Isu Terkini

Partai Berkarya Pecah: Muchdi Pr Gulingkan Tommy Soeharto

Ramadhan — Asumsi.co

featured image

Partai Berkarya sedang bergejolak. Panggung musyawarah nasional luar biasa (munaslub) jadi saksi penggantian ketua umum, dari Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto menjadi Muchdi Pr. Proses tersebut diwarnai drama panjang. Sebelum pergantian ketua, di dalam partai muncul kelompok yang menamakan diri Presidium Penyelamat Berkarya. Kelompok ini hadir untuk memberi perlawanan terhadap pengurus DPP Partai Berkarya dan mendesak penyelenggaraan munaslub.

Dalam keterangan tertulisnya, anggota Presidium Penyelamat Berkarya sekaligus Ketua DPP Partai Berkarya, Badaruddin Andi Picunang, pada Kamis (12/3), mengatakan bahwa desakan munaslub mengacu kepada kegagalan Partai Berkarya menembus parlemen 2019-2024. Selain itu, presidium ini menyebut DPP Berkarya tak menentu nasibnya usai gelaran Pemilu 2019 kemarin.

Muncul Desakan Munaslub Partai Berkarya, Apa Motifnya?

Atas kondisi itulah Presidium Penyelamat Partai Berkarya mengklaim bahwa kemunculan pihaknya memang bertujuan ingin menyelamatkan partai yang dipimpin Tommy Soeharto tersebut. Setidaknya ada delapan alasan yang melatarbelakangi desakan munaslub tersebut, di antaranya:

  1. Dewan Pengurus Pusat (DPP) dalam melakukan penyusunan kepengurusan tidak berdasar pada AD/ART.
  2. Aturan teknis, baik berupa Pedoman Organisasi (PO), Petunjuk Pelaksanaan atau Surat Resmi Aturan Dalam Pengambilan Keputusan Pengelolaan Partai tidak pernah dikeluarkan.
  3. Tidak adanya evaluasi pasca Pemilu 2019 untuk menghadapi Pemilu 2024 dan tidak adanya rapat-rapat pleno atau rapat nasional yang dilaksanakan oleh DPP.
  4. DPP melakukan pembiaran secara terstruktur atas Pelanggaran AD/ART.
  5. Adanya keterlibatan orang di luar struktur partai yang mempengaruhi kebijakan partai.
  6. Menghadapi Pilkada 2020, tidak adanya aturan pelaksanaan yang ditetapkan oleh DPP, sehingga berdampak bagi calon Kepala Daerah yang akan mengendarai Partai Berkarya, adanya tumpang tindih antara kebijakan pusat dengan daerah.
  7. Usulan Majelis Tinggi Partai Berkarya untuk melaksanakan evaluasi melalui rapat-rapat yang diakui oleh AD/ART tidak direspon positif oleh DPP.
  8. Adanya permintaan dari DPW Provinsi dan DPD Kabupaten/kota yang sudah mencapai 2/3 dari keseluruhan jumlah DPW dan DPD untuk melaksanakan evaluasi melalui Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) sebagaimana yang diamanatkan oleh Konstitusi Partai Berkarya (AD/ART).

Badaruddin Andi Picunang pun menggelar konferensi pers virtual pada awal Juli kemarin. Ia mengumumkan munaslub akan digelar pada Sabtu (11/7) dengan agenda memilih Ketum Berkarya yang baru. Saat itu, dua nama yang santer dikabarkan akan bertarung menjadi orang nomor satu di Partai Berkarya adalah Tommy Soeharto dan Muchdi Pr yang merupakan mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Kopassus) era 1998 tersebut.

“Pendukung status quo kondisi seperti sekarang ini tentu ke Tommy, kalau ingin perubahan tentu ke Pak Muchdi,” kata Andi Picunang, dalam jumpa pers virtual, Kamis (2/7).

Munaslub Partai Berkarya pun akhirnya digelar di Hotel Grand Kemang, Jakarta Selatan, Sabtu (11/7). Namun, gelaran munaslub itu ditentang sang ketua umum Tommy Soeharto. Bahkan, putra Presiden RI ke-2 Soeharto itu mendatangi lokasi didampingi Sekjen Partai Berkarya Priyo Budi Santoso serta para loyalisnya untuk membubarkan munaslub tersebut.

Tommy juga ditemani Angkatan Muda Parta Berkarya (AMPB). Namun, pihak Presidium Penyelamat Partai Berkarya mengklaim bahwa AMPB sempat melakukan perusakan barang munaslub.

Tommy mengancam akan memecat kadernya yang ikut terlibat dalam munaslub tersebut. “Dengan izin rapat pleno ini dan dukungan DPW, saya akan ambil tindakan tegas untuk mencabut keanggotaan dan mencopot sebagai pengurus juga sebagai anggota majelis tinggi partai, karena hal itu dimungkinkan sesuai AD/ART,” kata Tommy seperti dikutip Antara, Rabu (8/7).

Menurut Tommy, gelaran munaslub tersebut ilegal dan inkonstitusional sehingga harus dibubarkan, meski ia sendiri tetap mengedepankan langkah persuasif untuk menyelesaikan masalah tersebut. Sayangnya, sikap tegas Tommy tersebut tak digubris para penyelenggara yang tetap menggelar munaslub.

Munaslub Jalan Terus, Muchdi Pr Terpilih Jadi Ketum Baru

Presidium Penyelamat Partai Berkarya tetap menggelar munaslub meski sudah dibubarkan Tommy Soeharto. Pada prosesnya, Muchdi Pr terpilih menjadi ketua umum Partai Berkarya 2020-2025 dan Andi Picunang menjadi sekretaris jenderal (sekjen) Partai Berkarya melalui munaslub tersebut.

Dengan terpilihnya Muchdi, Partai Berkarya pun otomatis pecah menjadi dua kubu. Satu kubu lagi masih dibawah kepemimpinan Tommy Soeharto.

“Ketua umum terpilih Mayjen TNI Purn Muchdi Pr dan Sekjen terpilih Badaruddin Andi Picunang sekaligus Ketua dan Sekretaris Formatur dalam Tim Formatur yang terdiri dari 5 (lima) orang yang akan menyusun pengurus DPP Partai Beringin Karya (berkarya) periode 2020-2025,” kata Sekjen Partai Berkarya terpilih, Badaruddin Andi Picunang dalam keterangan tertulisnya, Minggu (12/7).

Badaruddin menambahkan, dari kepengurusan ini dibentuk tim formatur untuk menyusun kepengurusan dalam waktu 1×24 jam. Kemudian, segera dinotariskan bersamaan dengan keputusan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART). “Dan segera kami melaporkan kepada pemerintah melalui Kementerian Hukum dan HAM untuk mendapatkan pengesahan dan pengakuan.”

Pimpinan sidang munaslub tersebut adalah Badaruddin Andi Picunang selaku ketua, Sonny Pudjisono selaku sekretaris, Ferdi Andi Lolo selaku anggota perwakilan Indonesia timur, Erna selaku anggota perwakilan Indonesia tengah, dan Ira Hadiati selaku anggota perwakilan Indonesia barat. Hasil munaslub itu juga membatalkan kebijakan pengurus partai yang dikeluarkan sebelumnya.

“Menganulir beberapa kebijakan pimpinan partai sebelumnya terkait SK pengurus di semua tingkatan yang cacat hukum dan rekomendasi Pilkada 2020 tanpa prosedural,” ucapnya.

Badaruddin sendiri menegaskan bahwa alasan menggelar munaslub sudah dibahas jauh-jauh hari, lantaran terjadi kevakuman dan komunikasi yang mandeg sejak Rapimnas III Partai Berkarya tahun 2018. Selain itu, tak ada pula evaluasi hasil Pemilu 2019 dan tak adanya rapat-rapat dalam pengambilan kebijakan, serta tak ada petunjuk dan produk pedoman organisasi sebagai turunan AD/ART partai.

Menurut Badaruddin, era kepemimpinan Tommy diwarnai mandegnya komunikasi sejak Rapimnas 2018, serta pengelolaan partai juga dinilai menerapkan otokrasi dan feodalisme dan jauh dari semangat demokrasi.

Segera setelah ditetapkan sebagai ketua umum baru Partai Berkarya, Muchdi Pr langsung menegaskan sikap politiknya, yakni mendukung Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin. Menariknya, sikap ini justru bertolak belakang dengan sikap Partai Berkarya di bawah kepemimpinan Tommy.

Sementara Muchdi sendiri diketahui memang merupakan bagian dari barisan pendukung Jokowi di Pilpres 2019. Bahkan Muchdi sempat menghadiri deklarasi dukungan purnawirawan TNI ke Jokowi-Ma’ruf pada Senin (11/2/19) lalu di JIExpo Kemayoran, Jakarta.

“Partai Berkarya mendukung pemerintahan di bawah kepemimpinan Presiden RI Bapak Jokowi dan Wakil Presiden RI Bapak KH Ma’ruf Amin sebagai pasangan dalam pilpres hasil Pemilu 2019 yang sah,” kata Sekjen Partai Berkarya terpilih, Badaruddin Andi Picunang dalam keterangan tertulisnya, Minggu (12/7).

Meski berbeda sikap dengan Tommy, munaslub Partai Berkarya menghasilkan keputusan untuk meminta negara menyematkan penghargaan sebagai pahlawan nasional kepada Soeharto.

“Partai Berkarya meminta kepada negara agar Presiden RI kedua Bapak Pembangunan H. Muhammad Soeharto diberi gelar pahlawan nasional yang telah berjasa dengan wacana trilogi pembangunannya dengan jaminan keamanan, pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan di segala bidang.”

Selain itu, lewat munaslub ini pula, Partai Berkarya mengubah nama dan logo menjadi Partai Beringin Karya, disingkat sebagai Berkarya dan didirikan sesuai dengan fakta sejarah pada tanggal 5 Mei 2016. Lalu, dasar bendera partai yang sebelumnya kuning, kini menjadi putih.

Share: Partai Berkarya Pecah: Muchdi Pr Gulingkan Tommy Soeharto