Internasional

Kwon Mina Diduga Coba Bunuh Diri Lagi, Kenapa Terus Berulang?

Irfan — Asumsi.co

featured image
Instagram/Kwon Mina

Penyanyi Korea dan bekas personel grup idola AOA, Kwon Mina, mengejutkan warganet dengan mengunggah gambar tangan berdarah di akun media sosial Instagramnya. Gambar yang diunggah pada Senin malam, 26 April 2021, ini diasosiasikan sebagai upaya percobaan bunuh dirinya.

Bukan kali ini saja Mina melakukan hal serupa. Tercatat, unggahan tangan penuh darah – tanda mencoba menyayat urat nadi – sudah tiga kali dilakukannya, dan membuat para pengikutnya khawatir.

Pada 8 Agustus tahun lalu, misalnya, Kwon Mina mengunggah foto serupa dengan keterangan foto yang menjelaskan bahwa depresinya kian akut. Unggahan itu, 35 menit kemudian, dihapusnya setelah memancing 10 ribuan komentar yang memintanya untuk tetap semangat menjalankan hidup.

Sementara pada unggahan kali ini, dia menyertakan keterangan foto yang menyebut kalau ini adalah caranya melampiaskan komentar orang-orang. Menurutnya, simpati orang-orang sudah tidak mempan baginya, dan perawatan mental sudah lebih dari 10 tahun dia jalani.

“Mengapa aku gila, coba kalian berharap supaya bisa hidup sepertiku. Tahu apa kalian, padahal hidupku sudah sangat keras. Hidup seperti orang bodoh,” tulisnya pada keterangan unggahannya itu.

Baca juga: Sulli Adalah Korban Kegelapan Industri K-Pop | Asumsi

Pantauan Asumsi, unggahan tersebut sudah dihapus. Sementara foto yang diunggah terkini oleh Mina dibanjiri oleh dukungan untuk tetap hidup yang disampaikan pengikutnya.

Soal Bunuh Diri di Korea

Bunuh diri memang menjadi isu krusial di Korea Selatan. Mengutip laman VOI, kasus bunuh diri di Korea Selatan sebetulnya lebih banyak terjadi pada laki-laki. Perbandingannya adalah 2:1. Namun, angka perempuan yang mencoba bunuh diri di negara tersebut lebih banyak dari laki-laki.

Angka kasus bunuh diri wanita muda Korea Selatan meningkat sebesar 5 persen per tahun selama sepuluh tahun terakhir. Di antara negara-negara maju yang tergabung dalam Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), Korea Selatan mencatat 14 ribu orang meninggal akibat bunuh diri pada tahun 2018 lalu.

Banyak hal yang membuat bunuh diri dianggap sebagai solusi dari masalah. Dikutip dari laman DW.com, pakar Epidemiologi Sosial Universitas Chung-ang, Jang Soong-nang menilai faktor yang cukup sering ditemui adalah kemiskinan, pengangguran, ketidaksetaraan gender dan kekerasan berbasis gender. Ada juga yang dipicu oleh konflik generasi, rumah tangga dengan satu orang pola asuh yang buruk, kesejahteraan sosial yang tidak memadai, hingga persaingan.

Lebih jauh, Jang menerangkan, terkait dengan bunuh diri di kalangan selebritis, media sosial mengambil peran. Segala sesuatu yang dilakukan dan dikatakan selebriti diungkapkan, dimanipulasi, dikritik dan terkadang didorong oleh politik identitas yang menunjukkan kebencian.

Jang menambahkan, memperkuat pencegahan bunuh diri saja tidak cukup. Soalnya, masalah yang mendorong orang untuk bunuh diri di Korea Selatan berasal dari ketidaksetaraan sosial yang mengakar. “Ini membutuhkan solusi jangka menengah hingga panjang. Pekerjaan dan dukungan ekonomi untuk kaum muda berusia 20-an dan 30-an, dan lebih banyak dukungan untuk keluarga muda dengan anak-anak.”

Risiko Meningkat Selama Pandemi

Statistik pemerintah menunjukkan bahwa jumlah orang di Korea Selatan yang sengaja melukai diri sendiri pada paruh pertama tahun 2020 melonjak hampir 36 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Rekor 595.724 orang telah dirawat karena depresi, naik 5,8 persen pada enam bulan pertama tahun 2019, sementara angka bunuh diri juga meningkat.

Baca juga: Lakukan Segalanya Demi Idol K-Pop, Fans Militan Diharapkan Jangan Terbawa Fantasi | Asumsi

Kasus bunuh diri di kalangan perempuan di akhir usia belasan dan 20-an juga menjadi perhatian khusus. Negara, dikutip di laman DW mencatat, ada 1.924 kematian pada kelompok usia ini pada paruh pertama 2020, meningkat lebih dari 7 persen dibanding angka tahun lalu.

Dr. Park Chanmin, pendiri Klinik Kesehatan Mental Pusat Seoul, menyebut, pemicu terbesar dari meningkatnya depresi dan percobaan bunuh diri di Korea Selatan selama pandemi adalah kekhawatiran tentang masa depan orang-orang di masa sulit ini. Menurutnya, sejak awal pandemi, orang-orang menjadi semakin khawatir tentang pekerjaan mereka, pendapatan mereka menurun, dan itu berdampak pada kehidupan sehari-hari mereka.

Para ahli menunjukkan bahwa bunuh diri di kalangan perempuan muda meningkat 17,9 persen pada bulan April, bulan ketika pandemi melanda masyarakat Korea Selatan. Sekolah dan universitas ditutup, perusahaan berusaha mengatur karyawan untuk bekerja dari rumah, perusahaan bangkrut, dan kesempatan untuk pergi keluar dengan teman atau keluarga untuk makan atau minum menghilang begitu saja karena virus.

“Jarak sosial di Korea sedikit berbeda dengan negara lain, tetapi tidak ada keraguan bahwa hal itu telah menyebabkan tingkat stres yang lebih tinggi pada orang-orang karena tempat mereka dapat pergi keluar dan bertemu orang lain telah sangat dibatasi,” kata Park.

Menurut statistik Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Korea Selatan, perempuan mengalami pikiran untuk bunuh diri 1,5 kali lebih sering daripada laki-laki. Data juga mencatat, sekitar 60 persen orang yang dirawat di ruang gawat darurat setelah mencoba bunuh diri tahun lalu adalah perempuan.

Dalam enam bulan pertama setelah virus corona menyerang, perempuan Seoul berusia 20-an mencoba bunuh diri hampir lima kali lebih sering daripada demografi lainnya, kata seorang pejabat kota kepada The Korea Herald.

“Sesuatu yang sangat mengkhawatirkan sedang terjadi di sini,” kata pejabat itu. “Sebagai masyarakat, kita harus lebih memperhatikan ini.”

Citra Sempurna


David Tizzard, seorang profesor pendidikan di Universitas Perempuan Seoul, mengatakan, pandemi COVID-19 telah menambah lapisan stres lain pada masyarakat yang sebelumnya sudah rentan pada depresi. Ini terjadi terutama bagi perempuan muda.

Baca juga: Selain Baekhyun, 10 Idol Kpop Ini Juga Idap Penyakit Serius | Asumsi

Tizzard menilai, virus Corona hanya salah satu dari sekian faktor penyebab depresi yang sudah akut di Korea Selatan. Menurutnya, Korea Selatan adalah negara yang sangat homogen, ada standar kecantikan yang sangat jelas, dan sangat tinggi di kalangan perempuan muda. Dan ketika mereka tidak memenuhi standar itu, mereka menjadi depresi.

“Jadi perempuan Korea mencoba untuk hidup sesuai dengan citra yang sempurna ini, yang bukanlah sesuatu yang harus dilakukan oleh wanita di negara yang lebih multikultural, dan saya juga percaya bahwa itu telah diperparah dengan munculnya media sosial yang, pada gilirannya, telah berkontribusi untuk menaikkan tingkat depresi, ” kata Tizzard.

Tizzard juga percaya bahwa angka-angka baru yang dilaporkan mungkin merupakan hasil dari kesadaran yang lebih besar tentang masalah di masyarakat dan kesediaan orang-orang untuk mengakui bahwa mereka memiliki masalah dan membutuhkan bantuan. Kesadaran akan kesehatan mental bahkan telah meluas ke ranah hiburan, dengan drama televisi romantis baru berjudul It’s Okay to Not be Okay yang berlatar di rumah sakit jiwa di mana dua karakter utama berusaha untuk menyembuhkan luka emosional dan psikologis satu sama lain.

Namun, tak dimungkiri, bintang-bintang tersebut justru sama-sama rentan terhadap depresi dan keputusasaan. Tempaan yang keras pada industri hiburan Korea yang kembali lagi menerapkan kompetisi tiada akhir soal citra, keuntungan dan lainnya, membuat para bintang ini rentan mengalami kelelahan mental, dan depresi.

Mungkin salah satu penolong yang ampuh adalah dukungan fans. Seperti yang dilakukan oleh fans Mina di kolom komentar instagramnya.

Share: Kwon Mina Diduga Coba Bunuh Diri Lagi, Kenapa Terus Berulang?