Isu Terkini

Perang Asimetris, Ancaman Keamanan Negara yang Wajib Diwaspadai Menurut Panglima TNI

Ramadhan — Asumsi.co

featured image

Panglima TNI, Marsekal Hadi Tjahjanto menyampaikan banyak hal terkait perkembangan dunia baru yang harus jadi perhatian Komandan Satuan di tubuh TNI. Menurut Hadi, salah satu ancaman nyata keamanan negara adalah perang asimetris. Seperti apa ancaman tersebut?

Marsekal Hadi mengingatkan bahwa Komandan Satuan TNI harus mencermati perkembangan lingkungan strategis di masyarakat, baik nasional maupun global seperti lahirnya tatanan dunia baru dalam bentuk uni-multipolar ancaman terorisme, ancaman siber, dan kerawanan di laut.

Hal itu perlu dilakukan agar TNI mampu mengantisipasi dampak negatif dari sejumlah perkembangan yang muncul. Lebih jauh lagi, Marsekal Hadi menyampaikan beberapa hal yang harus dicermati oleh seluruh Komandan Satuan TNI, meliputi state dan non state actors.

Keduanya, baik state maupun non state actors memiliki derajat kekuatan yang sama dalam konteks politik global. Masih menurut Hadi, perang proxydapat berkembang menjadi perang hibrida dan beroperasi secara luas, baik di ranah konvensional, penduduk yang berkonflik termasuk di wilayah internasional dan metode perang kekinian yang berorientasi pada perang asimetri.

Nah, Marsekal Hadi sendiri secara khusus meminta para Komandan Satuan TNI untuk mencermati fenomena dan ancaman perang asimetris yang bisa datang kapan saja.

“Perang asimetris ini akan bertransformasi kepada aspek kecepatan, jangkauan (sejauh mana daya rusak), dan daya hancurnya (seberapa besar daya rusak) di masyarakat,” ujar Hadi saat memberikan pembekalan kepada 425 komandan satuan TNI di Hanggar Skuadron Udara 17 Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis (25/01), seperti dilansir laman resmi TNI.

Maka dari itu, setelah mencermati fenomena perkembangan yang terjadi begitu cepat saat ini, Marsekal Hadi menegaskan bahwa semua prajurit TNI tetap harus berorientasi pada profesionalisme prajurit. TNI harus selalu jadi garda terdepan untuk mempertahankan keamanan negara dari segala ancaman.

“TNI harus tetap menjadi alat pertahanan negara yang pertama dan utama dalam menjaga keselamatan bangsa dan negara dari segala bentuk ancaman, tantangan, hambatan, sekaligus gangguan,” tegas Panglima TNI berkumis lebat tersebut.

Untuk mempertegas komitmen itu, Marsekal Hadi telah menetapkan 11 program prioritas TNI yang meliputi revitalisasi minimum essential forces, penyempurnaan doktrin TNI dan angkatan, penyempurnaan organisasi TNI, pengembangan SDM, pembangunan matra yang adaptif terhadap lingkungan strategis kekinian, pembentukan pasukan khusus gabungan, pengembangan sistem operasi tri matra berbasis network centric warfare, penguatan diplomasi militer, serta reformasi sistem pengadaan.

Pada kesempatan itu, Hadi sekaligus menyampaikan apresiasi dan rasa bangganya kepada semua komandan satuan yang selama ini dinilai telah menunjukkan kerja yang baik, terutama komandan satuan di wilayah rawan, terdepan, dan terluar.

“Kalian yang menjadi garda setia dalam menjaga dan mengawal NKRI,” pungkasnya.

Sebenarnya apa sih guys perang asimteris itu? Mungkin banyak dari kita yang masih belum paham dengan istilah tersebut mengingat selama ini istilah yang sering muncul hanya seperti perang konvensional atau perang tradisional militer yang menggunakan senjata.

Menurut Menteri Pertahanan RI, Ryamizard Ryacudu, seperti dikutip dari laman Global Review, 23 Agustus 2017, asymmetric warfare atau perang asimetris merupakan metode perang non militer atau dalam bahasa populernya dinamai smart power, atau perang non konvensional yang memiliki medan atau lapangan tempur luas meliputi segala aspek kehidupan (astagatra). Ia juga menyebut perang asimetris merupakan perang murah meriah, tetapi memiliki daya hancur lebih dahsyat daripada bom atom.

Ryamizard memberikan contoh jika Jakarta di bom atom, maka daerah-daerah lain tidak terkena. Tetapi, bila dihancurkan menggunakan asymmetric warfare maka hal itu sama saja seperti penghancuran sistem di negara ini, semuanya akan hancur berpuluh-puluh tahun dan berlangsung secara menyeluruh.

Ryamizard mengatakan Indonesia harus memiliki kesiapan dalam mengantisipasi dan menghadapi terjadinya perang asimetris yang bisa muncul kapan saja. Saat berbicara di Pekan Bela Negara Pertahanan Siber Nusantara Tahun 2016, Rabu (30/11) di Pusdatin Kemhan, Pondok Labu, Jakarta Selatan, Ryamizard mengatakan salah satu kunci keberhasilan dalam menghadapi ancaman perang asimetris adalah dengan memiliki keunggulan dalam bidang Teknologi Informasi dan Telekomunikasi.

Share: Perang Asimetris, Ancaman Keamanan Negara yang Wajib Diwaspadai Menurut Panglima TNI