Covid-19

Meneliti Anjing Deteksi Covid-19 Jadi Tren di Ranah Sains

Ray Muhammad — Asumsi.co

featured image
Foto: Sky News

Penelitian
yang menjadikan anjing sebagai bahan riset untuk mendeteksi Covid-19
belakangan semakin menjadi tren di ranah sains. Terkini, hasil riset yang
dilakukan London
School of Hygiene and Tropical Medicine (LSHTM) di Inggris, melaporkan anjing
yang dilatih khusus dapat mendeteksi Covid-19. Pasalnya, virus ini memiliki bau unik pada tubuh manusia.

Diklaim
88% Akurat Deteksi Covid-19

Ketua Pengawasan Penyakit LSHTM Profesor
James Logan, selaku pemimpin proyek, mengatakan, penelitian melibatkan 6 anjing
jenis spaniel dan retriever. Keenam anjing itu bernama Asher, Kyp, Lexie, Tala, Millie, dan
Marlow.

Mereka diminta untuk mengendus 3.200 sampel
bau dari orang yang tertular Covid-19. “Bau yang tak dapat tercium oleh
manusia,” kata Logan seperti dilansir dari BBC.

Ia mengklaim, hasil penelitian menunjukkan
bahwa keenam anjing itu dapat mengidentifikasi Covid-19, dengan varian virus
yang banyak ditemukan pertengahan tahun lalu, serta varian yang muncul pada
akhir tahun.

“Mereka dapat melacak 88% kasus
Covid-19. Artinya, dalam setiap 100 orang pengidap virus Corona, anjing-anjing
ini gagal melacak 12 orang,” tuturnya.

Baca juga: Proyek Lunar Gateway, NASA Ingin Astronot Wanita Mendarat di Bulan | Asumsi

Sementara tingkat kesalahan anjing-anjing ini
mencapai 16%. Artinya, dalam setiap 100 orang yang tidak mengidap Covid-19,
anjing-anjing tersebut malah menunjukkan 16 orang terinfeksi virus Corona. 

“Yang bagus adalah anjing-anjing itu
telah dilatih dengan varian awal yang kemudian bermutasi menjadi varian baru.
Anjing-anjing ini dapat mendeteksi varian baru tanpa latihan tambahan,”
ujarnya. 

Jadi Tren
Penelitian

Logan mengharapkan hasil penelitian ini dapat
bermanfaat untuk skrining di bandara serta di acara publik besar. Meski, ia
mengakui, hasil penelitian masih memerlukan kajian lebih lanjut. 

Riset serupa sudah dilakukan sejak tahun 2020.
Riset pernah dilakukan untuk mendeteksi Covid-19 di antara penumpang di bandara
Helsinki-Vantaa, Finlandia.

Detik.com melaporkan, riset yang dilakukan
oleh University of Helsinki kala itu masih mentah dan perlu dibuktikan secara
ilmiah, meski diklaim anjing memiliki sensitivitas mendeteksi virus Corona dengan
akurasi 100%.

Penelitian yang sama di Thailand dilakukan
dengan melibatkan anjing jenis labrador retriever. Penelitian dilakukan di
Universitas Chulalongkorn pada April lalu. Melansir Reuters,
Thitiwat Sriprasart, salah satu peneliti proyek, mengklaim penelitiannya
berhasil dengan tingkat akurasi hampir 100%.

Anjing yang dilibatkan mampu mendeteksi
sangat cepat dan spesifik penderita Covid-19. Tingkat keberhasilannya di atas
90%.

“Mereka dapat memberi tahu kita sampel
mana yang terinfeksi dan mana yang tidak. Pada kecepatan ini, kita dapat
mengisolasi mereka yang kita curigai terinfeksi dari mereka yang bebas virus. Ini
akan membantu mengurangi jumlah wabah,” ujarnya.

Ia menambahkan, berdasarkan hasil penelitian,
disimpulkan pasien Covid-19 mengeluarkan senyawa organik yang mudah menguap
melalui keringat mereka. “Ini merupakan aroma yang dapat dideteksi anjing,
bahkan jika mereka tidak menunjukkan gejala yang jelas,” ucapnya.

Baca juga: Riset WHO: Bekerja Terlalu Lama Bisa Mematikan | Asumsi

Ada juga penelitian yang dilakukan salah satu
klinik hewan di Jerman. Sky News melaporkan, mereka melatih anjing
pelacak untuk mendeteksi virus Corona dalam sampel air liur manusia. Filou,
anjing gembala Belgia berusia tiga tahun, dan Joe Cocker, jenis anjing Cocker
Spaniel berusia satu tahun, adalah yang dilatih dalam penelitian itu.

Esther
Schale, dokter hewan yang dilibatkan dalam riset ini, mengklaim pengujiannya memiliki
akurasi 94%. “Anjing-anjing itu dikondisikan untuk mengambil “bau Corona”
yang berasal dari sel-sel orang yang terinfeksi,” ujarnya. 

Holger Volk, kepala klinik hewan, menambahkan,
kedua anjing ini juga mampu membedakan penderita Covid-19 yang bergejala dan
orang tanpa gejala alias OTG.

“Anjing benar-benar dapat mengendus orang
dengan infeksi dan tanpa infeksi, serta pasien Covid-19 tanpa gejala dan dengan
gejala,” tambahnya.

Riset ini mendapatkan apresiasi dari Perdana
Menteri Negara Bagian Niedersachsen, Jerman, Stephan Weil. Ia mengaku terkesan
dengan penelitian ini dan menyerukan tes kelayakan lebih lanjut sebelum anjing
pelacak digunakan untuk kebutuhan sehari-hari dalam mendeteksi penderita virus
Corona.

“Seperti pada orang-orang yang
menghadiri konser. Kami sekarang membutuhkan tes dalam acara-acara
tertentu,” kata Weil.

Sejauh
Mana Kemampuan Anjing Mendeteksi Virus Corona? 

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia (UI) dr Ari Fahrial S SpPD mengatakan, sangat mungkin anjing bisa
mendeteksi Covid-19 melalui napas penderitanya, selain liur dan keringat
manusia.

“Sangat mungkin mendeteksinya juga dari
napas manusia. Anjing mengendus udara dari napas manusia yang jadi sampel.
Konsepnya kan sama seperti alat tes Genose juga begitu,” kata Ari kepada Asumsi.co melalui
sambungan telepon, Rabu (26/5/21).

Ia menerangkan, dalam napas manusia, ada
komponen-komponen yang terdeteksi mengandung virus atau bakteri di dalamnya
yang bisa dikenali oleh indera penciuman anjing.

“Cuma terlalu dini kalau dikatakan bisa
untuk mendiagnosis orang kena Covid-19. Kalau buat keperluan skrining mungkin
bisa. Cuma saat skrining ada yang dicurigai terinfeksi Corona lewat isyarat
yang diberikan si anjing, mungkin perlu dicek lagi secara medis supaya lebih
akurat,” terangnya.

Baca juga: LIPI BPPT Batan Lapan Dilebur Jadi BRIN, Apa Kata Ilmuwan? | Asumsi

Namun bila dikatakan anjing bisa mendeteksi
varian virus Corona yang menjangikiti penderitanya, menurut Ari, hal ini tidak
bisa.

“Kalau mendeteksi variannya, saya rasa
tidak bisa karena alat tes seperti PCR saja enggak bisa ketahuan si A kena
varian apa, B kena varian mana. Ini harus melalui whole genome sequencing terlebih
dahulu baru ketahuan komponen-komponen virusnya,” jelas Ari.

Sementara itu, Dokter Hewan dari Robertus Pet
Clinic Jakarta, drh Bernadeta Kristin menambahkan, secara umum anjing yang
dilatih indera penciumannya memang bakal lebih peka dalam mendeteksi bau-bauan.

“Enggak semua anjing sih kayaknya yang
bisa. Memang harus dilatih dahulu, harus mengenali dulu awal-awal bau orang
yang kena Corona itu seperti apa, baru dia bisa,” kata Kristin saat
dihubungi terpisah.

Ia mengatakan, tidak menutup kemungkinan ada
bau khas yang dikenali anjing melekat pada seseorang yang terinfeksi virus
Corona. Pasalnya, saat virus menempel pada manusia dan menjadi penyakit, bisa
memunculkan bau tersendiri pada tubuh.

“Anjing memang memiliki indera penciuman
yang sangat sensitif. Enggak menutup kemungkinan ada bau khas dari orang yang
kena Covid-19. Harus dilatih dulu. Bisa dari bau badan atau darah manusia juga.
Cuma ini kan, masih perlu penelitian lanjut. Sementara analisa saya demikian
sambil kita terus mengamati perkembangannya secara ilmiah,” imbuhnya.

Share: Meneliti Anjing Deteksi Covid-19 Jadi Tren di Ranah Sains