Covid-19

Benarkah Indonesia Geser India Puncaki Kasus Covid-19 di Asia?

Ray Muhammad — Asumsi.co

featured image
Unsplash

Indonesia disebut menggeser India sebagai episentrum penularan COVID-19 di Asia. Penyebabnya karena jumlah total kasus COVID-19 mingguan di Indonesia berada di puncak peringkat. Rasio kematian terkini yang terjadi di Indonesia juga kian mengkhawatirkan bila dibandingkan dengan India.

Angka kasus dan kematian harian Covid-19 di India masih tinggi

Laporan Kasus COVID-19 se-Asia yang dirangkum Worldometer mencatat hingga Rabu (14/7/21), Indonesia terdapat penambahan kasus baru sebanyak 54.517 kasus, sedangkan di India sebanyak 41.854 kasus.

Sementara itu, kasus aktif COVID-19 di Indonesia tercatat mencapai 443.473 sedangkan India jumlah kasus aktifnya mencapai 438.301. Penambahan kasus kematian karena terinfeksi virus corona di Indonesia jumlahnya mencapai 991 kasus dengan catatan pasien sembuh sebanyak 17.762. 

Di India, penambahan jumlah kematian yang terjadi hingga kemarin ada 580 kematian dengan angka kesembuhan sebesar 39.387 pasien.

Baca Juga: Anak Kos Hati-hati, Ini Dia Siklus Pelana Kuda Pada Covid-19 | Asumsi

Dengan catatan ini, secara peringkat harian kasus Covid-19 di Asia, India masih berada di posisi pertama sementara Indonesia peringkat keempat. Hal ini disebabkan angka total kasus dan kematian yang disebabkan COVID-19 di India masih tertinggi per 1 juta penduduk.

India mencatatkan kasus baru COVID-19 harian per 1 juta penduduk sebesar 22.229, dari jumlah penduduk 1.394.012.781 jiwa. Sedangkan Indonesia melaporkan catatan kasus baru harian per 1 juta penduduk sebesar 9.656 dari total penduduk sebanyak 276.508.398 jiwa.

Dari catatan kematian, ada 296 orang per 1 juta penduduk India yang meninggal dunia karena terpapar virus corona. Indonesia hanya berbeda tipis, yakni terdapat 250 orang yang meninggal dunia terinfeksi COVID-19 setiap 1 juta penduduk. Duh, mengerikan banget. Semoga angka penambahan kasus dan kematian harian ini bisa lekas menurun ya.

Rasio kematian mingguan Indonesia tinggi

Pada tren kasus mingguan, Indonesia menempati posisi puncak dalam Laporan Kasus COVID-19 se-Asia Worldometer. Ditempatkannya Indonesia di peringkat pertama karena total kasus mingguan tertinggi di Asia ada di Indonesia, yakni sebesar 290.694 kasus. India yang menempati peringkat dua, mencatatkan jumlah kasus COVID-19 yang terjadi selama sepekan ke belakang sebanyak 278.233 kasus. 

Baca Juga: Terus Meningkat, Kasus Harian Covid-19 Diprediksi Capai 100 Ribu Pada Akhir Juli | Asumsi

Rasio kasus COVID-19 di Indonesia juga dilaporkan mengalami kenaikan yang signifikan dalam sepekan mencapai 45 persen, dengan terjadi penambahan 1.051 kasus per 1 juta penduduk, sedangkan di India turun 7 persen dalam sepekan dengan penambahan 200 kasus per 1 juta penduduk. 

Selain itu, rasio kematian mingguan Indonesia naik 43 persen dengan terjadi peningkatan jumlah kematian sebanyak 23 orang per 1 juta penduduk. Adapun rasio kematian India menurun sebesar 2 persen dengan angka penurunan jumlah kematian sebanyak 4 orang per 1 juta penduduk dalam sepekan. 

Ahli patologi klinis dari RS Universitas Sebelas Maret (UNS) Tonang Dwi Ardyanto angkat bicara soal ini. Menurutnya, semakin meningkatnya angka kasus COVID-19 dan jumlah kematiannya, meski kini telah diberlakukan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat di Jawa-Bali dan daerah lainnya, menunjukkan bahwa Indonesia mesti bekerja lebih keras lagi dalam menekan situasi pandemi yang terjadi saat ini.

“Kita akui memang saat ini PPKM Darurat belum berhasil. Artinya bagaimana kita menekan kasusnya ini harus lebih maksimal. PPKM Darurat enggak cukup tanpa adanya disiplin protokol kesehatan yang efektif di tengah masyarakat. Ini memang tidak mudah,” katanya kepada Asumsi.co melalui sambungan telepon, Kamis (15/7/21). 

Layanan kesehatan kelebihan kapasitas dinilai penyebab rasio kematian tinggi

Meski demikian, Tonang mengaku tetap optimistis pada akhir pemberlakuan PPKM Darurat bisa menghasilkan efek positif dari segi penurunan kasus COVID-19, serta angka kematian baik harian maupun mingguan.

“Kami harapkan selama 2 pekan bisa dilihat hasilnya, apakah PPKM Darurat ini memberikan efek positif Namun sekarang memang belum terasa efeknya dari segi pengendalian kasusnya,” imbuhnya.

Baca Juga: Luhut Bilang Pandemi Terkendali, Beda Suara dengan Wapres Hingga Disangkal Pakar | Asumsi

Ia menilai rasio kasus Covid-19 dan angka kematian mingguan yang tinggi di Indonesia hingga membawa ke puncak laporan kasus virus corona di Asia, disebabkan karena negeri ini belum bisa mengendalikan penularan varian Delta yang menjadi tren penyebaran belakangan ini.

Padahal berdasarkan data yang dimilikinya, di negara lain kasus yang disebabkan varian Delta sudah bisa dikendalikan dan tidak banyak memicu terjadinya kematian. 

“Kita saat ini dilaporkan kasus terbanyak berasal dari varian Delta dan belum bisa mengendalikannya. Di Inggris misalnya, varian Delta itu angka kematiannya justru lebih rendah dari varian lainnya. Kita saat ini, memang belum bisa berharap sebagus itu,” ungkapnya.

Menurutnya, rumah sakit serta fasilitas kesehatan lainnya yang saat ini semakin tak mampu menampung pasien COVID-19 juga berperan besar dalam terjadinya peningkatan rasio kematian mingguan di tanah air.

“Sistem pelayanan kesehatan kita overcapacity bahkan terpaksa banyak pasien parah yang berhenti di isolasi mandiri. Ini kan bukan perkara mudah. Memang sumber daya manusia dan menyiapkan sistemnya kalau mau maksimal. Jadi, intinya yang bisa jadi solusi menekan di hulu, semaksimal mungkin mencegah penularan dengan menekankan disiplin protokol kesehatan di masyarakat. PPKM Darurat tanpa kesadaran kita masing-masing menjaga kesehatan dan nyawa juga enggak ada artinya,” tandasnya.

Share: Benarkah Indonesia Geser India Puncaki Kasus Covid-19 di Asia?