Isu Terkini

Kenapa Bulutangkis Indonesia Selalu Jadi Pertandingan yang Ditunggu?

Ramadhan — Asumsi.co

featured image

Bulutangkis sudah sejak lama jadi cabang olahraga primadona di Indonesia, setelah sepakbola. Entah kenapa masyarakat di tanah air selalu menanti dan mendukung dengan setia atlet-atlet bulutangkisnya bertanding di kejuaraan, entah itu saat bergelimang prestasi maupun saat terpuruk dan seret prestasi sekalipun.

Kehebohan dan totalitas pecinta bulutangkis Indonesia pun sudah terbukti di ajang Asian Games 2018 kemarin. Istora Senayan, Jakarta, yang kini sudah tampil dengan wajah baru, dipenuhi sesak oleh masyarakat, dari pertandingan pertama sampai partai puncak.

Dukungan itu pun tak sia-sia, atlet-atlet bulutangkis andalan Indonesia yang berlaga di hajatan empat tahunan itu pun berhasil menorehkan prestasi mentereng. Ada total delapan medali yang diraih, masing-masing dua emas, dua perak, dan empat perunggu.

Dua medali emas diraih Jonatan Christie di nomor tunggal putra, sementara pasangan Kevin Sanjaya/Marcus Gideon dari nomor ganda putra. Banyak momen tak terlupakan di sepanjang gelaran cabang olahraga bulutangkis Asian Games 2018 ini.

Salah satunya aksi heroik pebulutangkis tunggal putra Indonesia, Anthony Sinisuka Ginting, yang harus kalah secara terhormat. Ya, pada partai final beregu putra melawan Shi Yuqi asal China, Ginting kalah dengan skor dengan skor 21-14, 21-23, dan 20-21.

Baca Juga: Komen ‘Nakal’ Saat Jonatan Christie Selebrasi Buka Baju, Pelecehan Seksual?

Ginting menyerah lantaran mengalami cedera kaki. Ia tak bisa lagi melanjutkan pertandingan di poin-poin akhir pada set penentuan meski sudah sempat berusaha untuk berdiri dan melanjutkan permainan.

Meski begitu, Ginting malah jadi pahlawan sesungguhnya. Ia dielu-elukan penonton dari seisi Istora. Bahkan, namanya sempat memuncaki trending topic dunia di media sosial Twitter dan jadi perbincangan, sesaat setelah ia harus kalah secara terhormat.

Hal itu cukup untuk menggambarkan betapa masyarakat Indonesia begitu mencintai bulutangkis dan atlet-atletnya, sesulit apapun kondisinya. Sebenarnya apa yang membuat masyarakat begitu menanti setiap pertandingan atlet-atlet bulutangkis Indonesia?

Bulutangkis Rajin Sumbang Prestasi

Sudah sejak lama, Indonesia dikenal secara luas sebagai rajanya bulutangkis dunia. Dari rentang 1970-an hingga 1990-an, Indonesia selalu bisa menghasilkan para juara. Sehingga tak heran jika Indonesia begitu disegani, oleh negara-negara yang saat ini bulutangkis-nya juga maju seperti China, Korea, Jepang, Malaysia dan Denmark.

Seiring perkembangan Zaman, bulutangkis tak hanya Jadi milik negara di Asia saja. Sejak dipertandingakan di Olimpiade Barcelona 1992, makin banyak negara di dunia berlomba-lomba menghasilkan atlet hebat di cabor ini.

Tapi, sampai saat ini, tetap saja Indonesia jadi salah satu kiblat bulutangkis dunia, ya meski sudah ada juga negara-negara yang mampu menggeser dominasi Indonesia, seperti China misalnya.

Baca Juga: Hari Ke-11 Asian Games, Tambahan 6 Medali Emas Cabor Pencak Silat

Kenapa Indonesia jadi salah satu kiblat bulutangkis dunia? Ya karena atlet-atletnya selalu menyumbang banyak prestasi di level dunia. Bahkan, masa kejayaan bulutangkis Merah Putih sudah dimulai pada rentang 1960-1970an.

Kala itu ada legenda-legenda bulutangkis Indonesia macam Rudy Hartono yang sukses mengabadikan namanya dalam Guinness Book of World Record sebagai pemegang rekor All England. Rudy pernah meraih delapan gelar All England, tujuh gelar di antaranya diraih secara beruntun dari 1967 sampai 1974.

Prestasi bulutangkis Indonesia di era itu, terus berlanjut dan berulang. Setelah Rudy Hartono, ada pula Liem Swie King yang muncul sebagai pemain top dunia di sektor tunggal putra.

Liem Swie King pernah 33 bulan tak tersentuh oleh kekalahan. Ia juga dikenal sebagai pebulutangkis dengan pukulan smash yang sangat kuat dan lompatan yang tinggi, hingga pukulannya dijuluki “King Smash”.

Liem pernah meraih tiga gelar juara All England, empat gelar juara SEA Games dan medali emas Asian Games Bangkok 1978. Liem juga pernah enam kali membela tim Thomas Cup Indonesia dengan tiga kali di antaranya berhasil mengantarkan Indonesia menjadi juara.

Selain itu, ada juga nama-nama besar seperti Christian Hadinata, Rexy Mainaky/Ricky Soebagja, Susi Susanti, Taufik Hidayat, hingga generasi saat ini ada Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, Kevin Sanjaya/Marcus Gideon, Jonatan Christie, Anthony Ginting, sampai Gregoria Mariska.

Baca Juga: Kekalahan Ginting: Apresiasi Jokowi dan ‘Ledakan’ Reaksi di Twitter

Totalitas dan Euforia Masyarakat

Entah kenapa, bulutangkis memang jadi cabang olahraga favorit setelah sepakbola di Indonesia. Arena Istora selalu penuh jika kejuaraan level dunia digelar, misalnya saja yang rutin dalam beberapa tahun terakhir adalan Indonesia Open.

Setiap kali pebulutangkis Indonesia berlaga, seisi tribun Istora selalu ramai dengan pendukung yang berperalatan lengkap. Apalagi saat juara, euforia akan semakin pecah dan heboh, coba saja lihat arak-arakan usai Owi/Butet sukses meraih medali emas Olimpiade Rio 2016.

Bahkan, loyalitas dan dukungan penuh masyarakat Indonesia terhadap atlet-atlet bulutangkisnya memang sudah berlangsung sejak dulu. Melihat gigih perjuangan para atlet, ada saja pihak-pihak yang rela menggelontorkan dana guna membiayai sang atlet tampil di pentas dunia.

Coba saja kita mundur ke belakang pada tahun 1958-an, ketika Indonesia pertama kali unjuk gigi di Piala Thomas, Singapura. Kala itu, PBSI harus mengumpulkan dana lewat “Dompet Ferry Sonnevile” untuk keperluan membeli tiket pesawat pada zaman itu.

Olahraga Segala Kalangan

Sudah jadi rahasia umum jika bulutangkis jadi cabang olahraga favorit dan populer tak hanya di kalangan atlet saja, tapi sampai ke masyarakat. Bahkan, masyarakat Indonesia sendiri tak hanya bertindak sebagai suporter saja, mereka juga kerap menjadikan bulutangkis sebagai olahraga harian.

Ya, bulutangkis tak hanya berlangsung di stadion megah saja, tapi olahraga tepok bulu itu juga bisa dengan mudah dijumpai di mana saja dalam situasi apapun. Mulai dari lapangan asli untuk badminton, halaman rumah yang dijadikan tempat kondangan kawinan, atau gang-gang perumahan di wilayah kota.

Orang-porang yang memainkan olahraga bulutangkis pun berasal dari berbagai kalangan. Mulai dari anak-anak kecil, anak SMP SMA, orang dewasa yang bergaya bak pemain profesional, hingga orang tua.

Baca Juga: Kehebohan Sosmed Pekan Ini: Dari Plesetan Momen Lucu Lindswell Kwok-Jokowi Sampai Kelakar ‘Masuk Pak Eko’

Selain itu, bermain bulutangkis bukanlah hal yang susah. Saking sederhananya, orang yang ingin bermain bulutangkis hanya harus mencari tanah lapang yang agak luas, sepasang raket, net bayangan (dari tali yang penting bisa menjadi pemisah), serta shuttlecock.

Begitu sederhananya olahraga ini hingga breprestasi di level dunia, membuat masyarakat Indonesia betul-betul mencintai bulutangkis dan atlet-atletnya.

Share: Kenapa Bulutangkis Indonesia Selalu Jadi Pertandingan yang Ditunggu?