau penurunan harga saham sebesar 7 persen dalam satu hari.
Sementara untuk rentang harga saham Rp200-Rp5.000 dikenakan auto reject apabila terjadi kenaikan harga sebesar 25 persen atau penurunan harga sebesar 7 persen. Kemudian untuk rentang harga saham di atas Rp5.000 dikenakan auto reject apabila terjadi kenaikan harga sebesar 20 persen atau penurunan harga sebesar 7 persen.
Sebelum kebijakan auto rejection asimetris berlaku, bursa menetapkan kebijakan auto rejection simetris, dimana batas atas dan batas bawah memiliki besaran yang sama di setiap fraksi harga. Perinciannya, kelompok harga saham di rentang Rp50-Rp200 memiliki batas atas dan batas bawah 35 persen, rentang harga Rp200-Rp5 ribu berbatas atas dan berbatas bawah 25 persen, dan rentang harga di atas Rp5 ribu memiliki batas atas dan batas bawah sebesar 20 persen.
Sedangkan VP Corporate Affairs PT Bukalapak.com Tbk. Siti Sufintri Rahayu menjelaskan bahwa pergerakan harga saham perseroan murni karena mekanisme pasar.
“Sebagai informasi, transaksi saham Bukalapak di bursa saham setelah melakukan listing murni merupakan mekanisme pasar,” kata Siti dalam keterangan resmi yang diterima Asumsi.co, Rabu (10/8/2021).