Budaya Pop

Kok Bisa Pahlawan “Hotel Rwanda” Dituduh Teroris?

Raka Ibrahim — Asumsi.co

featured image

Dua dekade lalu, Paul Rusesabagina menyelamatkan ribuan orang dari genosida di negara asalnya, Rwanda. Kisah heroiknya diabadikan dalam film Hotel Rwanda, yang dibintangi Don Cheadle dan masuk nominasi Academy Awards pada 2004. Namun, kini, ia digelandang balik ke kampung halamannya, disekap di kantor polisi, dan dituding menjadi dalang sindikat teroris. Ada apa gerangan?

Nama Rusesabagina pertama bergema pada 1994, saat Rwanda diguncang oleh serangkaian skandal politik dan pembantaian massal. Negara mungil di Afrika Tengah tersebut goyah setelah pesawat yang membawa presiden mereka, Juvenal Habyarimana, ditembak dengan misil pada April 1994. Dalam kekacauan yang terjadi selama transisi kekuasaan, tensi antara suku Tutsi yang minoritas dengan suku mayoritas Hutu semakin menggelegak.

Dalam air keruh ini, muncul sebuah organisasi paramiliter bernama Interahamwe. Komplotan tersebut terdiri dari petarung suku Hutu yang ngotot ingin membantai suku Tutsi sampai habis. Mereka berkeliling Rwanda menenteng senjata, menyiksa dan membantai jutaan warga Tutsi maupun warga suku campuran. Saat semua ini terjadi, Rusesabagina hanya manajer rendahan di Hotel des Mille Collines, sebuah hotel mewah di ibukota Kigali. Ketika semua manajer lain kabur dari kekacauan, Rusesabagina bertahan dan diangkat menjadi manajer utama.

Selama genosida terjadi, Rusesabagina menampung ribuan pengungsi–kebanyakan dari suku Tutsi–di hotelnya dan melindungi mereka dari pembantaian, entah dengan suap atau koneksi orang dalam. Meski Rusesabagina, istri dan anaknya, serta para pengungsi di hotel tersebut selamat dari genosida, jutaan warga Rwanda lainnya tak seberuntung itu. Saat Interahamwe berhasil dipukul mundur pada Juli 1994, sekitar 1 juta orang telah dibunuh. Separuh populasi Tutsi di Rwanda telah meregang nyawa.

Pascapembantaian tersebut, Rwanda dipimpin oleh presiden Paul Kagame–diktator yang konon keranjingan melanggar HAM, namun sekaligus dipuji karena dinilai berhasil menjaga stabilitas negara dan mendongkrak ekonomi Rwanda. Adapun nasib Rusesabagina compang-camping. Ia terpaksa melamar jadi pengungsi ke Belgia pada 1996 setelah menerima ancaman pembunuhan, kemudian pindah lagi ke AS setelah menerima ancaman lagi.

Pada 2004, kisah inspiratif Rusesabagina diangkat menjadi film layar lebar oleh sineas Terry George, dengan bintang utama Don Cheadle. Bertajuk Hotel Rwanda, film tersebut diganjar tiga nominasi Academy Awards untuk kategori Aktor Terbaik, Aktris Pendukung Terbaik, dan Naskah Orisinal Terbaik. Setahun setelah film tersebut dirilis, Rusesabagina menerima anugerah Presidential Medal of Freedom dari presiden AS George W. Bush sebagai bentuk penghargaan atas jasa-jasanya bagi kemanusiaan.

Namun, dari sinilah persoalan bermula. Setelah presiden Kagame menunjukkan tabiat sesungguhnya dan lanjut menindas rakyat Rwanda, Rusesabagina mulai rutin melayangkan kritik terhadap pemerintah kampung halamannya. Tak sekali dua kali, ia terang-terangan menuduh Kagame berperilaku “layaknya diktator.”

Puncak konflik antara pemerintah Rwanda dengan Rusesabagina terjadi pada 2010. Tahun itu, Kagame memenjarakan pemimpin oposisi Victoire Ingabire atas tuduhan membiayai organisasi-organisasi teroris. Seolah melihat aji mumpung, Kagame ikut menuding Rusesabagina mendanai kelompok pemberontak Democratic Forces for the Liberation of Rwanda (FDLR).

Tuduhan ini dua kali lipat lebih menyakitkan, sebab FDLR adalah organisasi paramiliter Hutu yang diduga kuat turut serta dalam pembantaian pada tahun 1994. FDLR pun dituding melakukan kejahatan kemanusiaan di negara tetangga, Republik Demokratik Kongo.

“Tidak ada sangkut paut antara saya dengan FDLR. Mereka kriminal,” ucap Rusesabagina pada 2010. “Saya bekerja di bidang kemanusiaan. Saya percaya senjata terbaik bukanlah misil atau senjata, tetapi kata-kata.” Kagame, tuturnya saat itu, sekadar melakukan upaya kampanye hitam untuk menjelek-jelekkan namanya.

Pada 2017, Kagame dilantik lagi sebagai presiden setelah dicoblos oleh 99 persen pemilih. Dan rupanya, urusan sang presiden dengan sang pahlawan belum usai juga. Senin (31/8) kemarin, Rusesabagina ditahan oleh aparat Rwanda menggunakan surat penangkapan internasional, dan diboyong kembali ke ibukota Rwanda, Kigali. Kepolisian Rwanda memamerkannya dalam jumpa pers yang heboh, dan ia ditahan di kantor polisi.

Tuduhan yang dilayangkan kepadanya sungguh spektakuler. Biro Investigasi Rwanda menyatakan bahwa Rusesabagina adalah “pendiri, pemimpin, sponsor, dan anggota dari beberapa sindikat teroris ekstrimis yang bersenjata. Sindikat tersebut beroperasi di wilayah sekitar Rwanda dan di luar negeri.” Ia dituduh memerintahkan tindakan terorisme, pembakaran, penculikan, dan pembunuhan terhadap warga sipil Rwanda.

Kini, nasib Rusesabagina di balik bui masih belum jelas. Kasusnya begitu baru, dan terjadi di tengah pandemi yang mencekam. Bila pemerintah mancanegara dan para pendukungnya tidak angkat bicara, dendam lama Kagame boleh jadi akan dituntaskan. Paul Rusesabagina, sang pahlawan penyelamat ribuan orang dari genosida, akan dihakimi atas tuduhan dari seorang diktator. Dan kali ini, tak ada manajer hotel pemberani yang dapat menyelamatkannya.

Share: Kok Bisa Pahlawan “Hotel Rwanda” Dituduh Teroris?