Naftali Bennett resmi dilantik sebagai Perdana Menteri Israel yang baru pada Minggu (13/6/2021). Kepemimpinan baru di Israel ini cukup unik karena dibangun dari koalisi kompleks yang melibatkan partai sayap kiri, kiri tengah, kanan, hingga Arab.
Naftali sendiri berasal dari partai Yamina, partai dengan ideologi ultra-kanan yang sangat keras terhadap Palestina. Sementara rekan kunci koalisinya, Yair Lapid dari Partai Yesh Atid, adalah seorang moderat yang pro pada solusi dua negara untuk perdamaian Israel-Palestina.
Kesepakatan antara koalisi ini juga tidak biasa. Bennett akan menjadi perdana menteri Israel selama dua tahun untuk kemudian diganti oleh Lapid di tahun selanjutnya.
Baca juga: Akhir Benjamin Netanyahu, Kalah oleh Satu Suara | Asumsi
Latar Belakang Naftali Bennett
Mengutip Al Jazeera, Bennett adalah jutawan mantan pengusaha teknologi yang menorehkan aktivitasnya sebagai politisi sayap kanan, agamis, dan nasionalis. Dengan latar belakang yang cukup ekstrem, tak heran kalau pria berusia 49 tahun ini dikenal galak kepada Palestina.
Bennett adalah mantan komando pasukan khusus. Ia putra dari orang tua kelahiran AS. Bennett tinggal bersama istrinya, Galit, dan empat anaknya, di pusat kota Raanana.
Aktivitasnya di politik dimulai pada 2005 setelah ia menjual start up teknologinya seharga 145 juta dollar AS. Tak perlu waktu lama, di tahun berikutnya ia menjadi kepala staf untuk Netanyahu, yang saat itu menjadi oposisi.
Bennett memang besar dalam didikan Likud dan Netanyahu. Ia bahkan sempat menjadi tangan kanan Netanyahu. Namun, hubungan keduanya kerap panas dingin, terutama dalam dua tahun terakhir.
Baca juga: Netanyahu Makin Terpojok, Adakah Harapan Bagi Palestina? | Asumsi
Dia sendiri mulai lepas dari Likud saat mengambil alih partai Jewish Home, sebuah partai Yahudi sayap kanan yang pada 2012 menghadapi pembubaran. Di tahun 2018, Jewish Home ia pulihkan dengan nama baru, yakni Yamina, yang artinya “Ke Kanan”. Pada tahun-tahun awal Yamina, partai ini masih masuk dalam koalisi Netanyahu.
Kontroversial
Bennett adalah sosok kontroversial. Dia adalah sayap kanan, seorang ultra-nasionalis yang cenderung fasis. Tak heran kalau dalam beberapa pidatonya dia sangat pedas pada Palestina.
Pada 2013, dia mengatakan “teroris Palestina harus dibunuh, bukan dibebaskan”.
Ia juga pernah menyatakan bahwa Tepi Barat tidak berada di bawah pendudukan karena “tidak pernah ada negara Palestina di sini”, dan bahwa konflik Israel-Palestina tidak dapat diselesaikan, tetapi harus bertahan.
Ia pun menyebut sepanjang hidupnya telah membunuh banyak orang Palestina dan tidak merasa berdosa atas itu.
Pendeknya, Bennett adalah politikus berapi-api yang tidak menghindar dari kontroversi. Ia juga ultra liberal dalam ekonomi dan mengambil garis agresif terhadap Iran yang dianggap musuh bebuyutan Yahudi.
Baca juga: Geliat Perubahan Politik di Israel, Partai Arab Raih Lima Kursi | Asumsi
Dengan sikapnya yang keras pada Palestina, banyak pihak pesimistis pada nasib Palestina ketika Israel ada di bawah kendali Bennet. Warga Palestina bahkan menganggap kepemimpinan Bennett sebagai pukulan yang semakin menjauhkan mereka dari harapan perdamaian dengan Israel dan kemerdekaan.
Apalagi sikap keras Bennett membuatnya dikenal sebagai salah satu penentang solusi dua negara dalam penyelesaian konflik Israel-Palestina.
Kendati demikian, dalam pidatonya yang dikutip dari Times of Israel, Bennett mengaku akan berusaha meyakinkan publik bahwa pemerintahan delapan partai yang baru akan bekerja untuk semua segmen masyarakat. Termasuk mereka yang tidak mendukung keputusannya untuk membangun koalisi dengan ketua Yesh Atid, Yair Lapid dan lebih banyak lagi partai berhaluan kiri hingga partai Islam, Ra’am.