Guys, kalian tau enggak sih kalau Facebook sekarang ini lagi dilanda masalah besar terkait krisis kepercayaan? Setelah sebelumnya terjerat kasus soal data dari 50 juta akun penggunanya yang dinyatakan bocor ke pihak yang tidak berhak, kini Facebook menghadapi masalah baru.
Masalah Apa yang Dihadapi Facebook Saat Ini?
Masalah kebocoran data tersebut membuat Facebook jadi sorotan, termasuk dari mantan pendiri WhatsApp, Brian Acton. Ya, kepercayaan publik yang terus memudar membuat Acton sampai menyerukan ajakan kepada netizen untuk menghapus Facebook.
Lewat media sosial Twitter pribadinya @brianacton, Acton menulis cuitan singkat dengan ajakan menghapus Facebook. “It is time. #deletefacebook,” demikian cuitan Acton di akun Twitter pribadinya, Rabu 21 Maret.
Berdasarkan pantauan Asumsi hari ini, Rabu 21 Maret sampai pukul 14.15 WIB, cuitan dan hestek #deletefacebook tersebut sudah di-retweet oleh lebih dari 3.125 dan dikomentari hampir 475 pengguna Twitter.
Sejauh ini, memang masih belum jelas apa yang mendasari Acton mengunggah cuitan bernada ajakan untuk menghapus Facebook tersebut. Padahal seperti diketahui, Facebook sendiri merupakan perusahaan yang membeli WhatsApp.
Namun, cuitan Acton dengan hestek #deletefacebook tersebut tampaknya memang berhubungan dengan skandal bocornya 50 juta data pengguna Facebook.
Siapa Brian Acton?
Brian Acton dan Jan Koum merupakan dua orang pendiri layanan perpesanan WhatsApp. Keduanya mendadak kaya raya lantaran aplikasi WhatsApp mereka dibeli jejaring sosial Facebook senilai US$16 miliar (Rp216,7 triliun) pada 2014.
Sayangnya, Acton dan Koum sendiri saat ini sudah berpisah. Jika Koum saat ini masih tetap memimpin WhatsApp, berbeda dengan Acton– yang sudah bekerja selama kurang lebih empat tahun setelah WhatsApp diakuisisi oleh Facebook– akhirnya memilih meninggalkan Facebook untuk mendirikan aplikasi pesan instan melalui Signal Foundation sekitar enam bulan lalu.
Saat menulis cuitan ajakan untuk menghapus Facebook di Twitter pribadinya, Acton diketahui sudah tidak memiliki akun Facebook pribadi.
Bahkan, sejumlah netizen yang membalas dan berkomentar pada cuitan Acton tersebut mengaku bahwa mereka juga sudah menghapus akun Facebook miliknya, bahkan ada yang mengatakan telah melakukannya sejak lama.
Masalah Kebocoran Data 50 Juta Pengguna Facebook
Ajakan Acton untuk menghapus Facebook seolah menambah derita jejaring sosial yang berlogo huruf ‘F’ tersebut.
Seperti diketahui saat ini publik memang tengah menyoroti masalah keamanan data pengguna Facebook. Pasalnya keamanan privasi memang selalu menjadi isu yang sangat penting dan selalu sering dibahas akhir-akhir ini.
Sebelumnya, Facebook dilanda isu mengenai penyalahgunaan data dari 50 juta penggunanya yang dicuri dan disimpan oleh firma analisis data, Cambridge Analytica dengan tujuan memenangkan kampanye Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat.
Enggak cuma itu aja nih guys, data pengguna Facebook juga ada dalam arsip Strategic Communications Laboratories (SCL). Keduanya adalah perusahaan yang saling berafiliasi.
Nah, berdasarkan penjelasan dari pendiri Facebook, Mark Zuckerberg, Cambridge Analytica sendiri mendapatkan data tersebut melalui pengembang aplikasi pihak ketiga. Perusahaan pihak ketiga tersebut memanen data dari 50 juta pengguna tanpa izin.
Dari 50 juta data pengguna Facebook yang tersebar di tangan pihak ketiga, 30 juta di antaranya sudah lengkap untuk memetakan seseorang. Jika sudah begitu, privasi pengguna tak lagi menjadi rahasia.
Nah, skandal inilah yang akhirnya membuat saham Facebook dilaporkan anjlok sebanyak 6,77 persen setelah informasi kebocoran tersebut beredar. Bahkan, nilai valuasi perusahaan pun turun hingga 36 miliar dollar AS (setara dengan Rp 495 triliun) seiring dengan kekhawatiran investor atas kasus kebocoran data yang menimpa Facebook.
Sekadar informasi, ajakan Acton lewat akun Twitter-nya tersebut ternyata bukan seruan pertama untuk menghapus Facebook. Jauh sebelumnya, sejumlah mantan bos Facebook juga sempat melancarkan ajakan untuk meninggalkan Facebook.
Salah satunya adalah Chamath Palihapitiya, mantan Head of Growth Facebook. Tahun lalu, Palihapitiya mengungkapkan bahwa Facebook dapat menyebabkan masalah karena platform tersebut bisa merusak tatanan sosial dalam lingkup masyarakat, seperti dinukil dari The Verge, Rabu 21 Maret.