Isu Terkini

Asa di Balik Dukungan Kaum Difabel terhadap Prabowo-Sandi

Hafizh Mulia — Asumsi.co

featured image
Asumsi.co

Pada hari Minggu (23/9), beredar berita bahwa Komunikasi Disabilitas Indonesia mendeklarasikan dukungan mereka pada calon presiden-wakil presiden no.2, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Deklarasi tersebut dikemukakan oleh Eka Setiawan yang menjadi koordinator dari komunitas itu. Mengetahui hal tersebut, Asumsi.co sempat berkeinginan menaikkan berita tersebut mengingat dukungan dari suatu komunitas terhadap calon pasangan presiden-wakil presiden sangatlah penting menjelang pemilihan presiden mendatang. Namun ternyata, tidaklah didapati satu pun informasi mengenai Komunikasi Disabilitas Indonesia di internet. Hanyalah berita dukungan deklarasi yang terdapat di internet.

Penasaran dengan hal tersebut, akhirnya Asumsi.co berusaha mencari data mengenai Eka Setiawan. Untungnya, ditemukan informasi mengenai beliau yang ternyata juga menjadi Ketua Persatuan Tuna Netra Indonesia (Pertuni). Alhasil, terjadilah perbincangan mengenai beliau, komunitas Komunikasi Disabilitas Indonesia, dan dukungan yang sudah dinyatakan  pada akhir September itu.

Berharap Deklarasi Tersebut Berkembang ke Daerah

Mengenai deklrasi yang sudah dinyatakan pada tanggal 23 September lalu, Eka langsung menyatakan bahwa deklarasi dukungan para penyandang difabel ini diinisiasikan oleh dirinya sendiri, bersama dengan beberapa penyandang difabel lainnya. Harapannya, dengan adanya pernyataan ini, kaum difabel di kota lain akan ikut memberikan dukungan untuk Prabowo-Sandi.

“Berangkat dari statement itu, keliatannya akan berkembang ke daerah. Juga sudah ada yang merespon ke saya (terkait dukungan-red),” ungkap Eka.

Eka pun membeberkan alasan mengapa ia memilih Prabowo-Sandi. Menurutnya, kondisi pemerintahan sekarang ini belum begitu cepat dalam perkembangan respon terhadap kaum difabel. Seolah-olah, negara hanya menjadikan Undang-Undang No. 8 tahun 2016 sebagai arsip negara saja.

“Merasa perlu action karena sekarang sangat lambat progress-nya, termasuk yang diamanatkan itu kan hadirnya Peraturan Pemerintah, pembentukan Komisi Nasional Disabilitas (KND), belum dilakukan. Yang membuat kami lebih agak terkejut adalah ketika masih ada peraturan aparatur negara yang masiih pakai kuota satu persen (untuk penyandang difabilitas), ketika di undang-undangnya sudah dua persen. Bahkan di daerah ada pengumuman rekrutmen Aparatur Sipil Negara, itu jelas-jelas menulis tidak tuli dan tidak buta. Kami jadinya menganggap ketika Undang-Undang No 8 Tahun 2016 itu lahir, negara hanya menjadikan arsip negara saja itu,” sebut Eka.

Berangkat dari kegelisahannya tersebut lah Eka mendorong teman-teman di daerah untuk mengadvokasikan hal ini. “Kami mendorong teman-teman di daerah untuk mengadvokasi hal ini,” ungkap Eka Setiawan.

Mendorong Pendirian Pusat Layanan Disabilitas

Dalam dukungannya tersebut, tentu Eka tidak hanya sekadar mendukung. Ada kepentingan yang dibawa di dalamnya untuk direalisasikan oleh pasangan calon nomor 2. Salah satunya adalah pusat layanan disabilitas di berbagai wilayah di Indonesia. Eka menyatakan, “Perlu ada pusat layanan disabilitas, satu aja di setiap wilayah, keliatannya itu yang tidak dibangun.” Ia juga bercerita bahwa sekarang, justru kaum difabel didukung oleh para pendonor swasta, bukan pemerintah. Seperti salah satu contohnya di kampus UIN Yogyakarta. “Kalau kami boleh cerita, kebetulan kami di PERTUNI juga, kami mengupayakan pusat layanan disabilitas di kampus-kampus itu dari donor agen, seperti di UIN Yogyakarta. Dikti tidak menyiapkan itu. Ketika masyarakat sudah berbuat, baru mereka apresiasi,” ungkap Eka.

Dalam merealisasikan kepentingannya untuk pasangan calon nomor dua ini, Eka Setiawan berharap akan ada kontrak yang dibuat. Sehingga realisasi ke depannya tentu dapat semakin kuat. “Memang partai gerindra termasuk partai yang terlibat dan lumayan kuat mengadvokasi di DPR. Kami berharap dengan dukungan, akan ada kontral,” tutur Eka. Ia menambahkan bahwa saat ini, negara seharusnya hadir untuk memberikan fasilitas bagi penyandang difabilitas. Eka pun melanjutkan, “saat ini bukan lagi melihat si tuna netranya, tetapi kini harus melihat peran negara yang hadir untuk menyiapkan sarana yang sesuai dengan kebutuhan si penyandang disabilitas.”

Kembali, Eka pun menyatakan tentang kondisi saat ini yang masih kurang mendukung penyandang difabel. Implementasi yang kurang, padahal telah diresmikan selama dua tahun, menjadi indikator bahwa ada yang belum baik dalam pengimplementasiannya. “Untuk teman-teman disabilitas begitu ya, jadi yang penting itu adalah kita bisa mengevaluasi dari apa yang sudah dilakukan dari UU tersebut. Artinya ketika pemerintah menyetujui, ada waktu dua tahun untuk implementasi. Tapi hingga kini, implementasi penyelengaraan UU masih sangat kurang. Ketika nanti berubah (kepemimpinan), ada percepatan yang juga kita kontrol dan dorong,” ucap Eka.

Kedekatan Eka terhadap Sandiaga Uno Menjadi Kunci

Eka menuturkan bahwa ia memiliki kedekatan yang cukup baik dengan Sandiaga. Hal itu dibuktikan dengan pernyataan bahwa ia pernah beberapa kali bertemu. “Saya pernah beberapa kali bertemu, dari mulai pencalonan, kita bertemu, kemudian ketika sudah menjadi wakil gubernur tapi belum dilantik pernah bertemu di Kartika Chandra,” tutur Eka.

Dalam dukungannya juga, Eka menjelaskan tentang pedulinya Sandiaga pada kaum difabel. “Kebetulan Pak Sandi itu pernah jadi wakil gubernur, dan ketika dia jadi gubernur dia cukup respect pada penyandang disabilitas,” ungkap Eka. “Saya menjadi orang yang sedih ketika dia mundur (sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta-red), karena gara-gara Pak Sandi, dibangun untuk pusat penyandang disabilitas di Jakarta. Dia reaktif dan responsif,” lanjutnya.

Peran Sandiaga Uno ini pun cukup signifikan. Karena ia merasa, ketika Sandiaga Uno turun sebagai wakil gubernur dan belum ada penggantinya, proses pembangunan pusat penyandang difabilitas berhenti. Baru lah setelah ia bertemu dengan Sandiaga, proses tersebut dilanjutkan lagi oleh Anies.

“Ketika beliau mundur jadi wakil gubernur dan Pak Anies belum punya pasangan yang pas, prosesnya berhenti (pembangunan pusat penyandang disabilitas). Ketika kemarin saya ketemu Pak Sandi, dia akan kembali berkomitmen untuk menelpon pak Anies untuk melanjutkan progress itu,” tutur Eka.

Berharap Pusat Penyandang Difabilitas Dapat Direalisasikan di Seluruh Indonesia

Harapan Eka Setiawan jika nanti terpilih, Sandi dapat merealisasikan pusat penyandang difabilitas di seluruh wilayah di Indonesia. “Ketika di Jakarta dia sudah mendorong untuk impelmentasi untuk disabilitas center, ketika dia menjadi wakil presiden nanti kalau terpilih, ada harapan untuk dapat membangun setidaknya satu pusat penyandang disabilitas di setiap satu wilayah,” Tutup Eka.

Share: Asa di Balik Dukungan Kaum Difabel terhadap Prabowo-Sandi