Isu Terkini

Napak Tilas Reformasi 1998: Dari Trisakti Sampai Kuburan Massal Tanpa Nama di Pondok Ranggon

Ramadhan — Asumsi.co

featured image

Sejak masyarakat menerima kabar ada empat mahasiswa Universitas Trisakti gugur tertembak aparat pada 12 Mei 1998, Jakarta seketika berubah jadi mencekam.

Hari-hari terpanjang dan gelap di Jakarta pun akhirnya berlanjut pada rentang 13-15 Mei 1998, situasi ini muncul karena buah dari Tragedi Trisakti. Saat itu kerusuhan besar tak bisa dihindari, termasuk di sejumlah daerah lain.

Etnis Tionghoa pun jadi korban dari kerusuhan itu, di mana banyak toko dan perusahaan mereka yang dijarah dan dihancurkan oleh amuk massa. Bahkan, terdapat ratusan wanita keturunan Tionghoa yang diperkosa dan mengalami pelecehan seksual dalam kerusuhan itu.

Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) di era Presiden BJ Habibie mengungkapkan bahwa titik kerusuhan awal terjadi di Jakarta Barat, tepatnya di Universitas Trisakti. Namun, khusus Jakarta, ada sejumlah tempat lain yang juga jadi saksi bisu keberingasan kerusuhan itu.

Baca Juga: Refleksi 20 Tahun Reformasi Kita: Maju-Mundur Demokrasi

Di mana saja tempat itu? Berikut Asumsi merangkum beberapa lokasi penting yang menjadi bagian dari peristiwa Reformasi 1998 seperti tempat aksi demonstrasi, kerusuhan, sampai tempat peristirahatan terakhir korban kerusuhan 1998.

Kampus Trisakti

Pada 12 Mei 1998, ada ribuan mahasiswa Trisakti hendak melakukan demonstrasi atau aksi damai menolak pemilihan kembali Soeharto sebagai presiden Indonesia, yang sudah berkuasa sekitar 32 tahun, serta menuntut pemulihan keadaan ekonomi.

Saat itu, mahasiswa yang bergerak dari Kampus Trisakti di Grogol menuju ke Gedung DPR/MPR di Slipi, dihadang aparat kepolisian dan militer, yang meminta mereka kembali ke kampus.

Saat itu, sejumlah mahasiswa mencoba bernegosiasi dengan pihak polisi dan militer. Namun, aparat malah merangsek maju dan bahkan mulai menembakkan peluru ke kerumunan mahasiswa.

Gerombolan mahasiswa pun mulai panik, sebagian besar kembali ke gedung kampus untuk berlindung. Namun, pada sore harinya terjadilah penembakan terhadap mahasiswa Trisakti.

Baca Juga: Reformasi Dari Pinggir: Bermula Demo BBM di Medan Sampai Rumah Harmoko di Solo Dibakar

Penembakan itu berlangsung sepanjang sore hari dan mengakibatkan empat mahasiswa Trisakti meninggal dunia. Sedangkan puluhan orang lainnya, baik mahasiswa dan masyarakat, masuk rumah sakit karena terluka.

Keempat mahasiwswa itu adalah Elang Mulia Lesmana (Fakultas Arsitektur, angkatan 1996), Heri Hertanto (Fakultas Teknik Industri, angkatan 95), Hendriawan Sie (Fakultas Ekonomi, angkatan 96), dan Hafidin Royan (Fakultas Teknik Sipil, angkatan 95).

Situasi Jakarta pun semakin mencekam. Sepanjang 12 Mei 1998 dari malam hingga pagi hari, masyarakat mengamuk dan melakukan perusakan di daerah Grogol dan terus menyebar hingga ke seluruh kota Jakarta, lantaran kecewa dengan tindakan aparat yang menembak mati mahasiswa.

Gedung DPR/MPR RI

Titik kulminasi atau puncak dari peristiwa reformasi 1998 adalah aksi para mahasiswa menduduki Gedung DPR/MPR RI. Bagian puncak gedung yang menyerupai kura-kura itu dipenuhi para mahasiswa dari berbagai kampus saat Soeharto lengser.

Peristiwa itu berawal pada 18 Mei 1998 saat mahasiswa mulai menguasai Kompleks Parlemen dan menduduki gedung DPR/MPR untuk mendesak Soeharto mundur dari jabatannya sebagai Presiden RI. Meski sempat beredar isu kalau aparat akan datang, namun hal itu tak terjadi dan para mahasiswa tetap bermalam di sana.

Akhirnya, pada 21 Mei 1998, ketika Soeharto memutuskan mundur setelah 32 tahun berkuasa, suasana riuh para mahasiswa pun pecah di atap gedung tersebut untuk merayakan mundurnya Soeharto.

Pusat Perdagangan Glodok

Kawasan Glodok jadi salah satu tempat yang menjadi sasaran amuk massa dalam kerusuhan Mei 1998. Pusat dagang yang kerap dikunjungi etnis Tionghoa itu dijarah dan dibakar oleh massa yang merangsek datang ke sana.

Saat massa yang berkumpul semakin ramai, saat itu pula mereka mulai melakukan penjarahan dengan melemparkan barang apa saja yang bisa mereka temui dari toko-toko di sana. Semua barang yang ada di dalam berbagai pusat perbelanjaan dan pertokoan habis dijarah.

Setelah melakukan penjarahan, baru kemudian massa melakukan aksi pembakaran. Pembakaran antara lain berlangsung di gedung pertokoan Glodok dan sekitarnya. Aksi tersebut dilakukan secara sengaja oleh sekumpulan orang yang tidak bisa dikenali identitasnya.

Baca Juga: Hari-hari Seorang Tionghoa Semarang Saat Mei ’98: Menanti Imbas Kerusuhan Jakarta

Tak hanya itu saja, aksi pembakaran tersebut bahkan meluas hingga ke kawasan Petak Sembilan, Asemka, dan hampir menyentuh wilayah Kota. Bangunan yang rusak parah adalah Glodok Plaza, Pasar Jaya, dan City Hall.

Saat itu, aparat keamanan mencoba untuk membubarkan massa dengan tembakan peringatan, meski akhirnya situasi tak banyak berubah. Kumpulan massa akhirnya bubar saat aparat melepaskan tembakan ke kerumunan massa.

Kuburan Massal Pondok Ranggon

Taman Pemakaman Umum (TPU) Pondok Ranggon, Cipayung, Jakarta Timur, jadi tempat peristirahatan terakhir sederet korban kerusuhan peristiwa Reformasi 1998 lalu. Di setiap makam hanya ditulis “Korban Tragedi 13-15 Mei 1998 Jakarta” karena identitas yang tak diketahui.

Ada total 113 makam dari korban kerusuhan 1998 di Pondok Ranggon. Meski begitu, kabarnya jumlah jenazah yang dimakamkan bisa lebih dari itu, karena dalam satu peti mati ada beberapa jenazah korban yang dikuburkan bersama.

Tim Relawan untuk Kemanusiaan melaporkan korban peristiwa ini mencapai 1.217 jiwa, sementara ada 91 luka lainnya dan 31 masih hilang. Selain itu, di TPU Pondok Ranggon juga dibangun memorial Mei ’98, dengan tujuan agar rakyat Indonesia tak melupakan kisah berdarah itu.

Share: Napak Tilas Reformasi 1998: Dari Trisakti Sampai Kuburan Massal Tanpa Nama di Pondok Ranggon