Isu Terkini

Viral Satpam Urutkan Barisan Motor Sesuai Warna dan Merek, Perfeksionis atau Sindrom OCD?

Winda Chairunisyah Suryani — Asumsi.co

featured image

Jika biasanya satpam hanya bertugas untuk menjaga keamanan, hal itu tidak terjadi di SMA Negeri 4 Tangerang Selatan, Banten. Seorang satpam bernama Slamet Gunaedi, misalnya, sangat memperhatikan kerapihan barisan motor. Tak hanya sekedar disejajarkan barisannya, motor-motor yang terparkir di sekolah itu bahkan diurutkan berdasarkan warna dan mereknya.

Kenyataan yang tak biasa itu pun jadi bahan perbincangan pengguna media sosial khususnya Twitter. Bermula dari foto-foto yang diunggah oleh @killerqweennn untuk menunjukkan betapa estetis penampakan barisan motor di halamam parkir sekolahnya. Hingga tulisan ini ditulis, cuitannya berhasil mengumpulkan 21 ribu retweet dan 14 ribu likes.

Ditemui oleh beberapa mediia, Pak Slamet, begitu panggilan akrabnya mengaku memang selalu merapihkan barisan motor sesuai warna agak terlihat rapih. “Biar rapi dan nyaman buat para siswa. Jadi saya rapihin sesuai warna-warnanya,” ujar Slamet dikutip dari Kompas.com pada Rabu, 30 Januari 2019.

penampakan parkiran hari ini pic.twitter.com/39n9NxkrtY— tyara (@killerqweennn) January 30, 2019

Sudah 19 tahun lamanya Pak Slamet bertugas sebagai satpam di sekolah. Ia mengakui suka keindahan dan ketertiban sehingga secara sengaja berinisiatif merapikan motor para siswa. Baginya, itu adalah suatu tanggung jawab. Meski tidak diperintah, ataupun tidak dilihat oleh bos, tugasnya merapihkan motor akan tetap dilakukannya.

“Kalau satpam kebanyakan rajin kalau ada bosnya. Kalau saya mah nggaklah. Mau bos lihat, mau nggak, saya tetap dengan aktivitas saya merapikan. Bagi saya, mau ada motor 1.000, mau ada 1, tetap itu tanggung jawab saya,” ungkap Pak Slamet dilansir dari Detik.com pada Kamis, 31 Januari 2019.

Pria berusia 47 tahun itu juga menganggap bahwa jika motor-motor tidak dikelompokkan sesuai warna, maka tidak akan enak dipandang. “Ya enggak enak aja dilihatnya,” katanya.

penampakan parkiran hari ini pic.twitter.com/39n9NxkrtY— tyara (@killerqweennn) January 30, 2019

Perfeksionis atau Sindrom OCD?

Menjadi pribadi yang rajin, senang akan kerapihan, dan juga berusaha untuk jadi yang terbaik bukanlah hal yang salah. Namun ada perbedaan besar antara menjadi seseorang yang terbaik di bidangnya, dan seseorang yang perfeksionis. Mereka biasanya orang-orang pekerja keras (workaholic) yang mendambakan ketertiban. Meski tidak ada yang salah dengan memiliki karakteristik seperti ini, tapi perfeksionisme sendiri bisa membahayakan jika seseorang sampai merasa amat cemas dan stres begitu capaian yang diinginkan gagal tercapai.

Dr. Helen Odessky, psikolog sekaligus penulis Stop Anxiety From Stopping You mengungkapkan sifat perfeksionis dapat memicu munculnya kecemasan atau anxiety, yakni respon alami tubuh terhadap stress. Ketika hasil yang didapat tidak sesuai dengan standarnya yang sudah terlalu tinggi, ia akan merasa cemas. Orang yang mengalami kecemasan biasanya akan merasa takut, khawatir, dan tidak nyaman terhadap sesuatu. Kecemasan inilah yang berujung pada depresi.

Sementara, gangguan obsesif-kompulsif, alias OCD adalah gangguan mental yang ditandai dengan pikiran, imajinasi, bayangan yang tidak diinginkan semacan perilaku yang terus berulang. Sedangkan, perilaku berulang yang ditunjukkan oleh seseorang yang perfeksionis lebih didasari oleh keinginannya sendiri. Sedangkan seseorang dengan OCD akan melakukan pengulangan perilaku hingga dapat menyebabkan kelelahan secara fisik maupun mental.

Pasalnya, seseorang yang menderita OCD tidak mampu menunda aktivitas fisik sehingga memunculkan gangguan kecemasan. Kegiatan itu tak tertahankan sehingga harus dilakukan agar bisa mengurangi rasa kecemasan itu. Hampir sama dengan perfeksionis.

Namun tidak semua perfeksionis dapat mengalami depresi. Mereka yang depresi biasanya hanya dipicu oleh faktor lain, seperti kurang percaya diri, ragu terhadap diri sendiri, suka membandingkan dengan orang lain, takut melakukan kesalahan, dan tidak mendapat dukungan dari orang sekitar. Kritik dan pujian juga menjadi hal yang sangat berpengaruh bagi mereka.

Lalu bagaimana dengan sifat Pak Slamet yang rela membereskan barisan motor berdasarkan warna hanya karena ‘biar enak dilihat’? Apakah termasuk perfeksionis atau sudah masuk kategori sindrom OCD? Atau mungkin masih bersifat wajar seperti orang-orang yang suka kerapihan pada umumnya?

Share: Viral Satpam Urutkan Barisan Motor Sesuai Warna dan Merek, Perfeksionis atau Sindrom OCD?