Pemerintah Indonesia terus mengebut pelaksanaan vaksinasi gratis Covid-19 kepada masyarakat, sehubungan terus meningkatnya kasus virus corona yang penambahannya kembali mencatatkan rekor baru penambahan kasus per Rabu (14/7/21) sebanyak 54.517 kasus. Namun pelaksanaan Covid-19 di berbagai daerah tanah air belum ada yang mencapai 100 persen, setidaknya di provinsi-provinsi yang masuk 10 besar penambahan kasus tertinggi kemarin.
Persentase vaksinasi Bali hampir 100 persen
Mengutip Detik.com, 10 provinsi sebaran kasus COVID-19 paling tinggi di Indonesia antara lain DKI Jakarta yang mencatatkan 12.667 kasus baru, Jawa Barat sebanyak 10.444 kasus baru, kemudian di Jawa Timur sebanyak 7.088 kasus baru, Jawa Tengah mencatatkan 5.110 kasus baru, dan Banten yang terjadi penambahan 3.889 kasus baru.
Kemudian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) kemarin mencatatkan 2.350 kasus baru, Kalimantan Timur bertambah 1.658 kasus baru, Riau mencatatkan 978 kasus baru, Sumatera Utara terdapat 886 kasus baru, dan Bali mencatatkan 791 kasus baru.
Baca Juga: Korsel Larang Gym Putar Gangnam Style, Emang Covid Menular Lewat Keringat? | Asumsi
Mengikuti 10 besar provinsi dengan peningkatan kasus COVID-19 tertinggi, berdasarkan situasi vaksinasi terkini yang dilaporkan situs Kementerian Kesehatan RI hingga Kamis (15/7/21) pukul 12.00 WIB hanya provinsi Bali yang vaksinasinya sudah mendekati 100 persen. Berikut ini daftarnya:
1. DKI Jakarta
2. Jawa Barat
3. Jawa Timur
4. Jawa Tengah
5. Banten
6. DI Yogyakarta
7. Kalimantan Timur
8. Riau
9. Sumatera Utara
10. Bali
Herd imunnity di Indonesia cuma mitos
Epidemiolog dari Universitas Indonesia Pandu Riono menilai dengan capaian persentase vaksinasi seperti yang terlihat di 10 provinsi ini sebagai sampel, kekebalan kelompok atau herd immunity di Indonesia kemungkinan besar tidak akan tercapai.
“Herd immunity itu mitos buat negara kita, enggak mungkin tercapai di Indonesia. Itu cuma ucapan manis indah dibayangkan saja. Indonesia tidak akan mungkin mencapai herd immunity karena situasi vaksinasinya belum maksimal seperti ini,” kata Pandu kepada Asumsi.co melalui sambungan telepon, Kamis (15/7/21).
Selain capaian persentase, kata dia efikasi vaksin yang dipakai di Indonesia untuk disuntikkan ke masyarakat juga rendah, sehingga agak sulit untuk mendukung terjadinya herd immunity.
Baca Juga: Perjuangan RS Bhina Bhakti Husada Rembang Cari Oksigen, dari Distributor Sampai ke Ganjar | Asumsi
Ia menerangkan, efikasi vaksin yang digunakan di tanah air hanya sampai 65 persen untuk mencegah terinfeksi COVID-19. Kekhawatiran banyak pihak untuk divaksinasi menggunakan vaksin AstraZeneca karena terpaan isu yang menyebut vaksin jenis ini berbahaya, menurutnya juga jadi masalah tersendiri.
“Padahal AstraZeneca sebetulnya lebih bagus daripada Sinovac. Makanya yang pakai Sinovac lebih banyak yang lebih mudah terinfeksi, walau pun risiko kematiannya rendah. Bukan berarti yang pakai AstraZeneca enggak bisa kena juga, tapi lebih oke perlindungannya. Banyak yang eggak mau pakai AstraZeneca, padahal efek samping vaksin ini sangat jarang sekali. Ratusan juta orang divaksin pakai ini kan, enggak ada yang mati tuh. Ini jadi masalah juga,” tuturnya.
Pandu juga merespons capaian vaksinasi di Bali yang saat ini hampir mencapai 100 persen. Ia mengungkapkan hal ini dikarenakan adanya kesengajaan pemerintah yang memberikan perlakuan khusus mengebut vaksinasi di provinsi tersebut.
“Bali dapat special treatment karena mau dibuka sebagai daerah wisata unggulan kita yang mau dibuka besar-besaran lagi. Kemudian orang-orang yang punya duit dan yang dekat dengan kekuasaan, bisnisnya di Bali semua, Jadi enggak heran kalau persentase vaksinasinya tinggi. Buat kepentingan bisnis dan ekonomi juga, tetap. Dikebutnya bukan buat melindungi masyarakat Bali dari virus corona. Enggak ada begitu,” pungkasnya.