Budaya Pop

Dian Sastro: Tak Banyak Film Indonesia Membahas Kehidupan Guru

Permata Adinda — Asumsi.co

featured image

“Sebenarnya gimana sih kehidupan guru?” Pertanyaan retoris itu dilontarkan oleh Dian Sastrowardoyo pada media gathering film Guru-guru Gokil (12/9/19). Sebab, Dian beranggapan bahwa tak banyak film Indonesia yang mengambil guru sebagai karakter utamanya.

“Banyak film di sekolah, tapi rata-rata biasanya tentang murid. Bagaimana mereka belajar, berinteraksi dengan teman-teman, dan menjalin cinta monyet. Tapi film tentang guru itu sendiri jarang diangkat,” ujar Dian yang perdana menjadi produser dalam film Guru-guru Gokil ini.

Guru-guru Gokil diproduksi oleh Base Entertainment dan Dian Sastrowardoyo. Film ini mengambil tema guru, sekolah, dan pendidikan.

“Kita percaya orang-orang yang berprofesi sebagai guru juga punya kisah kehidupan yang tak kalah menarik. Mereka punya banyak tugas di sekolah: mengajar, menyusun pelajaran, dan lain-lain. Tapi mereka juga pasti punya kehidupan pribadi di luar sekolah,” cerita Dian, yang bilang bahwa ia ingin membuat film yang bisa mengapresiasi kerja keras guru-guru di sekolah.

Guru-guru Gokil punya karakter utama bernama Taat (Gading Marten). Taat beranggapan bahwa kesuksesan itu sama dengan punya banyak uang. Namun, mimpi tersebut kandas ketika ia bekerja sebagai guru pengganti di sebuah sekolah.

Guru di Indonesia memang belum sejahtera. Penghasilan guru berstatus PNS dan guru honorer berbeda signifikan. Menurut laporan Liputan6, pendapatan guru PNS di Jakarta bisa mencapai Rp15 juta, sementara guru honorer hanya Rp500 ribu per bulan. Jumlah guru honorer di Jakarta lebih dari separuhnya.

“Setiap guru punya personality yang unik. Ada yang galak, perhatian, atau inspiratif. Sifat dan perlakuan mereka ini kan sebenarnya yang membentuk hidup kita kini,” ujar Dian yang juga menyimpan banyak kenangan tentang guru-guru sekolahnya dulu.

Film bergenre drama komedi ini akan disutradarai oleh Sammaria Simanjuntak yang pernah membuat film Demi Ucok (2013), film tentang ibu dan anak berlatar belakang budaya Batak. Film ini dinominasikan dalam delapan kategori Festival Film Indonesia 2012. Beberapa di antaranya adalah Nominasi Film Terbaik, Sutradara Terbaik, dan Skenario Terbaik.

Kental dengan budaya Batak, film ini mendapatkan banyak pujian dari kritikus-kritikus film. Adrian Jonathan menganggap elemen-elemen personal seperti persoalan keluarga Batak dan pengalaman sulitnya mendapatkan pendanaan film menjadi kekuatan utama film. Walaupun begitu, ia juga menuliskan bahwa alur cerita film masih kurang koheren.

Selain itu, Sammaria Simanjuntak juga terkenal atas film Cin(T)a (2009) yang terkenal mengangkat isu sensitif dan kontroversial, yaitu kisah cinta lintas etnis dan agama.

Sammaria Simanjuntak mengatakan bahwa ia sendiri yang menawarkan diri untuk menjadi sutradara film ini. Ia melakukan pitching kepada produser film Guru-guru Gokil setelah membaca skenario yang disusun oleh Rahabi Mandra. “Jarang kita bisa menceritakan sesuatu yang sangat penting tapi dengan cara yang menghibur. I would do anything to direct this film,” ujar Sammaria.

Produksi Base Entertainment

Shanty Harmayn selaku produser dari Base Entertainment mengatakan bahwa ia telah lama berencana untuk berkolaborasi dengan Dian Sastro. “Sejak Dian berusia 18 tahun, kami selalu berencana untuk bikin project bareng,” kata Shanty. Proyek ini mengawali kolaborasi keduanya. Mereka pun telah berencana membuat rangkaian tiga film sekaligus.

Film-film yang akan diproduksi oleh Base Entertainment dan Dian Sastro akan berkisar pada persoalan-persoalan yang dekat dengan kehidupan sehari-hari, seperti keluarga, anak-anak, pendidikan.

“Kami ingin membuat film yang dekat dengan kehidupan penonton dan bisa menyentuh isu-isu sosial yang sebenarnya perlu kita bicarakan bersama. Kami ingin film kami bisa menghibur, tetapi juga memberikan inspirasi dan makna lebih,” ucap Dian.

Base Entertainment sendiri adalah rumah produksi yang merupakan gabungan dari tiga perusahaan film: Salto Film, Million Pictures, dan Kawi Content. Rumah produksi ini akan fokus pada kegiatan pendanaan, pengembangan cerita, intellectual property (IP), dan distribusi.

Bersama CJ Entertainment, Ivanhoes Pictures, dan RAPI Films, Base Entertainment juga sedang memproduksi film Perempuan Tanah Jahanam karya Joko Anwar yang rencananya akan rilis pada Oktober 2019. Terdapat pula dua rangkaian film horor lainnya, yaitu Ghost in the Cell dan The Vow.

Rumah produksi ini ikut mendukung pembuatan film Bebas, adaptasi film Korea berjudul Sunny dan diproduksi oleh Miles Film dan BASE Entertainment.

Base Entertainment juga akan menggarap serial animasi Netflix berjudul Trese yang diadaptasi dari novel grafis Filipina berjudul sama. Serial ini adalah bagian dari lima serial anime buatan Netflix yang terdiri dari cerita-cerita lokal sebuah negara dan spin-off dari film internasional.

“Kami berharap ke depannya dapat membawa intellectual property dari Indonesia untuk dibagikan kepada penonton dunia. Kami juga sangat antusias dapat bekerja sama dengan Netflix,” ujar Shanty saat siaran pers film Trese.

Share: Dian Sastro: Tak Banyak Film Indonesia Membahas Kehidupan Guru