Isu Terkini

Pandji: Gue Pengin Jadi Es Batu

Winda Chairunisyah Suryani — Asumsi.co

featured image

Nama Pandji Pragiwaksono di dunia hiburan emang udah enggak asing lagi. Ia pernah jadi penyiar radio, pembawa acara program televisi, komika, bahkan juga aktor film. Tak hanya lihai dalam bertutur kata, Pandji juga pandai dalam bernalar dan menuangkan pikirannya di berbagai buku yang telah ia terbitkan.

Jumlah karya tulisnya udah cukup untuk mengisi satu rak buku di meja belajar. Ada Nasioal.Is.Me, How I Sold 1000 CD in 30 Days, Menghargai Gratisan, Merdeka Dalam Bercanda, Berani Mengubah, Indiepreneur, Menemukan Indonesia, dan Juru Bicara.

Baca juga: Kenapa Kita Bisa Kena ‘Jebakan’ Pandji?

Banyak buku dengan tema cinta tanah air yang ditulis Pandji, sehingga membuat dirinya dikenal layaknya seorang politisi. Image ini bertambah kuat ketika ia memilih untuk menjadi menjadi juru bicara pasangan cagub-cawagub Anies Baswedan dan Sandiaga Uno di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017 lalu.

Masih hangat di ingatan kita, bagaimana hingar bingar pemilihan kepala ibu kota yang menjadi sorotan berbagai daerah di Indonesia. Ya, hanya satu daerah, namun yang heboh seluruh Indonesia.

Dalam Pilkada DKI 2017 itu, ada tiga pasangan calon yang bersaing. Ada Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang merupakan putra sulung Presiden RI ke-6, ada Anies Baswedan yang merupakan mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), dan juga ada Basuki Tjahaja Purnama yang saat itu masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.

Baca juga: Pandji Pragiwaksono: Antara Politik dan Lawakan Kelas Dunia

Mengenang Pilkada DKI 2017 akan mengingatkan kita pada kisruh kasus penistaan agama yang dilakukan oleh calon gubernur petahana kala itu. Basuki alias Ahok yang merupakan pria keturunan Tonghoa dan beragama Kristen, disebut sebagai penista agama karena pidatonya yang membawa-bawa ayat di dalam kitab suci agama Islam.

Demonstrasi demi demonstrasi kerap jadi makanan publik. Para pengunjuk rasa yang akhirnya menamakan diri mereka sebagai Gerakan 212 itu menuntut agar Ahok segera dipenjara atas ucapannya yang dinilai menyakiti umat Islam. Namun, sebagian masyarakat menganggap bahwa massa yang demonstrasi itu hanya sebagai alat untuk mengalahkan Ahok di Pilkada DKI.

Benar saja, Ahok kalah dalam putaran kedua melawan pasangan Anies Baswedan dan wakilnya Sandiaga Uno. Banyak anggapan bahwa kekalahan Ahok karena isu penistaan agama yang masih membelitnya. Belum lagi, imbas dari itu semua, masyarakat jadi lebih sensitif terhadap isu-isu agama.

Lihat juga: Ngobrolin Anies – Sandi feat. Pandji

Kembali ke Pandji Pragiwaksono, setelah kekalahan Ahok, Pandji yang merupakan juru bicara pasangan Anies-Sandi inipun membuat pernyataan di akun Youtube miliknya. Video yang berjudul ‘Kenapa Ahok Kalah?’ itu jadi wadah untuk Pandji mengungkapkan alasan di balik kekalahan Ahok di Pilkada DKI.

Dalam video yang diunggah pada 12 Februari 2018 itu Pandji bilang, bahwa salah satu penyebab kekalahan Ahok adalah karena sikap pendukungnya yang terlalu emosional dan merusak simpati rakyat Jakarta. Banyak juga yang beranggapan bahwa kekalahan Ahok hanya murni karena isu agama semata. Tapi, kata Pandji, banyak yang lupa bahwa beberapa warga Jakarta yang rumahnya digusur tidak memilih Ahok karena faktor sakit hati. Ada pula aktivis lingkungan yang enggan memilih Ahok sebagai bentuk protes menolak reklamasi teluk Jakarta.

Karena banyaknya isu yang dipolitisasi, masyarakat jadi lupa tentang persatuan. Hal itu juga diungkapkan oleh Pandji di video Asumsi Mono yang di-posting pada 27 April. Jika Pilkada DKI aja bisa serumit itu, bagaimana dengan Pilkada Serentak 2018 dan Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 nantinya?

Lihat juga: Pandji Pragiwaksono: Gue Bias, Lo Bias. | Asumsi Mono

Dalam video itu Pandji mengaku, sebagai manusia pada umumnya, dirinya terkadang bias. Namun ia berusaha untuk bisa terlepas dari kebiasaannya itu.

“Gua pengin menjadi bagian dari orang-orang yang bikin kampanye politik ini santai. Karena kalau kita melanjutkan sentimen dan tendensius yang terjadi ketika Pilkada DKI kemaren, 2018 [Pilkada Serentak] tuh akan sangat melelahkan, 2019 [Pemilu] apalagi,” ujar Pandji.

Kita bisa memilih siapapun sosok yang jadi jagoan kita di Pilkada atau di Pemilu nanti. Tapi, guys, kalau kata Pandji, pertemanan atau persatuan itu lebih penting daripada siapa sosok yang menang nantinya.

“Apakah selesai semua ini kita masih bisa berteman?” tanya Pandji.

“Dan moga-moga, elo sama gua bisa jadi orang-orang yang bilang ‘gua tau kampanye politik ini panas, tapi gua gak mau ikutan panas.’ Gua pengin jadi es batu yang membuat suasana lebih menyenangkan,” harapnya.

Share: Pandji: Gue Pengin Jadi Es Batu