Belakangan, beredar sejumlah laporan dan pertanyaan mengenai pengaruh vaksin Covid-19 bagi wanita. Pertanyaan ini timbul setelah sejumlah wanita mengaku siklus menstruasinya berubah, entah menjadi terlambat atau justru lebih cepa setelah menerima vaksin Covid-19. Dilansir dari The Sunday Times, hampir 4.000 laporan diterima oleh Badan Pengawas Produk Obat dan Kesehatan Inggris (MHRA) terkait hal ini. Dari seluruh laporan, 2.734 laporan terkait vaksin AstraZeneca, 1.158 terkait vaksin Pfizer, dan 66 terkait vaksin Moderna.
Selain itu, mengutip Healthline, sejak awal April 2021 terdapat sekitar 858 kasus perubahan menstruasi yang dilaporkan ke British Medicine and Healthcare Product Regulary Agency. Perubahan menstruasi tersebut meliputi periode berat, pendarahan antarperiode, hingga pendarahan vagina setelah menopause. Efek tersebut lebih umum terjadi pada vaksin AstraZeneca dibandingkan dengan vaksin Pfizer-BioNTech.
Terkait hal ini, Chief Scientist di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Soumya Swaminathan mengatakan pengaruh vaksin pada kesuburan merupakan mitos umum. Ia menegaskan bahwa vaksin tidak mengganggu fungsi organ reproduksi, baik pada laki-laki maupun perempuan.
“Sama sekali tidak ada bukti ilmiah atau kebenaran di balik kekhawatiran ini bahwa vaksin entah bagaimana mengganggu kesuburan, baik pada laki-laki atau perempuan, karena apa yang dilakukan vaksin adalah merangsang respons kekebalan terhadap protein atau antigen tertentu dari virus atau bakteri itu,” terangnya.
Ketua Komnas KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) Prof Hindra Irawan Satari juga mengatakan perubahan siklus menstruasi sebagai KIPI dari vaksin Covid-19 tidak ditemukan dalam uji klinik fase I, fase II, dan fase III, dan juga laporan yang sudah masuk di Indonesia. Prof Hindra menganjurkan bagi yang mengalami keluhan serupa agar memeriksa ke dokter kandungan. Penyebabnya disebut beragam. Namun, belum ada data yang mengaitkannya dengan efek vaksin Covid-19.
“Tercatat sebagai KIPI, namun tidak terkait dengan vaksinasi. Di laporannya enggak ada, kalau ada laporan KIPI itu harus terkait data. Harus ada alurnya, benang merahnya, enggak bisa tiba-tiba misalnya gara-gara vaksin,” kata Prof Hindra dikutip dari detik.com.
Hal senada diungkapkan oleh Juru Bicara Vaksin Covid-19 Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi. Disadur dari CNN, ia mengatakan tidak ada efek samping vaksin Covid-19 berupa masalah siklus menstruasi. Melansir dari Sky News, dr Pat O’brien, ginekolog dari Royal College of Obstertricians and Gynecologist (RCOG), menyebut perubahan siklus menstruasi pada wanita setelah vaksin Covid-19 dapat menjadi sebuah kebetulan.
Menurut dr O’Brien, siklus menstruasi wanita memang akan mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Lebih lanjut, dr O’Brien mengatakan bahwa perubahan anekdotal pada siklus menstruasi seorang wanita tidak berkaitan dengan vaksin dan kesuburan seseorang. Sampai saat ini belum ada bukti yang menguatkan hal tersebut.
Keterangan serupa juga diperoleh dari Dokter Spesialis Kandungan dr Ridwan Mahmuddin, SpOG yang menyebut hingga saat ini belum ada data yang mempublikasikan terkait masalah ini. Ia juga mengatakan belum ada laporan yang masuk terkait gangguan haid setelah menerima vaksin Covid-19. “Belum ada data yang mempublikasikan. Sementara ini masih belum ada laporan gangguan haid,” jelasnya saat dihubungi oleh Asumsi.co.
Artinya, hingga saat ini belum ada data yang cukup untuk bisa menilai apakah vaksin Covid-19 benar-benar memengaruhi siklus menstruasi seorang wanita atau tidak. Dr Sue Ward, wakil presiden untuk pendidikan di RCOG, juga mendukung pengumpulan data yang lebih banyak untuk bisa memahami fenomena perubahan siklus pada wanita usai divaksinasi.