Lembaga survei Charta Politika Indonesia merilis hasil survei terkait Pemilu Legislatif (Pileg) 2019. Hasil survei yang dilakukan Charta Politika menunjukkan bahwa Pileg 2019 cenderung dilupakan masyarakat karena euforia pelaksanaan Pemilu Presiden (Pilpres). Hal tersebut tentu disayangkan, lantaran pesta demokrasi itu diselenggarakan dalam waktu bersamaan.
“Euforia Pilpres menyedot masyarakat sehingga (mereka) hampir melupakan Pileg. Kenyataannya, publik (lebih) merasakan geliat Pilpres,” kata Direktur Riset Charta Politika, Muslimin dalam konferensi pers rilis survei mengenai “Pileg 2019: Pemilu yang Terlupakan” di Resto Es Teler 77, Jalan Adityawarman, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis, 4 April 2019. Turut hadir dalam acara tersebut yakni Wakil Ketua Umum Demokrat Syarif Hasan, Politisi PDI-P Masinton Pasaribu, Politisi PSI Andy Budiman, dan Politisi PKS Mardani Ali Sera.
Muslimin juga memaparkan hasil survei Pileg 2019 yang dibagi ke dalam beberapa kategori preferensi politik masyarakat.
“Pertama, partai politik tertinggi pilihan masyarakat. Kedua, trend naik turunnya elektabilitas partai politik. Ketiga, kemantapan masyarakat memilih partai politik dan faktor capres-cawapres terhadap partai yang dipilih masyarakat,” ucapnya.
Menurut Muslimin, gaung Pileg 2019 tak sebesar Pilpres 2019 yang menghadirkan pertarungan antara dua calon presiden, yakni sang petahana Joko Widodo menghadapi Prabowo Subianto. Padahal, hajatan Pileg juga tak pentingnya seperti Pilpres.
“Sebanyak kurang lebih 7.000 caleg dari 16 partai yang berlaga saat ini kurang mendapat perhatian di masyarakat,” ujarnya.
Lebih lanjut, Muslimin mengatakan bahwa berdasarkan hasil survei yang mereka lakukan, sebanyak 95 persen responden mengetahui pelaksanaan Pemilu 2019 pada 17 April mendatang. Ia mengatakan bahwa tingkat partisipasi atau animo masyarakat cukup tinggi untuk datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS).
“Animo masyarakat cukup tinggi yaitu 94,7 persen bersedia mau datang ke TPS,” kata Muslimin.
Namun Muslimin menjelaskan, ketika responden ditanya lebih lanjut soal kerta suara mana yang akan dicoblos terlebih dahulu, hasilnya sebanyak 75,4 persen responden memilih kertas suara Pilpres. Kemudian dilanjutkan sebanyak 2,2 persen responden memilih untuk mencoblos kertas suara DPD RI, dilanjutkan sebanyak 1,4 persen responden memilih mencoblos surat suara DPR RI.
“Sebanyak 1,1 persen mencoblos suara DPRD tingkat 1 atau provinsi, mencoblos surat suara DPRD tingkat 2 atau kabupaten/kota, dan 11,9 persen tidak menjawab,” ucap Muslimin.
Survei Charta Politika juga berusaha memprediksi apa yang dicoblos masyarakat di surat suara. Hasilnya ada sebanyak 34,6 persen responden mencoblos nama calon anggota legislatif, lalu sebanyak 31 persen mencoblos gambar partai politik. Dilanjutkan sebanyak 22,1 persen responden memilih mencoblos nama caleg dan gambar partai, serta sebanyak 12,5 persen memilih tidak menjawab.
Charta Politika juga merilis hasil survei mengenai elektabilitas partai politik di Pemilu 2019. Dari survei tersebut, elektabilitas Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Gerindra, dan Partai Golkar masih menduduki posisi teratas sebagai partai yang menjadi pilihan masyarakat.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, meski perhatian masyarakat terhadap Pileg 2019 teralihkan oleh Pilpres 2019, namun nyaris seluruh responden dalam survei tersebut mengaku mengetahui diselenggarakannya Pileg tersebut. Lalu, saat ditanya partai politik mana yang akan dipilih oleh responden, PDIP masih menjadi pilihan tertinggi dengan 25,3 persen, disusul Partai Gerindra sebesar 16,2 persen, dan Partai Golkar 11,3 persen.
Data juga menunjukkan ada empat partai yang masih bersaing ketat memperebutkan posisi keempat dan kelima yakni PKB, Partai Demokrat, Partai Nasdem, dan PKS.
“Baru PKB 8,5 persen dan seterusnya, Demokrat dan Nasdem 5,2 persen, disusul PKS 5,0 persen. Partai ini bisa kita katakan sudah lolos dan bisa mewakili di DPR RI,” kata Muslimin.
Sementara itu, sisa sejumlah partai lainnya masih berada di bawah 5 persen. Di antaranya PAN 3,3 persen; PPP 2,4 persen; PSI 2,2 persen; Partai Perindo 2,0 persen; dan Hanura 1,0 persen.
“Partai yang di bawah 5 persen ini kita anggap agak susah untuk lolos ke Senayan. PAN, PPP, PSI, Perindo, Hanura, PBB. Mereka mampu masuk ke parlemen jika bisa memperebutkan suara undecided voter dan swing voter,” ucap Muslimin. “11,7 persen responden yang belum menentukan pilihannya,”
Survei Charta Politika tersebut digelar sejak 19-25 Maret 2019 di 34 provinsi se-Indonesia dengan menggunakan multistage random sampling dengan Margin of Error sebesar 2,19 persen dan tingkat kepercayaan mencapai 95 persen. Jumlah sampel terdiri dari 2.000 responden di 34 provinsi.
Survei tersebut menggunakan metode multistage random sampling dengan margin of error +/- 2,19 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.