Covid-19

Kiprah Dalang Ki Manteb Sudarsono Sebelum Wafat Karena COVID-19

Ikhwan Hardiman — Asumsi.co

featured image
Instagram @aulia.razzaq

Dalang wayang kulit kenamaan, Ki Manteb Soedharsono meninggal dunia, Jumat (2/7/2021). Kabar kepergian Ki Manteb Soedharsono disampaikan oleh Ki Sugeng Nugroho, Sekretaris Paguyuban Dhalang Surakarta (Padhasuka) pukul 10.00 WIB. Ki Sugeng Nugroho juga mengungkapkan bahwa Ki Manteb didiagnosa dengan Covid-19.

Mendiang akan dimakamkan di Dusun Sekiteran, Desa Doplang, Karangpandan, Karanganyar hari ini. “Beliau akan dimakamkan secara protokol kesehatan,” lanjutnya dikutip dari Tribun Solo.

Keluarga mengetahui Ki Manteb positif Covid-19 setelah dites antigen sepulang mendalang dari Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta. Akhirnya, Ki Manteb harus menjalani isolasi mandiri di kediamannya karena kondisi tubuh yang masih stabil. Pria yang dijuluki ‘Dalang Setan’ karena pernah mendalang 24 jam nonstop itu pun tetap menjalani profesinya dengan live streaming virtual dari rumah, akhir pekan lalu.

Sejak mendalang virtual itulah kesehatannya mulai menurun pada Senin (27/6/2021). Pihak keluarga sempat memanggilkan dokter ke rumah sekaligus memasangkan infus. Akan tetapi, Ki Manteb hanya bertahan lima hari berbaring di rumahnya. Sempat ingin dilarikan ke rumah sakit, namun rencana tersebut terhalang fasilitas kesehatan yang sedang penuh.

“Kami sudah berupaya waktu beliau setelah mendalang virtual itu, tapi kami memang kesulitan masuk ke rumah sakit,” kata anak sulung Ki Manteb, Medhot Samiyono Sudharsono, melansir Detik.

Keluarga masih mencari klinik kesehatan hingga pagi hari. Saat klinik mengonfirmasi ada satu tempat yang masih bisa diisi, Ki Manteb sudah dinyatakan meninggal dunia di usia ke-72 tahun. Mendiang meninggalkan seorang istri, Nyi Suwarti beserta enam anaknya.

Pedalang kelahiran 31 Agustus 1948 tersebut diketahui memiliki penyakit bawaan atau komorbid di paru-parunya. 

Baca Juga : Sengkarut Ivermectin, Mulai dari Obat Cacing, Terapi COVID-19 Sampai Bahan Ilegal

Ki Manteb Soedharsono diketahui merupakan tetua dalam pedalangan Surakarta. Pada 2017 silam, Ki Manteb Soedharsono mendapatkan penghargaan internasional atas kontribusinya terhadap pewayangan.

Sertifikat bertajuk Remarkable of Contributions Certificate atas kontribusinya di dunia wayang dari Union Internationale de la Marionette – International Puppetry Association diserahkan kepadanya di Institut Seni Indonesia Surakarta.

Penghargaan internasional itu merupakan kali ketiga Ki Manteb mencatatkan namanya di kiprah pewayangan nasional.

“Yang pertama dari UNESCO, dari Jepang, dan dari UNIMA ini,” ujarnya ketika diwawancarai tahun 2017 silam.

Keluarga Dalang

Ki Manteb lahir di Palur, Mojolaban, Sukoharjo, Jawa Tengah pada 31 Agustus 1948. Bakat mendalangnya turun dari sang ayah, Ki Hardjo Brahim. Mengutip dari Kompas, Ki Hardjo merupakan seniman gigih yang mendidik keras Ki Manteb untuk mendalang. Ia sering mengajak anaknya menyaksikan pentas wayang dan menontonnya beraksi.

Sementara sang ibu yang seorang seniman gamelan, berharap Ki Manteb memiliki pekerjaan sampingan agar tak hanya mendalang seperti Ki Hardjo. Karena itu, Ki Manteb disekolahkan di STM Manahan, Solo. Meski begitu, Ki Manteb ternyata lebih memilih dalang alih-alih menyelesaikan pendidikan formalnya.

Pada 1972, Ki Manteb mulai belajar dari dalang senior lain seperti Ki Narto Sabdo, lalu dua tahun kemudian berguru pada Ki Sudarman Gondodarsono . Dari dua gurunya itu, Ki Manteb menggabungkan teknik suara dan teknik sabet wayang. Belum puas sampai di sana, Ki Manteb yang gemar menonton film Bruce Lee dan Jackie Chan mengadaptasi gerakan kungfu pada setiap hentakan wayangnya.

Baca Juga : Tabung Oksigen Langka, Waspada Panic Buying dan Penimbunan Massal

Ia sadar zaman begitu dinamis ketika budaya barat semakin melekat di lingkup pemuda-pemudi 1970-an. Alhasil, Ki Manteb kerap membawa alat musik modern seperti biola, terompet, tambur, hingga simbal. Meski mendapat kritik dari dalang-dalang pendahulunya, Ki Manteb tetap mantap dengan pilihannya berinovasi.

Popularitasnya mulai mencuat ketika menggelar pertunjukan Banjaran Bima di Jakarta pada tahun 1987. Ia menjadi langganan mendalang di berbagai acara peringatan. Kemudian, sebuah perusahaan obat sakit kepala pun mengundangnya menjadi bintang iklan pada 1990-an.

Puncak Karir

Dalam pemberitaan Kumparan, Ki Manteb tidak pernah menerima tawaran menjadi bintang iklan dari produk lain. Hal itu membuat jenama obat sakit kepala, memberinya keistimewaan dengan kontrak seumur hidup bernilai ratusan juta rupiah setiap tahunnya.

Jargon ‘Oye!’ pun begitu melekat pada diri Ki Manteb. Saking cintanya dengan slogan itu, ia sengaja memasang plat nomor ‘AD 4 OYE’ di mobil pribadinya. Ki Manteb pun mengizinkan dirinya tetap hadir di iklan Oskadon meski dirinya sudah tiada. “Nanti untuk urusan pembayaran kontrak dibicarakan dengan anak sebagai ahli waris,” kata dia.

Share: Kiprah Dalang Ki Manteb Sudarsono Sebelum Wafat Karena COVID-19