Budaya Pop

Fyre Festival, Bencana dari Fantasi Gila

Hafizh Mulia — Asumsi.co

featured image

Mendengar nama Fyre Festival, mungkin bagi sebagian kalian adalah hal yang asing. Namun di luar sana, Fyre Fest ini sedang kembali dibicarakan menyusul sebuah dokumenter yang ditayangkan Netflix. Apa yang sebenarnya terjadi?

Fyre Fest, Mimpi Gila Pengusaha Muda

Fyre Festival adalah sebuah acara festival musik yang berangkat dari mimpi gila seorang pengusaha muda bernama Billy McFarland. Acara ini diadakan pada bulan April 2017. Mengapa gila? Karena ia menjanjikan para penontonnya sebuah festival musik di sebuah pulau kecil di Bahama. Tidak hanya festival biasa, Billy menjanjikan kemewahan di dalamnya. Beberapa kemewahan yang dijanjikan termasuk di dalamnya seperti vila-vila mewah dan konsumsi dari koki ternama. Gambaran kemewahan tersebut pun terpampang jelas di video trailernya.

Alih-alih kemewahan tak terlupakan, para penonton Fyre Festival justru mendapatkan pengalaman yang harus segera dikubur dalam-dalam. Setibanya para penonton di pulau tersebut, mereka disuguhkan kenyataan kalau uang yang mereka bayarkan ternyata tidak sesuai dengan apa yang mereka dapatkan. Tidak ada vila-vila mewah. Tidak ada pantai indah. Tidak ada konsumsi berlimpah. Mereka mendapatkan perlakukan seolah-olah pengungsi yang baru sampai di sebuah pulau untuk transit. Salah satu pengguna Twitter bernama Trevor dengan username @trev4president mengunggah seperti apa konsumsi yang mereka terima. Dari apa yang terlihat, jelas jauh dari kata mewah.

The dinner that @fyrefestival promised us was catered by Steven Starr is literally bread, cheese, and salad with dressing. #fyrefestival pic.twitter.com/I8d0UlSNbd— Trevor DeHaas (@trev4president) April 28, 2017

Tidak hanya konsumsi sandwich seadanya tersebut, para penonton juga ditipu mengenai akomodasi. Dari yang seharusnya vila-vila mewah, mereka malah diberikan akomodasi tenda pengungsian. Tenda-tenda ini sebenarnya tidak begitu buruk. Ada kasur yang bisa ditiduri di dalamnya. Namun tenda-tenda ini bukanlah akomodasi yang dijanjikan. Jelas para penonton begitu kecewa. Salah satu penonton bahkan membayar senilai total US$4.000 untuk berbagai kemewahan yang tak pernah ia dapatkan.

Dari sini saja, terlihat bahwa mengadakan Fyre Festival adalah sebuah mimpi gila. Beragam kemewahan yang dijanjikan terlalu ‘indah’ untuk benar-benar dapat direalisasikan. Apalagi, untuk seorang pengusaha muda seperti Billy McFarland. T.R. Todd, dalam satu artikelnya di BBC, menceritakan kembali mengapa hal ini lantas menjadi mimpi yang gila.

T.R. Todd Sudah Ragu dari Awal

Dalam artikelnya di BBC, T.R. Todd mengungkapkan kalau keraguannya akan festival tersebut sudah dirasakan dari beberapa bulan sebelum penyelenggaraan. Di bulan Februari 2017, Todd sedang bekerja untuk Grand Isle Resort di Exuma, sebuah distrik berbentuk kepulauan tempat diselenggarkaannya Fyre Festival. Ia paham bahwa Exuma memiliki pulau dan pantai yang indah. Yang ia tak paham adalah bagaimana acara musik sebesar Fyre Festival dapat diselenggarakan di sana. Sebagai seseorang yang pernah menyelenggarakan acara musik kecil untuk ratusan orang, ia sadar betapa sulitnya menyelenggarakan acara di Exuma. Apalagi untuk acara sebesar Fyre Festival. Infrastruktur yang begitu minim benar-benar akan mempersulit siapapun yang datang ke sana.

Kekhawatiran yang ia rasakan pun seiring waktu terus bertumbuh. Yang paling parah adalah ketika Todd menelpon penyelenggara acara. Ketika Todd bertanya apakah mereka paham seperti apa lanskap Exuma, para penyelenggara menjawab tidak. Bahkan, Todd mengungkapkan kalau para penyelenggara tersebut nampak tidak tahu di mana sebenarnya Exuma berada.

Todd merasa bahwa Exuma adalah tempat yang begitu indah untuk melepaskan diri dari kesibukan. Tempat yang baik untuk menghilang dari peradaban. Mengadakan Fyre Festival hanya menjadi antitesis dari Exuma. Exuma bukanlah tempat untuk hal-hal glamor.

Satu hari sebelum acara diselenggarakan, para penonton Fyre Festival sudah mulai berdatangan ke distrik tersebut. Kebanyakan dari mereka, menurut Todd, bukanlah orang biasa. Mereka adalah orang-orang kaya nan terkenal dengan jumlah pengikut di media sosial mencapai ribuan atau bahkan jutaan.

Tidak memakan waktu yang lama untuk para penonton menyadari bahwa mereka sudah ditipu. Melihat tenda dan konsumsi yang disediakan, mereka langsung melayangkan protes. Media sosial pun dipenuhi unggahan cerita-cerita buruk Fyre Festival. Konsumsi, akomodasi, dan segala hal buruk yang terjadi. Tak sedikit dari mereka yang frustrasi dan kebingungan.

Todd di akhir tulisannya mengungkapkan kalau pada akhirnya, ia dan timnya lah yang membantu orang-orang kebingungan tersebut. Ia membantu menyediakan tempat-tempat tinggal sementara sebelum para penonton yang tertipu dipulangkan. Fyre Festival pun hanya akan menjadi cerita fantasi yang tak pernah terealisasi.

Share: Fyre Festival, Bencana dari Fantasi Gila