General

“Berantem Zaman Now”, Fenomena Berantem Tanpa Senjata Ala Deddy Mizwar vs Hidayat Nur Wahid

Ramadhan — Asumsi.co

featured image

Memasuki tahun 2018, kayaknya trend berantem udah bisa dibilang “pindah” ke ranah Twitterland nih guys. Udah gak zaman lah ya, berantem adu argumen terus jotos-jotosan sambil ngacung-ngacungin golok. Zaman media sosial gini, berantem juga harus berubah jadi “berantem zaman now” dong, alias berantem ber-platform media sosial! Nah, “berantem zaman now” ini bisa kita lihat di adu argumen antara dua politisi asal Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Hidayat Nur Wahid dan Deddy Mizwar yang berdebat secara terbuka di timeline Twitter.

Jadi, berdasarkan pantauan Asumsi.co, pada hari ini (02/01) Wakil Ketua Majelis Syuro PKS, Hidayat Nur Wahid dan Wakil Gubernur Jabar yang tadinya diusung PKS tapi gak jadi, Deddy Mizwar saling berbalas argumen di akun Twitternya masing-masing. Perdebatan ini dimulai dari sebuah kontrak politik yang diduga ditandatangani Deddy dengan Partai Demokrat pada 2 Oktober lalu. Salah satu poin dari isi surat kontrak politik tersebut adalah siap memenangkan Presiden maupun Wakil Presiden yang diusung oleh Partai Demokrat periode 2019-2024 mendatang.

Padahal, seperti yang selama ini diketahui, Demiz, panggilan akrab Deddy, sudah lama didukung oleh PKS. Demiz bahkan sempat dipasangkan dengan kader PKS, Ahmad Syaikhu untuk maju di pentas Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Barat (Jabar) 2018. Sayangnya, pasangan ini kandas karena PKS lebih memilih bakal calon gubernur yang diusung Gerindra, Sudrajat untuk dipasangkan bersama Syaikhu. Setelah berpisah, Deddy gak keabisan amunisi nih, guys. Bintang film “Naga Bonar” ini segera gercep melakukan pendekatan ke Partai Golkar. Hasilnya, Deddy digadang-gadang bakal berpasangan dengan Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat, Dedi Mulyadi.

Balik lagi ke “berantem zaman now” antara keduanya, argumen di Twitter sendiri berawal dari pertanyaan seorang netizen dengan akun @Umar_Hasibuan_  pada 30 Desember 2017 lalu kepada Hidayat Nur Wahid soal kenapa PKS masih mengurusi Deddy padahal sudah punya calon sendiri di Pilkada Jabar.

“@Umar_Hasibuan_: Bingung ya knp @hnurwahid ini msh sibuk ngurusin bang @Deddy_Mizwar_ ? Sdhlah urus saja cagub PKS kelen itu gak usah repot2 sebarin berita gak jelas ttg bang Demiz. Situ yg ninggalin situ yg meracau.”

Deddy pun membalas cuitan tersebut dengan nada yang justru memancing asumsi netizen. “@Deddy_Mizwar_: Mungkin sedang mencari pembenaran krn rasa bersalahnya..doakan saja agar diampuni Allah swt.”

“@DevinRmd: Pak Hidayat di mata Bang Demiz.”

Sebelumnya, Hidayat memang berkicau bahwa ada kontrak politik yang muncul antara Deddy Mizwar dengan Partai Demokrat untuk memenangkan calon presiden di 2019. Hal itulah yang kemudian jadi ramai diperbincangkan.

Setelah ada netizen yang menganggap bahwa isi cuitan Deddy di atas cenderung menggambarkan sosok Hidayat yang sebenarnya, Deddy pun langsung membalas dengan nada meredam.

“Ust HNW org yg baik..utk mengakhiri ini silakan beliau menunjukkan kontrak politik yg dimaksud via sosmed atau sambil ngopi hehe,” demikian jawaban Deddy Mizwar.

Tak tinggal diam, Hidayat Nur Wahid pun langsung mengunggah kontrak politik yang dimaksud Deddy Mizwar. Lalu, adu argumen pun terus berlanjut.

“Bang @Deddy_Mizwar_ berikut Pakta Integritas, ya Abang tandatangani, yg pd point 3 jelas menyebutkn ttg komitmen Demiz unt gerakkan mesin Partai unt memenangkan Presiden/Wakil Peesiden yg diusung olh Partai Demokrat. Dokumen ini kami dapat dari 2 sumber yg sangat dekat dg Antum,” kata Hidayat.

“Sekali lagi, kami hormati pilihan politik Bang Demiz. Sbgmn kami juga berterimwkasih, Bang Demiz pun hormati pilihan politik kami di PKS,” sambung politisi berusia 57 tahun itu.

Deddy lantas menanggapi cuitan Hidayat tersebut. Politisi berusia 62 tahun tersebut mempertanyakan, kesalahan dan dosa apa yang dibuatnya saat menandatangani kontrak politik itu.

“Hehe kalo dokumen itu yg dimaksud mk dosa apa yg sy lakukan pd PKS.bukankah Ustadz sbg kader PKS juga harus mendukung capres/cawapres yg diusung PKS?” katanya.

Deddy menuturkan dirinya sudah menerima keputusan bahwa PKS tak lagi bersama dengan dirinya pada Pilgub Jabar 2018 nanti. Deddy pun menegaskan bahwa pernyataannya bukan untuk menyudutkan PKS dan Hidayat.

“Jadi klarifikasi ini bukan untuk menyudutkan ustaz dan PKS. Melainkan untuk mengakhiri kemarahan dan kebencian di netizen karena statement ustaz,” kata Deddy.

Hidayat pun membalas dengan penegasan bahwa PKS sudah lapang dada menerima pilihan politik Deddy Mizwar. Hidayat hanya tak ingin ada pihak-pihak tertentu yang memanfaatkan situasi panas itu dengan berita-berita bohong.

“Itu hak Bang Demiz kan. Tapi ada jg yg tunggangi hal ini unt bikin judul yg sesat, sebarkan fitnah, kompori, unt pecahbelah ukhuwah kita. Sekalipun ttg difitnah mah, bagi kami sudah hafal&kenyang he he he. Hanupis Bang,” ujar Hidayat.

Suasana pun akhirnya cair dan mereda. Deddy dan Hidayat akhirnya berencana untuk bertemu sambil ngopi bareng.

“Atau Kita ngopi bareng aja agar ustadz bisa jelaskan informasi apa yg ustadz terima.Kalaupun informasi yg ust terima itu keliru tdklah sy minta PKS utk bersama lg dgn sy koq..hehe,” ujar Deddy Mizwar.

“Kapan2 kita ngopi bareng ya Bang. Di rumah kami biasa tersedia “kopi tahlil”. Segar dan menyehatkn Bang. Cocok unt ngobrol lanjutkan persahabatan kita semuanya. Kapan Bang Demiz ada waktu, kami siap selalu. Hatur nuhun pisan. Wassalamualaikum,” balas Hidayat Nur Wahid.

Kocak ya guys, bacanya! dari sindir-sindiran, terus adu argumen, terus ujung-ujungnya ngajak ngopi, semua dilakukan via Twitter! Mungkin buat kalian yang hobi berantem, metode berantem ala Demiz dan HNW ini patut dicoba, karena selain hemat tenaga dan gak perlu repot-repot adu senjata tajam, kalian juga bisa menunjukkan sikap terpuji kalian yang mudah berdamai lewat sosial media, yang mana semua orang bisa baca. Ya, palingan hape jadi panas aja sih, karena kebanyakan di-mention jemaah se-Twitterverse. Nah, selamat mencoba!

Share: “Berantem Zaman Now”, Fenomena Berantem Tanpa Senjata Ala Deddy Mizwar vs Hidayat Nur Wahid