Budaya Pop

Kemenangan Bersejarah “Parasite” di Academy Awards

Permata Adinda — Asumsi.co

featured image

Untuk pertama kalinya, film berbahasa non-Inggris memenangkan piala Oscar untuk film terbaik. Parasite (2019) arahan Bong Joon-ho mengalahkan 8 film lain, yaitu 1917 (2019), Ford V Ferrari (2019), Joker (2019), Once Upon a Time in Hollywood (2019), The Irishman (2019), Little Women (2019), Jojo Rabbit (2019), dan Marriage Story (2019).

Selama lebih dari 90 tahun perayaan penghargaan ini, hanya ada 11 film luar Amerika Serikat yang pernah masuk daftar nominasi film terbaik. Itu pun kebanyakan adalah film-film asal Eropa. Selain Parasite, hanya satu film dari Asia yang pernah menerima nominasi, yaitu Crouching Tiger, Hidden Dragon (1999) karya Ang Lee, asal Taiwan. Selama hampir seabad itu pula, tak ada yang naik jadi pemenang.

Parasite pun memenangkan tiga penghargaan bergengsi lain di Academy Awards: sutradara terbaik, naskah terbaik, dan film internasional terbaik. Selain mencetak rekor di penghargaan film terbaik, Parasite juga jadi film Asia pertama yang pernah memenangkan piala Oscar untuk naskah terbaik.

Perjalanan Parasite

Parasite mengawali prestasinya di Festival Film Cannes 2019. Memenangkan penghargaan paling bergengsi Palm d’Or, ia menjadi film Korea Selatan pertama yang memenangkan penghargaan ini. Setelah Blue Is The Warmest Colour pada 2013, Parasite juga kembali mencetak sejarah dengan memenangkan voting penghargaan Palm d’Or secara telak.

Parasite yang berbicara tentang kesenjangan kelas ini tak hanya populer di kalangan kritikus dan festival film, tetapi juga di kalangan penonton umum. Film ini meraih lebih dari US$167,6 juta dari pemutaran di seluruh dunia—dengan US$72 di antaranya berasal dari Korea Selatan. Di Amerika Serikat, misalnya, film ini begitu menarik minat penonton lokal hingga pendapatannya mengalahkan film-film asing lain yang pernah diputar di bioskop Amerika Serikat.

Distributor Parasite, NEON, mengatakan bahwa film ini tidak hanya menjangkau para penggemar Bong Joon-Ho, tetapi juga orang-orang yang belum pernah menonton karya-karya lain Joon-Ho. “Orang menonton film ini karena teman mereka menonton, atau teman mereka menyuruh mereka menonton, atau karena mereka menonton trailer-nya,” kata Elissa Federoff, direktur NEON, dilansir oleh Deadline.com.

Parasite laku di pasaran karena kualitas film dan teknik pemasaran yang penuh perhitungan. NEON memastikan materi-materi promosi Parasite tidak membocorkan isi cerita Parasite secara berlebihan. Menurut CMO NEON, Christian Parkers, mereka berusaha agar penonton dapat membayangkan pengalaman menonton Parasite dari trailer tanpa perlu benar-benar memberikan spoiler. Parasite juga dipasarkan ke level internasional tanpa embel-embel film asing. “Kami tidak memperlakukan film ini sebagai film asing, tetapi sebagai pesaing [untuk penghargaan] film terbaik. Ketika kita memperlakukannya dengan konteks tersebut, semua halangan terhapus,” kata Parkers.

CJ Group sebagai penguasa rantai perfilman Korea Selatan—mulai dari produksi, pendanaan, lisensi, distribusi, dan pemutaran—juga ikut menggelontorkan dana produksi dan promosi dengan jumlah yang spektakuler: 10 miliar won (setara US$8,4 juta) dikeluarkan khusus untuk kerja-kerja promosi pra-Oscar. Rumah produksi Parasite, Barunson E&A, juga menerima dana investasi sebesar US$10,5 juta dari CJ Group untuk produksi film ini.

Lee Mi-kyung, wakil direktur CJ Group, turut hadir di perhelatan Academy Awards. Ia berterima kasih kepada penonton-penonton Korea yang tak pernah ragu untuk memberikan opini yang jujur. Ia juga beterima kasih kepada Bong Joon-ho. “Terima kasih telah menjadi dirimu. Aku suka segala sesuatu tentangnya: rambutnya, caranya bicara, berjalan, dan menyutradarai. Begitu pula dengan selera humornya dan bagaimana ia bisa menertawakan dirinya sendiri. Ia tak pernah menganggap dirinya serius,” kata Mi-kyung, dilansir Korea Herald.

Selain di Academy Awards, Parasite juga menempati peringkat pertama kategori film terbaik, sutradara terbaik, naskah terbaik, dan film asing terbaik di hasil survei IndieWire terhadap lebih dari 300 kritikus film. Film ini juga masuk ke berbagai daftar 10 film terbaik oleh kritik-kritik di berbagai media, seperti Vox, Roger Ebert, The New York Times, The Hollywood Reporter, dan lain-lain. Parasite mendapatkan lebih dari 200 penghargaan di berbagai ajang penghargaan dan festival internasional.

Walaupun kemenangannya telah diharapkan dan diduga-duga banyak pihak, tetapi pengumuman tersebut tetap menjadi kejutan yang menyenangkan dan mencetak sejarah penting di Oscar. Sebagaimana kata produser Parasite, Kwak Sin Ae, “Aku tak bisa berkata-kata.”

Filmografi Bong Joon-Ho

Parasite adalah film panjang ke-7 besutan Bong Joon-Ho. Barking Dogs Never Bite (2000), debut pertama Bong Joon-Ho, telah berkompetisi dan memenangkan penghargaan di festival-festival internasional seperti Festival Film Internasional Hong Kong dan Festival Film Munich. Bercerita tentang seorang profesor pengangguran yang memutuskan untuk menculik anjing-anjing di sekitar apartemennya, film ini dipuji kritikus karena mengemas isu sosial dengan komedi dan satire.

“Karena besarnya tuntutan sosial, Lee [sang profesor] memproyeksikan kemarahannya kepada anjing-anjing di sekitar perumahan. Mengapa orang memanjakan binatang ketika diri mereka sendiri mesti berjuang keras untuk dapat hidup? Film yang dibungkus dalam komedi gelap ini begitu thought-provoking dan menjadi bukti bahwa sutradara-sutradara Korea Selatan begitu menjanjikan,” kata salah satu reviewer di Rotten Tomatoes.

Film-film Bong Joon-Ho pada dasarnya selalu lekat dengan komentar sosial—dan seringkali membungkusnya secara gelap dan dengan bumbu komedi. Snowpiercer (2013), serupa dengan Parasite, membicarakan tentang ketimpangan kelas. Dalam Parasite, ketimpangan kelas ditandai dengan rumah yang sempit dan terletak di bawah tanah bagi yang miskin dan rumah yang besar dan tinggi bagi yang kaya. Di Snowpiercer, ketimpangan tersebut ditandai secara distopia dengan gerbong kereta: semakin depan gerbongnya, semakin berprivilese dan kaya penumpang-penumpangnya.

Snowpiercer adalah debut pertama Bong Joon-Ho untuk film berbahasa Inggris. Film ini menerima lebih dari 90 penghargaan di festival-festival internasional, termasuk Festival Film Asia Pasifik dan Kritik Film Busan. Snowpiercer juga menembus rekor sebagai film tercepat yang mencapai lebih dari 4 juta penonton di Korea Selatan dalam 5 hari. Film ini pun mendapatkan nilai Tomatometer sebesar 95% dan Metacritic 84/100.

Ada pula film Memories of Murder (2003), The Host (2006), Mother (2009), dan Okja (2017). Mother dan Okja masuk ke dalam program kompetisi Festival Film Cannes, sementara Memories of Murder dan The Host tayang perdana di Cannes.

Memories of Murder yang didasarkan pada kisah nyata pembunuhan berantai di Korea Selatan dinilai sebagai salah satu film Korea Selatan terbaik sepanjang sejarah. Film ini juga tayang di festival-festival internasional lain seperti Festival Film Internasional Tokyo dan dan Penghargaan Kritik Film Busan.

Sementara itu, Okja (2017) yang berbicara tentang eksploitasi dan penyiksaan binatang di peternakan adalah film Bong Joon-Ho pertama yang tayang dan didanai oleh Netflix. Mengangkat isu tentang hak binatang, film ini mendapatkan standing ovation selama 4 menit di Festival Film Cannes.

Kemenangan Parasite di Academy Awards sekaligus jadi kabar baik dan pembuka jalan bagi bagi film-film non-bahasa Inggris lainnya. Ajang ini memang masih diliputi masalah keragaman, dan Parasite dikatakan pantas untuk mendapatkan lebih banyak penghargaan—seperti nominasi aktor perempuan dan laki-laki terbaik. Sebagaimana kata Bong Joon-Ho, Oscars bisa jadi masih sangat lokal. Namun, seperti kata Bong Joon-Ho pula, kemenangan Parasite jadi bukti bahwa, “ketika kamu mengatasi rintangan kecil bernama subtitle, kamu akan dikenalkan dengan lebih banyak film-film luar biasa.”

Share: Kemenangan Bersejarah “Parasite” di Academy Awards