Isu Terkini

Kasus Bakar Orang Akibat Sakit Hati, Psikolog Khawatir Pelaku Kejahatan Saling Mempengaruhi

Ray Muhammad — Asumsi.co

featured image
Unsplash/Antony

Baru saja dibikin geger dengan kasus sate beracun yang dilakukan NA (25) dimana ia berniat membunuh seorang penyidik polisi karena didorong motif sakit hati, kini kasus sadis lainnya tengah menjadi sorotan publik.

Seorang perawat asal Malang, Jawa Timur, berinisial ESW (35), tengah ramai diperbincangkan karena ia dibakar hidup-hidup. Kondisinya cukup memprihatinkan. Ia mengalami luka bakar di wajah dan tubuh.

Mengutip Tribun News, perawat cantik asal Kalipare, Kabupaten Malang, ini dibakar hidup-hidup oleh pria tak dikenal saat sedang berada di tempat kerjanya, klinik Bunga Husada Kalipare, Senin (3/5/2021).

Diduga Motif Asmara

Kapolres Malang AKBP Hendri Umar mengatakan, sejauh ini pihaknya telah memeriksa empat saksi. Mereka adalah anak pemilik klinik, tetangga klinik, rekan kerja korban, dan suami korban. Dari pemeriksaan itu, polisi mencurigai ada dua saksi yang terlibat dalam kasus ini.

“Sudah ada empat saksi diperiksa, dua di antaranya kita curigai ada keterlibatan. Semoga segera terungkap,” ujar Hendri seperti dikutip dari Detik.com.

Sementara itu, Kasatreskrim Polres Malang AKP Donny Kristian Baralangi mengungkapkan, hasil penyelidikan sementara polisi menduga adanya dugaan motif asmara di balik aksi pembakaran hidup-hidup ini. 

“Kami masih mendalami kasus ini. Penyelidikan masih berjalan. Orang-orang yang berkaitan dengan korban akan kita mintai keterangan karena ada dugaan cinta segitiga,” ujarnya.

Oleh sebab itu, kata dia, polisi akan mendalami lebih lanjut perkara ini dengan meminta keterangan dari korban yang menurutnya merupakan saksi kunci. 

Namun, Donny mengatakan, pihaknya belum dapat meminta keterangan karena korban masih dalam perawatan intensif di ruang ICU RS Hasta Husada, Kepanjen. 

“Ada informasi, korban diduga memiliki hubungan dengan pria lain. Meski statusnya sudah berkeluarga. Namun, kita butuh bukti untuk memastikannya,” kata dia.

Kasus Serupa Terjadi di Cianjur

Sejak awal bulan ini, setidaknya tercatat ada dua kejadian pembakaran orang hidup-hidup, yaitu yang menimpa ESW dan satu lagi terjadi pada I (27) di Kecamatan Cidaun, Cianjur, Jawa Barat.

Tribun News melaporkan, peristiwa yang menimpa I terjadi pada Sabtu (1/5/2021) lalu sekitar pukul 17.30 WIB. Pelaku diketahui berinisi DD (32) warga Kertajadi, Kecamatan Cidaun, Cianjur.

Akibat peristiwa ini, korban mengalami luka bakar serius dan harus menjalani perawatan di rumah sakit. Sementara DD melarikan diri sesaat setelah membakar kekasihnya tersebut.

Kepala Kepolisian Sektor Cidaun AKP Sumardi mengatakan, korban mengalami luka bakar cukup parah dan kritis akibat kejadian tersebut.

Motif asmara dan sakit hati diduga kuat juga menjadi alasan DD melakukan perbuatan keji terhadap I. Polisi terus melakukan pendalaman dengan mengumpulkan alat bukti dan keterangan saksi.

“Kami masih terus melakukan pendalaman dan mengumpulkan alat bukti serta meminta keterangan dari para saksi saksi dan mengejar pelaku untuk segera ditangkap guna untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya,” katanya.

Kini, kedua pelaku, baik yang melakukan aksi pembakaran terhadap ESW dan I masih diburu aparat. DD tengah diincar oleh Kepolisian Sektor Cidaun dan Polres Cianjur. Sementara pelaku aksi sadis terhadap ESW masih dikejar pihak Polres Malang. 

Dikhawatirkan Pelaku Saling Terpengaruh Kasus NA

Psikolog dari Samanta Ananta Psychologist Jakarta, Samanta Elsener, mengkhawatirkan terjadinya kasus pembakaran hidup-hidup di Cianjur dan Malang ini saling terpengaruh oleh aksi sadis yang dilakukan oleh NA, pelaku pengirim sate sianida.

Pasalnya, ketiga kasus ini terjadi saling berdekatan. Kasus NA, yang menyebabkan anak pengendara ojek tewas ini, viral pada 25 April lalu. Sementara kasus ESW dan I terjadi saling berdekatan.

“Saya khawatirnya ini menular. Muncul berita yang kasus sate sianida, lalu memunculkan ide ke mereka yang pelaku pembakaran orang ini, kemudian saling mempengaruhi. Secara psikologis, ini menyebabkan evil muncul di dalam jiwa manusia baik. Fenomenanya memang biasanya menular,” kata Samanta saat dihubungi Asumsi.co melalui sambungan telepon.

Ia menambahkan, penyebab seseorang bisa berbuat sadis terhadap sesamanya, bahkan berniat membunuh, ada berbagai faktor, mulai dari tidak terima karena harga dirinya direndahkan, hingga bermaksud sebagai bentuk pertahanan diri.

“Misalnya karena faktor masculine possessiveness, yaitu kondisi sifat maskulinitas yang ada dalam diri pria dan wanita yang posesif berlebihan, akibat adanya rasa cemburu, marah dan sakit hati yang tidak rasional,” katanya.

Hal ini menyebabkan seseorang melihat pasangannya sebagai keseluruhan hidupnya sehingga saat ditinggalkan merasa kehilangan identitasnya, harga dirinya, kebermaknaan hidup dan alasan untuk bertahan hidup. Akan tetapi, alih-alih merasakan kerapuhan dan kesedihan akan kehilangan justru menyerang pasangannya sebagai alasan pembenaran untuk menyingkirkan perasaan duka yang tak dapat diproses oleh dirinya. 

“Selain itu, jika dalam relasinya sudah ada riwayat kekerasan dalam menjalin hubungan juga semakin meningkatkan potensi kemungkinan adanya kekerasan yang lebih berbahaya saat dikecewakan,” imbuhnya.  

Selain itu, ia menjelaskan perilaku ini juga bisa terjadi karena faktor cognitive dissonance, yaitu individu memiliki inkonsistensi antara pikiran dan keyakinannya. “Ketika individu tiba-tiba melakukan hal buruk, disebabkan oleh ketidakmampuan dirinya menjaga konsistensi dan tidak dapat bertoleransi pada inkonsistensi dari perilaku, pikiran dan keyakinannya,” terangnya.

Faktor lainnya, juga bisa disebabkan oleh the pygmalion effect yang mengacu pada kecenderungan orang berperilaku sesuai dengan apa yang orang lain lakukan pada dirinya. Pola pikirnya, kata dia, kalau orang itu baik, maka si individu harus berbuat baik juga. Sebaliknya, bila seseorang menyakiti individu, maka individu itu berhak menyakiti orang itu juga. 

“Balas dendam karena sakit hati simpelnya. Merasa tak terima, atau self defense bisa juga. Kalau yang kasus sate sianida ini kan, ditinggal nikah, lalu ada rasa kekecewaan dan malu yang besar,” tuturnya.

Samanta pun mengaku miris dengan terjadi kasus yang menunjukkan sikap gelap mata seseorang untuk menyakiti pasangannya ini. “Tega sekali ya memang. Semoga saja kasus-kasus semacam ini tidak memberikan ide kepada  pelaku kejahatan lainnya,” tandasnya.

Share: Kasus Bakar Orang Akibat Sakit Hati, Psikolog Khawatir Pelaku Kejahatan Saling Mempengaruhi