General

Jubir PKS Muda, Fathul Bari, Ingin Bawa Mimpi NTT ke Senayan

Haifa Inayah — Asumsi.co

featured image

Nama Ahmad Fathul Bari mungkin masih asing di telinga publik Tanah Air. Di kalangan pemerhati politik saja, nama kader muda Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini masih kalah dibanding kader muda parpol lain yang telah lebih dulu tenar, seperti Tsamara Amany dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI) maupun Dito Ariotedjo dari Partai Golkar. Meski begitu, langkah politik pria berusia 33 tahun ini tidak main-main.

Di Pemilu Legislatif (Pileg) 2019 nanti, Fathul membidik kursi di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI. Rencananya, dia akan maju dari Dapil Nusa Tenggara Timur (NTT) II yang meliputi daerah Timor, Sumba, Rote, dan Sabu Raijua.

Dalam obrolannya dengan Asumsi.co pada 28 Februari lalu, pria lulusan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) ini menceritakan soal awal perkenalannya dengan politik.

“Saya masuk UI tahun 2002, itu adalah momen ketika generasi tahun 2000-an masih merasakan Reformasi dan perubahan dari rezim Soeharto ke rezim demokrasi,” kata Fathul.

“Jadi pas saya masuk kampus, semangat itu yang saya rasakan sekali. Karena itulah akhirnya saya punya ketertarikan untuk berkontribusi kepada masyarakat lewat kegiatan-kegiatan di kampus.”

Di bangku kuliah, Fathul menduduki beberapa posisi strategis, di antaranya Ketua Umum Forum Studi Islam FIB UI, Ketua Umum Senat Mahasiswa FIB UI, dan puncaknya, Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UI untuk periode 2006-2007. Di masyarakat, pria yang akrab disapa Ai ini juga aktif di berbagai organisasi keislaman, seperti dewan masjid dan rohis. Kegiatannya ini, menurutnya, adalah demi melanjutkan mimpi Reformasi 1998 yang disaksikannya sendiri.

“Reformasi ’98 itu adalah hasil buah dari perjuangan mahasiswa. Ada nilai-nilai universal yang diperjuangkan di situ, seperti hak asasi manusia, hak sipil politik, dan sosial budaya. Karena itu, prosesnya perlu kita kawal terus,” paparnya.

“Begitu juga dengan demokrasi, karena demokrasi bukan hanya soal kebebasan politik, tapi juga bagaimana kita memenuhi hak-hak ekonomi dan sosial masyarakat.”

Setelah menamatkan pendidikan S1, Fathul tak serta-merta meninggalkan kegiatan aktivismenya begitu saja. Saat ini, di samping bekerja di salah satu perusahaan multinasional, Fathul juga menjadi Ketua Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI) dan menjadi salah satu tokoh yang ikut membidani lahirnya wadah aktualisasi bagi anak-anak muda kader PKS, PKS Muda.

Bergabung dengan PKS

Fathul memang telah mantap untuk bergabung dengan PKS dan mengejar kursi di Senayan lewat parpol bernomor urut 8 di Pemilu 2019 itu. Ada banyak alasan yang mendorong Fathul untuk bergabung dengan “partai kader” itu. Pertama, Fathul melihat PKS sebagai partai politik yang memiliki keorganisasian dan masa depan yang baik, sistem yang mapan, dan pembinaan kaderisasi yang jelas.

“Kedua, PKS juga merupakan partai yang hadir sebagai anak kandung Reformasi. Ketika awal berdiri, banyak pengamat yang melihat bahwa PKS ini partai anak muda yang membawa semangat muda. Karena itu, saya melihat PKS masih terbuka sekali untuk ide-ide baru yang masuk ke dalamnya. Itu yang membuat saya tertarik,” ujarnya.

Di PKS Muda, selain sebagai pendiri, Fathul juga menjabat sebagai Juru Bicara Bidang Pendidikan dan Budaya. Di organisasi yang baru berdiri pada November 2017 itu, Fathul melihat banyaknya kader muda potensial yang bisa memberikan pendekatan baru dalam politik Indonesia. Karena itu, Fathul tidak khawatir dengan kebijakan PKS yang mulai merekrut anak muda non-kader ke dalam partainya.

“Saya tidak khawatir soal isu kader atau non-kader, karena PKS ini partai yang cukup terbuka. Tidak ada perbedaan antara keduanya. Ini juga satu hal yang saya apresiasi dari PKS,” ujarnya.

Jadi Caleg di NTT

Datang dari keluarga sederhana, Fathul mengaku dirinya tidak punya modal besar dalam berpolitik.

“Saya hanya orang biasa, almarhum bapak adalah PNS di Jakarta, ibu juga seorang ibu rumah tangga. Saya hanya beruntung saja bisa masuk UI dan ditempa dengan berbagai pendekatan kelimuan. Sama sekali tidak ada koneksi atau keturunan,” ucapnya.

Meski begitu, niat Fathul untuk nyaleg dari NTT tidak berangkat dari angan kosong belaka. Ia sudah beberapa kali mendatangi dapilnya dan memetakan permasalahan yang kelak akan dibawanya ke Senayan jika terpilih nanti.

“Saya punya kontribusi, cita-cita, dan harapan yang saya ingin tawarkan di NTT. Saya ingin memastikan ketersediaan air bersih, pembangunan infrastruktur, dan pemerataan pendidikan,” katanya.

Terakhir, Fathul juga ingin merubah perspektif anak muda atas politik yang melulu dipandang buruk. Menurutnya, justru anak mudalah yang memiliki kekuatan untuk mengubah perspektif ini.

“Saya ingin memajukan kembali semangat anak muda untuk berpolitik karena politik bukan satu hal yang buruk atau kotor. Politik itu mulia, dan di tengah perkembangan kelompok millennial yang tengah pesat seperti saat ini, kontribusi mereka justru dibutuhkan di politik,” demikian kata Fathul.

Share: Jubir PKS Muda, Fathul Bari, Ingin Bawa Mimpi NTT ke Senayan