Budaya Pop

REVIEW FILM Folklore: A Mother’s Love, Apa yang Ditanam, Itu yang Dituai

Entol Muhammad Omar Gibran — Asumsi.co

featured image
Asumsi.co

Bagi saya, film horor Indonesia yang pernah saya tonton itu jarang banget yang bagus. Makanya film-film horor lokal yang bagus pasti bisa diinget dengan baik dan jelas. Salah satunya adalah Jelangkung (2001) yang disutradarai Rizal Mantofani dan Jose Purnomo. Masih teringat dengan jelas, film ini berhasil bikin saya takut tidur sendiri dan enggak berani ke kamar mandi sendirian, bahkan takut untuk keramas karena bisa jadi ada orang di depan muka begitu membuka mata.

Setelah bertahun-tahun tidak ada film horor yang bagus, muncul lah Pengabdi Setan di tahun 2017. Karya Joko Anwar ini eksekusinya oke banget. Beda dari film-film horor nasional lainnya. Saya enggak ngeliat perempuan seksi atau jumpscare murahan sepanjang film. Malahan, film ini memaksimalkan suasan dan efek suara untuk membuat penonton seperti ada di dalam film itu. Asli, bulu tengkuk merinding sepanjang film.

Kalau boleh jujur, nama “Joko Anwar” sendiri sudah cukup menjual untuk menonton filmnya. Menurut pandangan saya, Joko Anwar ini bisa dikatakan sebagai sutradara nyentrik yang mengemas sebuah film dengan sudut pandang menarik dan lain daripada yang lain. Coba deh nonton Janji Joni! Bahkan film ini sempat jadi salah satu materi belajar waktu saya kuliah dulu dan dosen saya memberikan dua jempol untuk film ini. Dosen saya salut karena jarang-jarang ada film yang bercerita tentang pengantar roll film bioskop. Film ini, menurut saya, bisa memberikan sebuah konflik sederhana dengan pengemasan yang sangat menarik.

Bahkan kenyentrikannya membuat Joko Anwar diajak kerjasama dengan HBO Asia untuk membuat konten orisinil. Tahun lalu, Joko Anwar sudah diajak membuat Halfworld Season 1 yang dibintangi sederetan artis-artis ternama Indonesia dan juga Malaysia. Bisa dilihat kalau banyak respon positif datang memuji kerja kerasnya. Gimana enggak, Joko Anwar berhasil mengangkat cerita hantu tapi dengan sentuhan genre drama action. Ditambah lagi, dia bisa menyatukan feel film drama romantis, horor, dan action ala film The Raid dalam satu tayangan itu.

Tahun ini, Joko Anwar diajak lagi sama HBO Asia bikin serial Foklore! Folklore itu sendiri adalah serial yang digarap sutradara ternama dari beberapa negara Asia dan mengangkat cerita-cerita urban legend tiap negara asal para sutradara. Dan dia berhasil membuka serial bertema horor ini dengan membuat saya merasa terkesima. Serial berjudul “A Mother’s Love” ini menceritakan kecintaan ibu (Marissa Anita) pada sang anak (Muzakki Ramadhan) yang rela berbuat apa saja demi si anak laki satu-satunya. Suatu hari, si ibu harus bekerja membersihkan sebuah rumah besar dan di situ ia menemukan banyak hal mengejutkan. Tiba-tiba, ada banyak anak kecil di loteng rumah. Ternyata, anak-anak itu “dijaga” Wewe Gombel, salah satu legenda hantu Indonesia.

Sama seperti film Pengabdi Setan, Joko Anwar memanfaatkan pencahayaan yang sangat kontras antara gelap dan juga terang. Enggak berhenti di situ, efek suara dan music juga berhasil dipilih untuk membangkitkan rasa penasaran penonton. Tapi, tetep aja ada yang beda dari film Pengabdi Setan.

Misalnya, durasi yang udah beda banget, yaitu cuma 45 menit! Sementara Pengabdi Setan sendiri durasinya 107 menit sendiri. Makanya mungkin ada sebagian orang yang menganggap kalau alur ceritanya enggak ‘mulus’ seperti film yang terkenal dengan sosok Ibu-nya itu.

Tapi dengan durasi 45 menit itu, bagi saya Joko Anwar sudah bisa memberikan banyak kejanggalan dari hubungan ibu-anak ini. Perubahan hubungan antara ibu-anak ini juga bisa diberitahukan dengan ‘halus’. Dan untuk saya, Joko Anwar bisa membuat saya penasaran dengan episode selanjutnya dari serial Folkore ini. Bahkan mungkin bisa jadi penonton lain yang belum berlangganan HBO jadi terpicu untuk berlangganan.

Share: REVIEW FILM Folklore: A Mother’s Love, Apa yang Ditanam, Itu yang Dituai