Isu Terkini

Bio Farma: Indonesia akan Menjadi Prioritas Produksi Vaksin COVID-19

Permata Adinda — Asumsi.co

featured image

Indonesia akan mendapatkan prioritas akses atas produksi vaksin COVID-19 dari Sinovac Biotech. Dilansir dari Channel News Asia, sebabnya ialah partisipasi Indonesia untuk menjalani uji klinis tahap ketiga vaksin yang dikembangkan oleh perusahaan asal Cina tersebut.

Setelah vaksin disetujui, akses atas hal-hal teknis terkait produksi vaksin ini akan diprioritaskan untuk Indonesia—salah satunya adalah transfer teknologi yang mencakup formula untuk memproduksi vaksin.

“Tentu saja kita akan menjadi prioritas, itu komitmen mereka,” ujar Ketua Uji Klinis Bio Farma, Rini Mulia Sari (12/8), selaku BUMN yang mengelola uji klinis vaksin dan nantinya melakukan produksi, bekerja sama dengan Universitas Padjajaran. Jika uji klinis berhasil, vaksin akan diproduksi di Bandung.

“Akan ada transfer teknologi. Jadi, vaksin yang dipasarkan di Indonesia akan diproduksi oleh Bio Farma, jadi akan membawa merek Bio Farma,” lanjutnya.

Indonesia merencanakan untuk menggaet 1.620 relawan untuk melakukan uji klinis. Targetnya, vaksin akan mulai siap untuk digunakan pada Maret 2021.

Penggunaan vaksin COVID-19 akan diprioritaskan untuk tenaga medis sebagai garda terdepan penanganan pandemi. Dengan kapasitas produksi awal yang diperkirakan sebanyak puluhan juta dosis, perlu ada skala prioritas untuk mengutamakan pihak-pihak yang paling membutuhkan. “Kami akan prioritaskan penggunaan vaksin COVID-19 berdasarkan kajian Kementerian Kesehatan,” ujar Manajer Senior Integrasi Riset dan Pengembangan Bio Farma Neni Nurainy (14/8) dikutip dari Katadata.co.id.

Hingga 14 Agustus, diketahui telah terdapat 21 relawan yang telah disuntik vaksin. Dikutip dari Kompas.com, Manajer Lapangan Uji Klinis Vaksin COVID-19 Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Eddy Fadlyana, mengungkapkan bahwa reaksi yang dialami relawan tergolong ringan seperti nyeri di tempat yang disuntik yang berangsur hilang.

Seorang relawan uji vaksin COVID-19 mengungkapkan dirinya tidak mengalami efek samping yang berarti. Walaupun begitu, tubuhnya sempat mengalami kenaikan suhu dan mengantuk.

“Bukan demam, sih. Tapi agak panas badan. Tapi wajar, saya juga lihat kartu catatan harian ada tingkatannya. Kalau bahaya itu jika suhu badan di atas 39 derajat,” ujar Fadly kepada Kompas.com yang memutuskan menjadi relawan karena pekerjaannya sebagai pengemudi ojek online membuatnya punya risiko tinggi terpapar.

Relawan akan disuntik sebanyak dua kali dalam kurun dua pekan. Pemantauan akan dilakukan dalam lima tahapan, yang tahap terakhirnya adalah enam bulan setelah vaksin pertama kali diberikan.

Pendaftaran relawan uji klinis ini masih dibuka hingga 31 Agustus mendatang. Peserta akan mendapatkan manfaat pemeriksaan test swab dan rapid test COVID-19. Bagi yang menerima plasebo, mereka juga berhak untuk memperoleh vaksin COVID-19 yang sudah disetujui.

Share: Bio Farma: Indonesia akan Menjadi Prioritas Produksi Vaksin COVID-19