Isu Terkini

Sederet Hal Penting yang Perlu Diperhatikan Para Penumpang MRT

Ramadhan — Asumsi.co

featured image

Transportasi massal baru Mass Rapid Transit atau Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta saat ini sedang menggelar uji coba publik yang dimulai pada Selasa, 12 Maret 2019 sampai 24 Maret 2019 mendatang. Dalam uji coba tersebut, terlihat jelas antusiasme masyarakat saat menjajal MRT. Sebagai transportasi baru, masyarakat tentu harus memperhatikan banyak hal agar MRT tetap terjaga.

Perhatikan Garis Antrian Penumpang

Masyarakat Indonesia sepertinya masih sulit untuk membudayakan antri terutama di ruang-ruang publik. Seperti misalnya saat hendak menggunakan kereta MRT Jakarta, sebagian besar masyarakat biasanya kurang bersabar, terburu-buru, saling dorong, hingga akhirnya suasana pun ricuh lantaran para penumpang saling rebutan untuk masuk ke dalam kereta lebih dulu.

Nah, MRT Jakarta sendiri langsung menegaskan budaya antri kepada siapa saja yang bakal menggunakan transportasi baru andalan ibu kota tersebut. Hal itu terlihat jelas dari garis antrian penumpang dengan warna mencolok di pinggir peron atau di pintu masuk otomatis menuju ke dalam kereta.

Baca Juga: MRT Jakarta, Harapan Baru Warga Jakarta

Ada garis warna kuning dan hijau di bagian lantai peron sebagai penanda antrian bagi masyarakat. Nantinya, sambil menunggu kereta datang, penumpang diharuskan mengantre mengikuti garis penanda warna kuning atau para penumpang harus berada di dalam garis kuning tersebut agar tertib.

Sementara garis hijau diperuntukkan untuk penumpang yang turun terlebih dahulu dari kereta. Jalur ini dimaksudkan agar penumpang turun dan naik tidak saling berebutan dan saling dorong. Dalam praktiknya, penumpang yang hendak masuk diimbau untuk menunggu beberapa saat dulu sampai semua penumpang yang turun keluar dari kereta.

Garis antrian di depan pintu keluar MRT Jakarta saat uji coba publik, Selasa, 12 Maret 2019. Foto: Ramadhan/Asumsi.co

Sebagai informasi tambahan, saat kereta datang, platform screen door (PSD) atau pintu kaca antara kereta dan batas penumpang langsung terbuka secara otomatis. Begitu pula sebaliknya, saat kereta belum tiba, pintu tersebut tertutup rapat.

Selain itu, dengan fasilitas dan fitur di stasiun sudah sangat lengkap, masyarakat juga diharapkan jangan malas membaca petunjuk yang ada. Misalnya saja ada passenger information display atau papan informasi bagi penumpang MRT yang bakal menunjukkan posisi penumpang berada saat itu di stasiun mana.

Perhatikan Kursi dan Ruang Prioritas

Di dalam kereta tampak sejumlah bangku penumpang berwarna biru muda sebagai bangku reguler dan bangku prioritas yang bewarna biru tua. Bangku prioritas ini tedapat di setiap sudut kereta dan diprioritaskan untuk lansia, ibu hamil dan anak-anak.

Selain itu ada juga sejumlah pegangan tangan di atas bangku yang memiliki warna berbeda. Perlu diketahui bahwa pegangan atau hand strap pada ruang dan kursi prioritas tersebut, berwarna kuning mencolok dan diposisikan lebih rendah dari hand strap biasa atau reguler.

Jadi penumpang bisa membedakan di mana ruang reguler ataupun prioritas saat duduk ataupun berdiri. Nantinya saat penumpang duduk atau berdiri dan melihat di depannya ada hand strap bewarna kuning, itu artinya ia sedang berada di ruang dan kursi prioritas.

Penempatan ruang dan kursi tersebut dimaksudkan agar masyarakat bisa meningkatkan kesadarannya terhadap penumpang priotitas di dalam kereta MRT Jakarta.

Kursi prioritas di sudut ruangan kereta MRT Jakarta, Selasa, 12 Maret 2019. Foto: Ramadhan/Asumsi.co

Tak Ada Tempat Sampah dan Tempat ‘Bagasi’ Tas

Seperti yang disampaikan Direktur Utama (Dirut) PT MRT Jakarta, William Sabandar saat konferensi pers MRT Jakara, Selasa, 12 Maret 2019 di Wisma Nusantara Jakarta, bahwa MRT Jakarta tidak menyediakan tempat sampah dan tempat menaruh atau bagasi tas di bagian atas kursi. William sendiri menegaskan bahwa pihak MRT memiliki alasan tersendiri mengenai hal itu.

Soal tak adanya bagasi atau tempat menaruh tas, seperti yang ada di kereta commuter line atau kereta rel listrik (KRL), William mengatakan lantaran rute kereta MRT Jakarta hanya berjarak pendek atau hanya 16 kilometer saja. “Kereta MRT ini kan memang didesain sebagai kereta jarak pendek, waktu tempunya pun cepat, jadi tak ada tempat menaruh tas seperti di KRL karena perpindahan penumpang cukup cepat juga,” kata Willliam di Wisma Nusantara, Selasa, 12 Maret 2019.

Tak adanya tempat menaruh tas di dalam kereta MRT pun memang cukup logis. Apalagi, dengan jarak tempuh hanya 16 km, perpindahan manusia antarstasiun akan sangat cepat sehingga tempat menaruh tas memang tak diperlukan. Bayangkan saja, waktu tempuh dari Lebak Bulus ke Bundaran HI hanya 30 menit saja dan itu tentu terasa sangat cepat.

Tiket dan Rencana Tarif

Selain itu, William Sabandar juga mengungkapkan bahwa pihaknya sudah menggandeng lima bank untuk pembayaran uang elektronik tiket MRT Jakarta. Kelima bank tersebut tidak hanya swasta namun juga milik pemerintah. “Nantinya uang elektronik dari BNI, BRI, Mandiri, BCA, dan Bank DKI bisa digunakan untuk penumpang untuk membeli tiket,” kata William.

Tak hanya uang elektronik dari berbagai bank, William juga menyatakan PT MRT Jakarta juga telah menyiapkan kartu single trip dan multi trip untuk calon penumpang. Untuk kartu itu, ia menyebut dapat diperoleh di vending machine yang tersedia. “Saat ini belum bisa digunakan. Warga dapat membelinya setelah MRT Jakarta resmi beroperasi,” ucapnya.

William juga menyatakan rencananya MRT juga diintegrasikan dengan moda transportasi lainnya. Jadi, karena MRT Jakarta fase 1 ini hanya menjangkau 13 stasiun dari Lebak Bulus ke Bundaran HI, masyarakat juga diimbau bisa memanfaatkan transportasi massal lain dari atau menuju ke stasiun MRT terdekat.

Suasana di stasiun bawah tanah Bundaran HI sebelum masuk ke MRT Jakarta, Selasa, 12 Maret 2019. Foto: Ramadhan/Asumsi.co

Sementara itu untuk tarif MRT, William menegaskan bahwa hal itu belum diputuskan secara pasti. Namun, kemungkinan harga tiket MRT setelah resmi beroperasi secara komersil nanti berkisar pada harga Rp. 10.000 saja. “Masih pembahasan pemerintah sama DPRD, usulan itu Rp8.500 sampai Rp10 ribu per 10 kilometer,” ujar William.

Fasilitas dan Fitur MRT Jakarta Lainnya

MRT Jakarta memang memiliki sejumlah fasilitas dan fitur modern. Misalnya saja papan informasi lokasi pemberhentian setiap lokasi pun telah berfungsi. Petunjuk stasiun pemberhentian selanjutnya pun tertera dengan jelas pada layar di bagian atas pintu keluar, ditambah lagi informasi tersebut akan diumumkan oleh announcer dari dalam kereta.

Selain itu, ada juga beberapa petunjuk keselamatan, alat pemadam kebakaran ringan hingga kamera tersembunyi atau CCTV di dalam stasiun. Setiap stasiun MRT juga sudah menyediakan beberapa fasilitas yang memadai. Mulai dari eskalator, lift khusus untuk ibu hamil, disabilitas, manula hingga anak-anak.

Selanjutnya ada juga toilet, ruang menyusui sampai tempat salat. Di dalam stasiun juga terbagi menjadi dua level. Level pertama atau concourse merupakan tempat untuk kegiatan pembelian dan penjualan tiket serta passenger gate.

Untuk area concourse, penumpang MRT juga bisa melakukan tapping in dan tapping out. Selain itu, area tersebut nantinya menyediakan berbagai macam gerai komersil, meliputi gerai makanan, minuman, hingga fashion.

Penumpang akan otomatis dikenakan biaya setelah melewati passenger gate. Namun, jika tidak menggunakan MRT, masyarakat masih dapat beraktivitas dengan memanfaatkannya untuk berkumpul di area komersil.

Lalu, di area level dua atau area peron penumpang, sinyal telekomunikasi juga sudah tersedia hingga kedalaman 20 meter. Untuk stasiun bawah tanah juga telah dilengkapi dengan pendingin ruangan.

Share: Sederet Hal Penting yang Perlu Diperhatikan Para Penumpang MRT