Isu Terkini

Pemerintahan Jokowi Main-main dengan Pembangunan Infrastruktur di Tahun Politik Ini?

Hafizh Mulia — Asumsi.co

featured image

Di tanggal 26 Desember 2018 kemarin, Tol Salatiga-Kartasura mengalami ambles di badan jalannya sepanjang 20 meter. Talut, cor yang menahan tanah dari longsoran, ambles karena hujan deras dan belum rampungnya pekerjaan konstruksi tol. Padahal lima hari sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah meresmikan jalan tol tersebut untuk umum.

Amblesnya jalan tol Salatiga-Kartasura ini tentu mengkhawatirkan, terlepas dari terganggunya aktivitas masyarakat atau tidak. Yang menjadi masalah adalah kecelakaan proyek konstruksi ini tidak hanya terjadi sekali ini saja. Selama 2018, tercatat sudah lebih dari lima proyek konstruksi mengalami kecelakaan. Yang pertama, di tanggal 2 Januari 2018 yang lalu, girder jalan tol Antasari-Depok patah. Girder, atau beton yang ada di antara dua penyangga jembatan, patah di pagi hari, sekitar pukul sembilan pagi. Patahnya girder ini bukan tanpa sebab. Kecelakaan terjadi karena eskavator menyenggol girder tersebut. Beruntungnya, tidak ada korban jiwa dalam kecelakaan ini.

Baca Juga: Tol Salatiga-Kartasura, Baru Dibuka Sudah Ambrol

Kecelakaan proyek yang kedua terjadi di tanggal 22 Januari 2018, hanya selang 20 hari setelah kejadian patahnya girder tol Antasari-Depok. Pada kecelakaan kedua ini,yang terjadi adalah patahnya konstruksi beton dalam proyek pembangunan Light Rail Transit (LRT). Kejadian ini terjadi di kawasan Kayu Putih, Jakarta Timur. Terdapat lima pekerja konstruksi LRT yang mengalami luka-luka akibat kecelakaan ini.

Kecelakaan yang ketiga adalah jatuhnya peluncur girder, atau yang juga dikenal dengan istilah crane, milik proyek jalur kereta api Double-Double Track (DDT). Jatuhnya peluncur girder ini terjadi di daerah Matraman, Jakarta Timur, pada tanggal 4 Februari 2018, atau hanya sebulan setelah girder milik proyek tol Antasari-Depok patah. Peristiwa ini menewaskan empat orang. Dalam kurun waktu satu bulan, sudah ada tiga kecelakaan proyek besar.

Baca Juga: Emangnya Indonesia Butuh Pembangunan Infrastruktur yang Besar-besaran?

Kecelakaan keempat datang dari Minahasa Utara. Kecelakaan yang terjadi adalah runtuhnya material proyek pembangunan jalan tol di Minahasa Utara dan menimbun tiga pekerja proyek. Kecelakaan yang terjadi di bulan April 2018 ini tentu menjadi tanda bahwa tidak hanya di Jakarta, proyek yang ada di luar Jakarta pun mengalami permasalahan yang serupa.

Kelima, kecelakaan terjadi di bulan Juli 2018. Struktur baja penyangga jembatan – yang juga dikenal dengan istilah cross girder – Kali Kuto milik proyek tol Batang-Semarang ambrol pada Jumat (13/7) malam. Kecelakaan ini mengakibatkan dua buah cross girder jatuh ke sungai. Kecelakaan ini bermula ketika crane yang mengangkut penggantung terhentak.

Dari kelima contoh di atas, terlihat bahwa sudah begitu banyak kecelakaan proyek yang terjadi selama 2018 ini saja. Kecelakaannya pun tidak berukuran kecil, melainkan telah menelan korban tewas. Apa yang sebenarnya terjadi?

Mengkompromikan Kualitas?

Argumentasi utama kelompok yang mengkritik kebijakan infrastruktur era Jokowi adalah minimnya kualitas infrastruktur yang dibangun demi mempercepat selesainya proyek. Meski belum ada fakta terkait hal ini, kecelakaan proyek yang telah terjadi berkali-kali jelas menjadi bukti pendukung valid argumentasi ini. Masalahnya adalah, kebijakan infrastruktur ini tidak sebaiknya dihentikan. Pembangunan infrastruktur memang kebijakan yang dibutuhkan Indonesia. Sebagai negara yang infrastrukturnya kalah secara kualitas dan kuantitas dari negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura, Indonesia harus terus berbenah diri.

Tapi tentu, dalam prosesnya, Jokowi dan seluruh jajaran di bawahnya harus terlibat dalam proses pengawasan yang ketat. Pembangunan jalan tol, kereta, jembatan, atau proyek infrastruktur yang lainnya tidak boleh dijalankan dengan main-main. Tanpa adanya pengawasan, kecelakaan-kecelakaan ini akan terus terjadi. Jika kejadian-kejadian seperti ini urung berkurang, tidak hanya pekerja dan negara yang mengalami kerugian, tetapi juga Jokowi pun akan kehilangan kepercayaan dari masyarakat sebagai seorang presiden.

Hafizh Mulia adalah mahasiswa tingkat akhir program sarjana di Departemen Hubungan Internasional Universitas Indonesia. Tertarik dengan isu-isu ekonomi, politik, dan transnasionalisme. Dapat dihubungi melalui Instagram dan Twitter dengan username @kolejlaif.

Share: Pemerintahan Jokowi Main-main dengan Pembangunan Infrastruktur di Tahun Politik Ini?