General

Jelang Debat, Jokowi-Ma’ruf Masih Ungguli Elektabilitas Prabowo-Sandiaga

Christoforus Ristianto — Asumsi.co

featured image

Lembaga survei Charta Politika mencatat elektabilitas pasangan nomor urut 01 Joko Widodo-Ma’ruf Amin yang unggul atas paslon nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Jokowi-Ma’ruf mencatat elektabilitas sebesar 53,2 persen. Adapun Prabowo-Sandiaga 34,1 persen.

Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya menyatakan, sebenarnya terdapat kecendurungan elektabilitas yang stagnan dari kedua kandidat meskipun ada kenaikkan sedikit dari Prabowo-Sandiaga. “Ada pola kecendurungan stagnan dari kedua kandidat di dua bulan terakhir ini,” kata Yunarto di kantor Charta Politika, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (16/1/2019).

Sebelumnya, lanjut Yunarto, pada Oktober 2018 tingkat elektabilitas Jokowi-Ma’ruf sebesar 53,2 persen dan Prabowo-Sandi 35,5 persen. Menurutnya, meskipun ada kenaikkan selisih dari kedua kandidat, namun hal itu tidak ada perubahan yang signifikan.

Pemilih Loyal, Ragu-ragu, dan Belum Menentukan

Dia menambahkan, faktor yang paling mempengaruhi stagnan elektabilitas kedua kandidat adalah karena tingkat kemantapan dari pemilih yang loyal sudah besar. “Tingkat pematangan pemilih loyal kedua kandidat sudah cukup besar. Pemilih loyal Jokowi-Ma’ruf sebesar 80,9 persen dan Prabowo-Sandi 79,6 persen,” ungkapnya kemudian. Artinya, seperti diungkapkan Yunarto, perilaku pemilih loyal kedua kandidat sudah fanatik dan agak sulit diubah melalui faktor debat. “Tingkat kemantapan dari pemilih loyal kedua kandidat ini cukup besar. Artinya, memang pemilih sudah cenderung agak fanatik dan sulit untuk diubah pilihanya,” kata Yunarto.

Dia menjelaskan, tingkat kemantapan pemilih loyal pada Jokowi-Ma’ruf yakni sebesar 80,9 persen sedangkan untuk Prabowo-Sandi 79,6 persen. Tak pelak, menurutnya para pemilih loyal ini akan tetap tidak merubah pilihan dan sejatinya kedua kandidat fokus ke swing voters dan undecided voters. “Dengan besarnya jumlah pemilih loyal, artinya ada fenomena swing dan undecided voters yang harus direbut kedua kandidat,” ucapnya.

Yunarto menjabarkan, kini pemilih yang masih berstatus swing voters sejumlah 14,6 persen dan undecided voters 14,1 persen. Maka dari itu, kedua kandidat harus mulai memikirkan strategi baru guna merebut jumlah kedua jenis pemilih tersebut. “Kalau hanya melalui debat sulit, harus ada penetrasi lain dari kedua kandidat, misalnya sistem pintu ke pintu dan menggunakan caleg yang punya daya penetrasi yang tinggi di masing-masing daerah,” ungkapnya kemudian.

PR Jokowi Gaet Pemilih PNS

Merujuk survei Charta Politika per Desember 2018, sebanyak 40,4 persen PNS mendukung Jokowi-Ma’ruf dan 44,4 persen ke Prabowo-Sandiaga. Adapun pegawai desa/kelurahan yang memilih Jokowi-Ma’ruf sebesar 30,8 persen dan 53,8 persen mendukung Prabowo-Sandi.

Yunarto mengatakan, rendahnya tingkat keterpilihan PNS dan pegawai desa ke Jokowi-Ma’ruf disebabkan adanya sistem pemerintahan Jokowi yang disiplin terhadap mereka. “Kita akui pemberantasan korupsi, e-budgeting , dan kebijakan ketat Jokowi lainnya membuat kalangan PNS atau pegawai desa anti terhadah pemerintah. Sebab, korupsi itu jadi lumbung hidup bagi mereka yang ingin memperkaya diri sendiri,” kata Yunarto.

Sejak 2014, menurut Yunarto, Jokowi memang selalu kalah elektabilitasnya dari sisi PNS dan pegawai desa/kelurahan. “Mungkin sensitivitas mereka bahwa sistem pemerintahan yang ketat ini kemudian menganggu kemapanan yang sudah mereka miliki saat ini,” ungkapnya kemudian.

Tak pelak, lanjutnya, fokus perhatian Jokowi terhadap pegawai desa/kelurahan muncul dalam wacananya yang akan menyetarakan penghasilan perangkat desa dengan penghasilan PNS golongan II A. Menurut Yunarto, wacana Jokowi tersebut sebenarnya punya pengaruh dalam elektabilitas dirinya. Kendati demikian, ada faktor ketidaknyamanan PNS maupun pegawai daerah terhadap sistem pemerintahan yang ketat dan disiplin.

“Tidak bisa kita ukur ketidaknyamanan itu. Dengan adanya perubahan terhadap sistem pemerintahan yang disiplin, mereka merasa terganggu dan berharap ad anya perubahan kepemimpinan,” tuturnya.

PR Prabowo-Sandi Gaet Jateng dan Jatim

Tingkat keterpilihan Prabowo-Sandiaga di Jawa Tengah masih 13,8 persen, sedangkan Jokowi-Ma’ruf 72,3 persen. Adapun elektabilitas Prabowo-Sandi di Jawa Timur yakni 30,6 persen dan Jokowi-Ma’ruf 54,8 persen. “PR besar Prabowo-Sandi masih di Jawa Timur dan Jawa Tengah karena jarak suaranya dengan Jokowi-Ma’ruf sangat besar,” ujar Yunarto.

Padahal, lanjutnya, Jawa Tengah dan Jawa Timur merupakan lumbung besar suara untuk Pilpres 2019. Ia juga menyatakan dari survei yang dilakukan Charta Politika, dua kali Prabowo-Sandi tertinggal dari Jokowi-Ma’ruf. “Makanya Jawa Tengah dan Jawa Timur jadi wilayah tempur bagi Prabowo-Sandi. Kedua daerah ini suaranya besar setelah Jawa Barat,” ungkapnya kemudian.

Di sisi lain, Prabowo-Sandi memiliki keunggulan di wilayah Sumatera, DKI Jakarta, dan Banten. Di Sumatera, mereka unggul dengan elektabilitas 49 persen serta DKI Jakarta dan Banten 45,6 persen. Adapun survei ini digelar pada 22 Desember 2018 – 2 Januari 2019 dengan melibatkan 2.000 responden. Metode yang digunakan ialah wawancara tatap muka dengan kuisioner terstruktur. Charta Politika mengklaim margin of errornya ialah 2,19 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.

Share: Jelang Debat, Jokowi-Ma’ruf Masih Ungguli Elektabilitas Prabowo-Sandiaga