Budaya Pop

Pandji Pragiwaksono: Antara Politik dan Lawakan Kelas Dunia

Ramadhan — Asumsi.co

featured image

Beberapa hari lalu pasti banyak yang tertipu dengan kampanyenya Pandji Pragiwaksono, stand up comedian sekaligus rapper yang terkenal di Indonesia. Lewat baliho besar bergambar dirinya di Bandung dan Yogyakarta serta ekspansi di jagat maya, Pandji seolah selangkah lagi bergabung dengan partai politik dan nyaleg.

Kondisi itu semakin dibikin dramatis oleh Pandji yang sampai membuat hand sign dengan kelima jarinya diiringi tagline ‘salam persatuan’. Bahkan, rasa penasaran sampai diacak-acak kala Pandji sempat-sempatnya bertemu kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS), lengkap sudah.

Eh, tak disangka tak dinyana, kehebohan yang membuat netizen gemas satu sama lain itu, karena saling berbeda argumen, hanyalah bagian dari strategi kampanye Pandji demi mencuri perhatian. Bukan untuk urusan politik, nyaleg, dan sebagainya, tapi kehebohan Pandji itu demi promosi world tour-nya di beberapa negara.

Betul Pandji bakal kembali membuktikan bahwa lawakannya bakal sampai ke beberapa negara seperti Amsterdam sampai Guangzhou.

Udah segitu aja nih? Tenang guys tenang, Pandji bukan tipe orang ‘SMP’ (Selesai Makan Pulang) kok atau abis bikin heboh langsung pergi. Sosok kelahiran Singapura pada 18 Juni 1979 silam itu bakal bertanggung jawab mengembalikan kekesalan kalian yang udah terlanjur tertipu dengan kampanyenya.

Pandji mengungkapkan banyak hal seputar pilihannya untuk menjadi sosok yang berbeda, passion-nya terhadap politik, sampai usaha-usaha konkretnya untuk mempersatukan masyarakat yang terkotak-kotak lewat lawakannya.

‘Berbeda’ Jadi Prinsip Pandji

“Sedikit lebih beda lebih baik daripada sedikit lebih baik,” demikian kalimat yang sering diulang-ulang oleh Pandji Pragiwaksono saat konferensi pers ‘Pragiwaksono World Tour’ di Le Seminyak, Cipete, Jakarta Selasa, Jumat 16 Maret kemarin.

Pandji menegaskan bahwa prinsip hidupnya adalah jadi orang yang berbeda. Hal itu pula lah yang mendasari Pandji memilih mempromosikan tur dunianya kali ini dengan cara yang beda dan bisa menarik perhatian masyarakat sampai bikin heboh.

Pandji pun sempat berpikir bagaimana caranya agar bisa menarik perhatian. Akhirnya sosok berusia 38 tahun itu mengaku, ketimbang ia dimanfaatkan untuk kepentingan politik tertentu, lebih baik ia memilih memanfaatkan politik sebagai alat mempromosikan tur dunianya itu.

“Karena zaman sekarang untuk di-notice sama orang tuh prinsipnya sedikit lebih beda lebih baik daripada sedikit lebih baik. Jadi, saya nyari strategi yang beda. Nah, salah satu yang belom pernah orang liat sebelumnya adalah kampanye setipe ini. Kenapa politik? Karena politik tuh gede banget. Jadi daripada dilawan dan saya enggak akan kuat, maka saya manfaatkan saja,” ujar Pandji.

Prinsip jadi orang yang berbeda itu didapatkan Pandji setelah dirinya membaca “Purple Cow”-nya Seth Godin. Dari sana, Pandji sadar bahwa menjadi orang yang tampil beda justru lebih baik ketimbang jadi orang yang tampil lebih baik.

Pandji sendiri mengaku senang upaya kampanye tur dunia stand up comedy-nya tersebut bisa menjadi bahan pembicaraan. Sebab, semakin ramai diperbincangkan itu berarti strategi pemasarannya berhasil.

Dalam mengkampanyekan tur dunianya itu, Pandji memang tak mau memakai cara yang biasa-biasa saja. Misalnya, pada hari tertentu Pandji mengumumkan lewat Twitter atau Instagram kalau dirinya bakal menggelar tur dunia stand up comedy. Lalu, apakah orang-orang bakal heboh? Enggak.

Ada beberapa orang di Indonesia ini yang menurut Pandji berhasil menjadi orang yang berbeda sehingga akhirnya menarik perhatian masyarakat dan terkenal. Siapa aja guys? Yak, ada nama Gleen Fredly, Vicky Prasetyo, dan Duo Serigala.

Rasanya tak perlu dijelaskan panjang lebar lagi, karena tentu sebagian besar dari kalian sudah tau apa yang membuat empat orang itu berbeda daripada yang lain di Tanah Air ini. Yang jelas mereka punya ciri khas yang enggak dimiliki orang lain, goyang dribble punyanya Duo Serigala misalnya.

Sekali lagi, menjadi lebih beda adalah lebih baik daripada menjadi lebih baik.

Passion di Dunia Politik

Lantaran dirinya selalu dikait-kaitkan dengan politik, terutama sejak ia jadi juru bicara pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno di Pilkada DKI Jakarta 2017, Pandji mengaku memang memiliki ketertarikan untuk terjun ke politik. Pandji punya passion politik.

Menariknya meski mengaku punya passion di dunia politik, Pandji justru tak mau sama sekali terjun ke dunia politik, jadi politisi atau sampai duduk di parlemen sebagai wakil rakyat. Nah lho, lalu apa yang bisa Pandji perbuat untuk politik?

Saat Asumsi bertanya apa yang bakal Pandji lakuin jika memang ia punya passion di dunia politik tapi tak ingin terjun di dunia politik itu sendiri, Pandji pun punya jawabannya. Menurut Pandji, ia bakal tetap berjuang di jalurnya sendiri saat ini

“Politik itu kan pilihan. Nah, pilihan itu ditentukan dari apa yang kalian ketahui dan pelajari, sementara pilihan itu juga butuh wawasan. Lalu apa peran gue? Gue akan mengisi wawasan itu,” kata Pandji saat ditanya Asumsi.

“Kualitas terbaik gue itu ada di mulut, gue jago ngomong. Gue bisa bikin lo tertawa, bikin lo nangis. Jadi, gue bisa ngasih wawasan dan pengaruh positif dengan kemampuan yang gue punya itu,” ujar Pandji.

Pandji pun membeberkan bahwa ada hal yang membuatnya berpikir dua kali untuk terjun di dunia politik. “Gue punya passion terhadap politik, tapi gua enggak punya kompetensi dalam politik,” ujar Pandji.

“Permasalahannya politik Indonesia adalah ada banyak orang yang pengin jadi politisi tapi enggak ada kemampuannya. Dulu gue bilang gue enggak mau (berpolitik), melihat kemarin, gue enggak mau menutup peluang, tapi sebelum ke situ banyak hal yang pengin gue lakuin,” ucap Pandji.

Menariknya, Pandji mengatakan bahwa berpolitik akan menjadi pilihan terakhir ketika memang dirinya sudah tidak laris lagi di dunia hiburan.

“Misalnya gini, gue enggak laku sebagai aktor, gue jadi sutradara, gue enggak laku jadi sutradara, gue menulis film, enggak laku menulis film, gue stand up, kalau enggak laku juga, gue jadi presenter,” kata Pandji.

“Enggak laku juga gue pengen mengajar, enggak keterima, juga gua mau bisnis, setelah semua itu baru gua berpolitik. Kenapa? Karena gue masih konsisten dengan pendapat gue,” ujarnya.

Mempersatukan Masyarakat Lewat Lawakan

Pandji mengatakan memang ada banyak tawaran masuk partai politik kepadanya. Bahkan ada sejumlah partai yang ajakannya, menurut Pandji, membuatnya tersanjung. Namun sekarang ia belum berpikir ke arah sana dan hanya mengunjungi partai untuk mencari materi lawakan.

Saat ini, Pandji hanya ingin fokus mempromosikan tur stand up comedy-nya. Pandji hanya ingin melawak dan dengan lawakannya itulah nantinya bisa mempersatukan masyarakat Indonesia yang sudah terlanjur berbeda paham dan latar belakang.

“Karena kali ini konser stand up comedy saya itu bakal banyak ngomongin tentang saya, saya kecil, saya besar, saya jatuh cinta, saya berpolitik. Jadi kurang lebihnya kayak autobiografi dan untuk itu kayaknya ngambil nama saya sebagai judul tuh jadi masuk akal,” kata Pandji.

Pandji juga menjelaskan mengapa ia memakai nama ‘Pragiwaksono World Tour’. Arti di balik nama Pragiwaksono menurut Pandji, sejalan dengan materi bertema kebijaksanaan khususnya dalam isu politik yang akan dibawakan Panji.

“Apalagi Pragiwaksono itu artinya kebijaksanaan, nah yang saya mau bahas di konser ini adalah tentang itu. Bahwa saya percaya persatuan Indonesia dan cara kita menyikapi situasi politik itu membutuhkan kebijaksanaan. Harus bijak menyikapi politik di Indonesia.”

“Setiap kota sama materinya. Tapi secara umum pesan utamanya adalah soal kebijaksanaan itu. Apa yang dibutuhkan Indonesia untuk bisa menyikapi kondisi Indonesia saat ini,”ucapnya.

Sekadar informasi, Pandji akan memulai Stand Up Comedy World Tour di Manila, Filipina pada 28 Juli 2018. Setelah itu, berlanjut ke kota Shanghai dan Guangzhou di Tiongkok. Baru memasuki benua biru, yakni Dusseldorf dan Nuremberg di Jerman, Amsterdam di Belanda.

Sementara untuk di Indonesia sendiri, tiga kota besar yang akan disambangi oleh Pandji adalah Surabaya, Yogyakarta dan Jakarta.

Share: Pandji Pragiwaksono: Antara Politik dan Lawakan Kelas Dunia