Isu Terkini

Eks Jubir KPK Ceritakan Pengalamannya Seleksi Jadi Pegawai KPK

Tommi Andry — Asumsi.co

featured image
Foto: Twitter @Febridiansyah

Mantan Juru Bicara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Febri Diansyah, bereaksi atas Tes Wawasan Kebangsaan (TWK). Alih-alih uji coba kebangsaan para pegawai di gedung merah putih, tes itu malah dianggap melecehkan perempuan dan tidak substantif. 

Melalui akun twitternya, Febri menceritakan pengalamannya mengikuti seleksi menjadi pegawai KPK. Seleksi itu bertajuk Indonesia Memanggil. Febri masuk dalam gelombang ketujuh atas IM-7 tahun 2013 bersama 159 pegawai lainnya.

“Seluruh tes sebelum tahap wawancara unit kerja dilakukan oleh konsultan independen yang berpengalaman melakukan tes serupa untuk sejumlah lembaga negara,” Febri dalam akun twitternya @febridiansyah.

Baca juga: Skandal Menggerogoti KPK, Kini Jadi Komisi ‘Diberantas’ Korupsi?

Sebelumnya, melalui pesan singkat, Febri telah bersedia cuitannya dikutip Asumsi.co.

Menurut dia, sejak tahapan seleksi, masalah integritas dan motivasi masuk KPK telah dipertanyakan. Padahal, pada tahap I sebenarnya baru sebatas seleksi administrasi.

Selanjutnya pada tahap kedua, ada tes potensi diri yang dilakukan seharian penuh. Sayangnya, dalam tahapan ini, Febri mengaku sedang kurang sehat. Sehingga, dirinya tidak terlalu fokus menjawab pertanyaan.

“Saya agak kurang sehat saat itu, sehingga saat jawab sempat enggak sadar, agar meler. (Tapi) kalau melihat tes masuk PNS, ada beberapa soal yang mirip, ”tulis Febri.

Selain kondisi yang kurang prima, kata pria berkaca mata ini, panggung ini cukup berat. “Selain menguji potensi IQ, juga (uji) kesabaran dan konsistensi,” kata dia.

Tahapan selanjutnya yakni tes kompetensi. Tahap ketiga ini kompetensi sesuai bidang masing-masing, pengetahuan umum tentang berbangsa dan bernegara, serta hukum dan pemberantasan korupsi.

“Karena saya melamar sebagai penyelidik, ada juga pertanyaan tentang audit,” kata Febri. Kemudian tahap 4 ada tes Bahasa Inggris.

Pada tahap kompetensi wawancara dengan konsultan, Febri menyebut wawancara ini hanya hal yang relevan yang digali. Bahkan ada pertanyaan mendalam tentang integritas dan independensi, termasuk pertanyaan tentang apakah yang akan dilakukan jika atasan shalat.

“Saya jawab, saya akan ingatkan dengan cara yang tepat,” tulisnya.

Ada pula pertanyaan tentang situasi yang paling penting ketika harus memilih kepentingan pribadi dengan kepentingan pelaksanaan tugas. Kemudian pertanyaan terkait kepemimpinan tim dan pengambilan keputusan.

Febri memahami pertanyaan tersebut sangat penting karena terkait aspek kepemimpinan dan konflik kepentingan.

Kemudian ada juga sesi Leaderless Group Discussion yang membahas tentang nilai-nilai dasar anti korupsi, seperti kejujuran dan bagaimana membangun prinsip anti korupsi dalam kehidupan masyarakat hingga bernegara.

Menurutnya, proses yang dilalui cukup panjang dan saringannya sangat ketat. Seleksi ditutup dengan tes kesehatan.

Saat itu seleksi berjalan sekitar tujuh bulan, mulai dari Mei hingga November 2013. Namun tidak selesai sampai di situ, mulai November para calon pegawai mengikuti pendidikan.

Para calon pegawai yang lolos kemudian dipanggil untuk wawancara dengan unit kerja. Pada fase wawancara ini digali sedemikian rupa kemampuan dan latar belakang. Mereka yang lolos berarti telah memenuhi kompetensi dasar. Selanjutnya dicocokkan dengan pelaksanaan di tugas unit masing-masing.

“Setelah lolos seluruh tahapan, seingat saya ada 160 orang. (Kemudian) kami memasuki tahapan paling ‘terkenal’ di setiap angkatan KPK. Pendidikan dasar ini disebut INDUKSI PEGAWAI KPK,” tulis Febri.

Para calon pegawai itu ditempa di Pusat Pendidikan Kopassus di Batujajar selama dua bulan. Beberapa angkatan sebelumnya, kata Febri, ada yang berasal dari BAIS, TNI dan Akpol.

Pada pendidikan dasar ini, para calon pegawai KPK diberikan berbagai materi fisik, disiplin, aspek kebangsaan dan cinta tanah air. Pendidikan dasar pun diisi dengan materi intelijen dan hukum.

Baca juga: Tes Wawasan Kebangsaan KPK Dipertanyakan Urgensinya

Mulai jam 4 pagi, seluruh calon pegawai menjalani aktivitas mulai dari olah raga, shalat berjamaah, mandi, upacara, pelatihan baris berbaris dan materi di kelas. Aktivitas ditutup dengan apel malam sekitar pukul 8-9 malam. Setiap calon pegawai pun diberikan waktu untuk ibadah sesuai agama masing-masing.

Selain di Batujajar, para calon pegawai KPK ini dibawa ke tempat pelatihan hutan Kopassus di Situ Lembang. Penempaan dilakukan dengan intensitas lebih tinggi. Hampir setiap hari pelatih menekankan tentang kebangsaan.

“Saya hampir tidak jadi ikut induksi saat itu karena istri sedang hamil tua anak ke-3. Tapi setelah saya bicara dengan keluarga, mereka merelakan karena yang kami pahami saat itu, menjadi pegawai KPK adalah panggilan hati untuk berkontribusi dan mengabdi pada Indonesia,” tulis Febri.

Saat istri hendak melahirkan, Febri sempat diberikan cuti selama dua hari untuk menemani proses persalinan di Jakarta. Setelahnya, dia kembali ke lokasi induksi.

“Oh ya, saat pulang ke rumah, dua anak saya sempat agak ragu dan tidak mengenali bapaknya. Karena pulang-pulang kulit lebih gelap, dekil (tentu saja) dan kurus. Tapi saya merasa sangat sehat saat itu,” tulis dia.

Pengalaman tersebut, kata Febri, hanya bagian kecil dari proses panjang menjadi bagian dari KPK. Soalnya, pada angkatan sebelumnya, proses seleksi disebut lebih berat.

Namun demikian, proses seleksi tersebut tidak hanya berlaku bagi pegawai, tapi juga terhadap mereka yang memeroleh jabatan.

Melihat kerasnya proses seleksi, Febri mengaku tidak habis pikir dengan TWK yang berlangsung saat ini. Para pegawai senior yang lebih dulu ditempa dengan pendidikan yang penuh disiplin dan kini memiliki kinerja baik justru dapat tersingkir dengan TWK yang penuh kontroversi.

“Seleksi jabatan di KPK juga harus tes dengan tahapan seperti di atas. Itu yang selama ini terjadi di KPK. Karena itu, saya ga habis pikir sekarang beberapa pegawai senior yang berdedikasi dan kinerja bagus terancam disingkirkan hanya karena tes wawasan kebangsaan yang kontroversial ini,” tulis dia.

Pengalaman yang dibagikan Febri direspon baik oleh para pengguna twitter. Hingga Sabtu (8/5/21), pengalaman ini telah disukai oleh 26.000 akun dan telah di re-tweet sebanyak 6.535 kali.

Share: Eks Jubir KPK Ceritakan Pengalamannya Seleksi Jadi Pegawai KPK