Isu Terkini

WHO: Kenaikan Kasus COVID-19 Mulai Melambat di Seluruh Dunia, Kecuali Asia Tenggara dan Mediterania Timur

Permata Adinda — Asumsi.co

featured image

WHO punya sedikit kabar baik. Angka kenaikan kasus COVID-19 di seluruh dunia mulai mengalami perlambatan jika dibandingkan dengan pekan sebelumnya (10-16 Agustus 2020). Laporan WHO pada 24 Agustus ini menunjukkan ada 5% perlambatan kenaikan kasus dan 12% penurunan kematian di seluruh dunia—dengan jumlah kasus mencapai 23 juta.

Kabar buruknya, Asia Tenggara tidak termasuk di dalamnya. Sebagai wilayah dengan kasus aktif paling banyak setelah Amerika, situasi di Asia Tenggara terus memburuk dengan laju 4% kenaikan kasus dan 4% kematian selama tujuh hari terakhir. Sementara itu, walaupun Amerika melaporkan kenaikan lebih dari 800 ribu kasus, angka ini menurun dari minggu sebelumnya sebesar 11% dan kematian menurun sebesar 17%.

Hingga 23 Agustus, wilayah Asia Tenggara, Asia Selatan, dan Asia Timur mengambil porsi 28% kasus baru dan 19% kematian di dunia. Tren kenaikan kasus dan kematian pun selalu konsisten, dengan kasus terbanyak di India yang mengambil porsi 86% kasus, dan kenaikan kasus paling pesat di Nepal dengan 49%.

Kenaikan kasus di Nepal itu dipengaruhi oleh peningkatan kapasitas tes mereka hingga 38%. Negara itu pun telah mengetes 30 ribu orang per satu juta populasi. Sementara itu, walaupun rata-rata kenaikan kasus di Indonesia dalam tujuh hari terakhir tidak mengalami kenaikan yang berarti, jumlah tes yang dilakukan masih sangat rendah, yaitu 7.505 per satu juta populasi.

Hingga 23 Agustus, kenaikan kasus COVID-19 di Indonesia selama tujuh hari terakhir memang turun sebesar 1,1% dibandingkan minggu sebelumnya. Tetapi, ada kenaikan kematian hingga 19,4%. Indonesia pun masih punya positivity rate (kasus positif per orang yang diperiksa) yang tergolong besar, yaitu 13,4%—lebih tinggi dari standar WHO yang sebesar 5%.

Jika menghitung tingkat kematian atau fatality rate, Indonesia dengan tingkat kematian sebesar 4,34% (per 25/8) memiliki angka yang lebih tinggi dibandingkan Asia Tenggara dan dunia secara keseluruhan, yaitu sebesar 2,38% dan 3,44% secara berturut-turut.

Selain di wilayah Asia, kenaikan kasus yang tidak melambat juga terlihat di wilayah Mediterania timur, dengan kenaikan kasus hingga 4%. Namun, berbeda dari Asia, jumlah laporan kematian secara konsisten menurun di wilayah tersebut selama enam minggu terakhir—dengan kenaikan kasus terbanyak dilaporkan di Lebanon, Tunisia, dan Yordania.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa walaupun kebanyakan negara sudah memiliki persiapan dan upaya penanggulangan yang matang, masih ada ketimpangan. Menurut catatan WHO, baru 50% negara di dunia yang memiliki program pencegahan dan pengendalian infeksi nasional dan memiliki fasilitas layanan kesehatan yang memadai. Hanya sepertiga negara di dunia pula yang telah menyusun kebijakan pencegahan dan pengendalian infeksi nasional secara jangka panjang.

“Cara tercepat untuk mengakhiri pandemi dan menggerakkan kembali ekonomi adalah dengan melindungi populasi yang punya tingkat risiko terbesar, dan bukan hanya populasi di beberapa negara,” kata Tedros pidatonya pada 20 Agustus. Oleh karena itu, ia mengimbau seluruh negara untuk berpartisipasi dalam COVAX Global Vaccines Facility yang merupakan bagian dari program ACT Accelerator.

Program ini akan mengalokasikan vaksin dalam dua tahap. Tahap pertama, vaksin akan dialokasikan di seluruh negara yang berpartisipasi secara proporsional untuk dibagikan ke orang-orang dengan risiko tertinggi. Tahap kedua, negara dengan populasi yang paling rentan dan terancam akan diutamakan—termasuk di dalamnya pekerja medis dan orang di atas usia 65 tahun.

“Dalam pandemi global, tidak ada yang aman sampai semua orang aman,” sambungnya.

Share: WHO: Kenaikan Kasus COVID-19 Mulai Melambat di Seluruh Dunia, Kecuali Asia Tenggara dan Mediterania Timur