Isu Terkini

Siasat Bertahan di Tengah Grup Chat Keluarga yang Enggak Penting nan Hoax

Hafizh Mulia — Asumsi.co

featured image
Asumsi.co

Where should we start, huh?

Mungkin hampir semua dari kalian pernah banget mendapatkan pesan seperti ini:

Contoh hoaks yang tersebar di platform Whatsapp. Foto: Dok. Pribadi/Asumsi.co.

PERNAH? SERING? CAPEK ENGGAK SIH?

Eh tapi jangan salah. Meskipun mungkin kalian lelah dengan berita-berita macam foto di atas, masih ada banyak orang di luar sana yang termakan dengan berita-berita hoax kayak gitu. Seberapa pun kamu yakin orang Indonesia sudah makin pintar-pintar, masih lebih banyak orang-orang yang bego belum pintar untuk bisa mengolah pesan-pesan mana yang hoax, pesan-pesan mana yang benar. Jadi, mungkin buat kalian-kalian semua warga Indonesia milenial yang budiman, kesempatan untuk mendapatkan pesan seperti foto di atas ini masih terbuka lebar.

Nah, terus bagaimana nasib kita, cebong-cebong milenial-milenial pintar yang sudah enggak bisa lagi jadi korban kayak gitu tapi masih harus berada di dalam grup keluarga yang nge-share hal-hal enggak penting nan hoax? Di artikel ini, ada tiga siasat untuk menyiasati kondisi agar kita tetap bisa bertahan di grup keluarga yang sering ngirim berita hoax nan enggak penting tersebut!

Bertahan dan Menjelaskan Kalo Itu Hoax

Strategi pertama dan mungkin bisa mencerdaskan keluarga kalian tentu adalah dengan mengedukasi tentang hoax-hoax tersebut. Sebagai generasi yang dianggap media native, generasi milenial sering banget diasumsikan lebih paham dengan membedakan antara hoax atau tidak. Hal ini tentu bermanfaat jika memang benar adanya. Kita bisa benar-benar membantu orang-orang di sekitar kita, dan bahkan sampai pada tahapan orang-orang yang tadinya belum paham tentang literasi media akan jadi lebih paham tentang membedakan yang mana yang hoax dan yang enggak tanpa kita bantu.

Terus, kalo misalnya mereka enggak mau nerima saran kita gimana? Ya sudah. Diamkan saja.  Karena kalo kata bang Victor Kamang kira-kira begini:

Ngasi penjelasan logis ke orang bodoh: ada kemungkinan dia jadi pinter

Ngasi penjelasan logis ke orang bebal: sampe lebaran kuda nda kelar.— Victor Kamang ???????????????????????????? (@victorkamang) December 2, 2016

Bertahan dengan Nge-mute Grup Tersebut

Cara lain kalau kalian ingin tetap bertahan di grup adalah ngemute grup tersebut. Kalau kalian bener-bener capek untuk nerima yang kayak gituan, sampai-sampai kalian bahkan capek buat bahkan sekadar mengingatkan, nge-mute grup chat keluarga juga bisa jadi salah satu solusi yang baik, sebenarnya. Kehidupan sekolah, kampus, atau kantor yang udah bikin mumet, pastinya enggak mau diperparah dengan chat yang enggak penting apa lagi hoax, kan? Nah yaudah, di-mute adalah salah satu solusi terbaik.

Cabut

Kalau emang kalian udah bener-bener lelah dengan isi gapenting nan hoax grup keluarga, cabut dari grup tersebut sebenarnya sah-sah saja. Kenapa enggak? Toh kalian kan enggak cabut dari kartu keluarga, kan? Kalian juga enggak bakalan dihapus dari kartu keluarga kok, gue berani jamin. Dengan bersikap kayak gitu, kan nanti kalian bakal ditanya, “Kenapa cabut dari grup keluarga?” Nah, disitu, kalian bisa tuh ngejelasin dengan lantang apa yang salah dari grup keluarga tersebut.

Kalo sikap lain yang sebenarnya tersedia tapi gue enggak saranin buat lakuin ada sih, sebenarnya. Misalnya, nge-kick anggota keluarga yang ngelakuin hal tersebut. Ini misalnya lho. Namun, ya mau gimana ya… enggak usah terlalu berlebihan juga lah. Kan kasihan, sebenarnya.Karena mau enggak mau, mereka adalah bagian dari keluarga. Plus, keluarga besar itu modal sosial, loh. Berbagai macam informasi aktual mulai dari lowongan pekerjaan sampai rekomendasi tempat makan enak seringkali dikasih tau kan sama keluarga besar kita.

Jadi, apa yang bakal kalian lakuin nih, guys?

Share: Siasat Bertahan di Tengah Grup Chat Keluarga yang Enggak Penting nan Hoax